Kenali Benzodiazepin (The BZDs): Apa, Bagaimana Cara Kerja dan Efeknya

Dumolid, Xanax, Alpra, Lexo, Bipam, dan segudang istilah lainnya adalah jenis obat benzodiazepin yang banyak beredar di masyarakat. Sejak maraknya ekonomi digital, obat-obatan ini pun dengan mudah didapat melalui internet. Dan yang baru, pembelian juga bisa dilakukan melalui media sosial. Tak hanya orang dewasa, kelompok remaja pun mulai akrab dengan obat ini.

Sebagian orang mengenal obat-obatan benzodiazepin sebagai obat tidur, atau obat untuk rileks. Benzodiazepin termasuk zat psikoaktif, yakni obat yang memengaruhi kondisi mental seseorang. Dalam dunia medis obat ini digunakan untuk mendapatkan efek sedasi, hipnotik, dan pereda kecemasan. Fungsi ini bisa diperoleh kalau digunakan untuk indikasi yang benar dan dengan cara yang benar juga. Kalau disalahgunakan, alih-alih mendapat manfaat, justru mendapat kerugian akibat efek samping.

Benzodiazepin bekerja di bagian otak yang mengontrol aktivitas tidur-bangun dan rasa cemas. Oleh karena itu, dokter kerap meresepkan obat ini untuk mengatasi masalah gangguan tidur dan kecemasan. Kedua masalah tersebut memiliki banyak penyebab, sehingga selain benzodiazepin juga diperlukan tatalaksana lainnya. Benzodiazepin pun hanya diberikan sementara waktu saja, karena bila diberi terus menerus dapat menimbulkan toleransi hingga ketergantungan. Oleh karena itu, obat ini tidak disarankan untuk mengatasi stress sehari-hari.

Baca juga: Benzodiazepin tidak boleh digunakan atau perlu pengawasan khusus oleh orang dengan kondisi tertentu

Ketergantungan benzodiazepin termasuk dalam bentuk penyalahgunaan zat. Hal ini bisa karena ingin mendapat efek yang menyenangkan dari obat tersebut, atau karena tidak sengaja. Tanda bahwa seseorang menyalahgunakan benzodiazepin adalah merasa craving (keinginan kuat untuk mengonsumsi obat), timbul adiksi berupa pola perilaku yang ingin selalu mencari dan menggunakan obat, dan dalam jangka panjang timbul ketergantungan fisik.

Orang yang menyalahgunakan benzodiazepin akan mungkin mengalami intoksikasi dan/atau putus zat. Intoksikasi merupakan keadaan yang dialami oleh orang yang baru saja menggunakan obat (high). Dalam keadaan ini orang akan tampak bicara cadel, tidak seimbang, gerakannya tidak beraturan, bahkan hingga mengalami koma. Sementara kondisi putus zat (withdrawal) orang tersebut akan menunjukkan gejala berupa tremor (gemetar), gelisah, bingung, sakit kepala, mual, hingga kejang.

Pada penggunaan benzodiazepin jangka panjang, bila obatnya dihentikan secara mendadak, maka dapat timbul efek rebound, kekambuhan, hingga gejala putus zat. Efek rebound adalah ketika gejala awal yang menjadi indikasi penggunaan benzodiazepin menjadi lebih intens, misalnya merasa lebih cemas dibanding sebelum dapat obat. Kekambuhan (relaps) terjadi bila gejala yang diterapi dengan benzodiazepin kembali muncul setelah obat dihentikan. Oleh karena itu, baik penggunaan awal maupun penghentian obat harus dalam pengawasan dokter yang berwenang.

Artikel Terkait

Kecanduan Seks

Mental Illness Among Inmates in Correctional Facilities

Berobat ke Google, Hati-hati Salah Diagnosis Penyakit Lambung !

Hipnoterapi: Cara Kerja, Tahapan dan Apa saja Syaratnya

Mengenal Gangguan Ekshibisionisme

Layanan kesehatan mental bagi pria dan wanita

Sebelumnya
Selanjutnya

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.