The Penis Book 2, Menu

The Rocky Horror Picture Show

The Penis Book 2, Chapter 1

Bonnie and Clyde

Penis dengan saus a la partner in crime Gonorrhea dan Chlamydia

The Penis Book 2, Chapter 2

The Sting

Penis dengan ulkus bersih berlanjut infeksi a la The Great Imitator Syphilis dengan kupasan stadium

The Penis Book 2, Chapter 3

Piranha

Penis dengan ulkus dasar putih a la school of fish dengan chancroid/ulkus mole

The Penis Book 2, Chapter 4

The Cassandra Crossing

Penis dengan sajian Lympho Granuloma Venereum disertai pembengkakan lipat paha

The Penis Book 2, Chapter 5

King Gambler

Penis dengan varian ulkus granuloma inguinal alias donovanosis

The Penis Book 2, Chapter 6

The Towering Inferno

Penis dengan burning sensation a la herpes genital

The Penis Book 2, Chapter 7

The Return of The Living Dead

Penis dengan persemaian jengger ayam/condyloma acuminata

The Penis Book 2, Chapter 8

Midnight Express

Penis dengan luka dan scratching a la skabies disajikan malam hari

The Penis Book 2, Chapter 9

Hair

Penis dengan gaya retro hippies The Flower Generation dengan pedikulosis pubis

The Penis Book

The Penis Book 2

Angsamerah Penis Book 2 Bonnie and Clyde

Bonnie and Clyde

The Penis Book 2, Chapter 1

Terkenang betul saya akan film ini: film pertama yang kami saksikan sekeluarga di drive-in, sekitar tahun 1973, ketika ibu, saya dan adik baru saja pindah ke Jakarta menyusul ayah saya yang sudah terlebih dahulu merantau. O ye o ye oye… Dahulu, pada tahun 70 an, Jakarta pernah punya drive-in, lho! Letaknya di Taman Impian Jaya Ancol. Apa,sih, drive-in itu? Drive-in itu bioskop udara terbuka. Penonton membawa mobil masing-masing dan nonton dari dalam mobil. Bisa juga bawa kursi lipat atau tikar, tergantung selera. Tentu sebagai pendatang baru dari kota kecil Salatiga, saya dan adik saya heboh… di sana kan hanya ada dua bioskop, Reksa dan Ria, yang semuanya indoor. Tahu-tahu sekarang ada bioskop dengan layar raksasa, outdoor, nontonnya dari dalam mobil pula (walaupun dalam kasus keluarga kami: di atas kursi plastik yang kami bawa dari rumah). Mereka memutar dua film, film pertama adalah Sleeping Beauty, film kartun Disney, sedangkan film kedua, film utama adalah Bonnie and Clyde.

Setelah film pertama berakhir, kedua orangtua mengharapkan kami berdua tidur. Sudah jam sembilan malam saat film selesai, karena film dimulai jam tujuh. Kok malam sekali? Karena drive-in, dong! Harus mulai malam hari karena mengandalkan langit kelam. Namun karena kami berdua kakak adik masih saja memelototi layar, akhirnya ayah ibu membiarkan kami menonton dengan catatan mematuhi perintah bila disuruh tutup mata. Mereka langsung bertindak sebagai badan sensor film. Saya sendiri sudah lupa bagian mana yang mereka sensor, karena lazimnya anak-anak, begitu film mulai banyak cakap, kami bosan dan bermain sendiri. Yang saya ingat adalah beberapa adegan berdarah-darah yang membuat saya tidak bisa tidur karena tak mematuhi instruksi tutup mata. O,ya… kebut-kebutan mobilnya cukup seru. Hmmm…

Bonnie and Clyde adalah film karya Arthur Penn buatan tahun 1967 yang terlambat diimpor ke Indonesia. Dibintangi Warren Beaty dan Faye Dunaway, film ini menceritakan sepak terjang pasangan perampok bank Clyde Barrow dan Bonnie Parker. Bonnie and Clydedianggap sebagai film pembaharu era Hollywood yang menepiskan banyak tabu sinematik dengan adegan kekerasannya dan tentu saja… seks (yang disensor habis-habisan di Indonesia oleh Badan Sensor Film dan Badan Sensor Film Orangtua). Akhir filmnya juga dianggap ikonik karena merupakan “salah satu adegan pembantaian paling berdarah dalam sejarah perfilman.” Ingatan saya akan adegan itu, yang tak sempat disensor ayah ibu karena terjadi begitu tiba-tiba, menjadi mimpi buruk yang terpatri jelas dalam benak. Suatu adegan yang menyisakan serpihan seram sampai saya kembali menyaksikan filmnya dua puluh tahun kemudian.

Yang saya ingat dari nama Bonnie dan Clyde adalah partner in crime, atau pasangan dalam dunia kriminal yang tak terpisahkan sampai kematian mereka yang brutal dan berdarah-darah. Seperti Romeo dan Juliet dunia jahat yang romantik, nekat, kejam, dan menjadi paduan yang aneh melihat cumbu rayu mereka bercampur aduk dengan keganasan keji yang dilakukan. Rasanya sangat pas mengaitkan dua sejoli ini dengan dua jenis bakteri yang sering meyerang bersamaan: Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.

Sebelum terlanjur bingung, baiknya saya jelaskan dulu mau bicara apa. Yang mau saya celotehkan sederhana saja: infeksi kelamin yang paling populer di antara para pria dengan nama paling sering disebut, dan paling salah disebut: kencing nanah. Nah, sebetulnya sebutan kencing nanah agak aneh juga, mengingat kalau penderita pipis, yang dirasakan bukan keluar nanah, tapi seperti memipiskan silet. Nyeri sekali. Kenapa tidak disebut kencing silet atau kencing paku, ya saya tidak tahu.

Kencing nanah yang salah kaprah ini juga sering disebut salah oleh orang-orang awam yang salah informasi. Beberapa kali saya jumpai pasien datang dengan keluhan “Dok, saya terkena sifilis.” Mungkin info yang salah mereka terima menyebutkan bahwa Infeksi Menular Seksual identik dengan sifilis. Bagi mereka yang malu-malu, atau punya bakat membadut, menjuluki penyakit ini Pilek. “Burungnya pilek,” kata mereka, seakan-akan penis mereka mirip dengan hidung. Atau yang lebih nekat menyebut penyakit ini “Flu Burung”. Hus! Nanti yang punya virus H5N1 atau avian flu alias flu burung beneran bisa marah-marah.

Bagi mereka yang suka membudidayakan lele, atau bahasa kerennya catfish, diciptakanlah istilah yang lebih mengacu pada penyebab: kena patil, karena mereka mengasosiasikan lubang yang mereka manipulasi memiliki senjata rahasia patil, seperti lele. Ngawur juga,kan? Jadi jelas, ya… bukan flu burung, bukan burung pilek, dan bukan kencing nanah apalagi kena patil, tapi sebetulnya radang saluran kencing akibat bakteri gonorrhea dan atau chlamydia. Kalau ternyata yang kena anus ya radang anus. Kita kan tak akan menyebut berak nanah, pantat pilek atau flu pantat, bukan?

Serangan yang menyebabkan peradangan dinamai menurut tempat diserang. Pada pria menyerang uretra (urethritis), pada perempuan menyerang cerviks (cervicitis) dan bila menyerang anus disebut proctitis.

Sejarah gonorrhea dapat ditelusuri hingga masa sebelum Masehi. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, kitab Immamat yang berisi peraturan-peraturan detil hidup harian untuk masyarakat pada masa itu, pada Bab 15 ayat 2 dan 3 dicantumkan keberadaan gonorrhea(dan klamidia) yang menyatakan keadaan tidak bersih seseorang yang menderita infeksi ini. Jadi sudah lamaaaaaa sekali ada dokumen mencatat mengenai penyakit ini.

Infeksi gonnorhea biasa menyerang pada mereka dengan partner seks baru atau ganda, penggunaan kondom tidak konsisten, penghuni urban pada area prevalensi penyakit, remaja, terutama perempuan, golongan status sosial ekonomi yang rendah, para pengguna narkoba, dan mereka yang menyediakan jasa layanan seks untuk uang atau narkotika.

Infeksi klamidia yang merupakan partner in crime memiliki kecenderungan taktik serangan yang hampir sama, ditambah dengan adanya riwayat infeksi menular seksual sebelumnya, atau disertai infeksi menular seksual lain. Pengguna kontrasepsi oral, karena tak adanya kontrasepsi barrier, juga merupakan target infeksi ini.

Gonorrhea ditransmisi dengan efisien dari pria ke perempuan via cairan mani atau sebaliknya dari vagina ke uretra pria. Gonorrhea dapat juga ditularkan lewat hubungan anal, hubungan oral atau bahasa kerennya fellatio, dan yang lebih mengerikan, dapat terjadi transmisi perinatal, yaitu pada saat bayi melalui jalan lahir. Penyakit ini berkaitan dengan meningkatnya transmisi dan kerentanan infeksi HIV.

Klamidia dapat ditransmisikan secara seksual atau vertikal, artinya dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Klamidia sangat menular, dan merupakan Significant asymptomatic reservoiratau si penderita menjadi sumber penampungan bakteri tanpa ada gejala. Sering terjadi infeksi ulang atau reinfeksi. Transmisi perinatal menyebabkan konjungtivitis neonatal pada 30%-50% bayi yang terpapar saat lahir.

Gonorrhea memiliki bakteri dengan nama keren Neisseria gonorrhoeae dari nama sang penemu Albert Ludwig Sigesmund Neisser. Biasanya memang demikian, ilmuwan yang menemukan bakteri akan diabadikan namanya dengan disandingkan pada nama bakteri itu sendiri. Bakterinya merupakan bakteri diplokokus intrasel gram negatif, dengan bentuk seperti biji kopi, dan hobinya menginfeksi sel-sel epitel yang mensekresikan mucus, atau selaput lendir.

Klamidia sendiri maaf sekali, saya tidak kenal penemunya. Ia berasal dari bahasa Yunani yang artinya Jubah. Klamidia merupakan bakteria intraseluler yang menginfeksi sel epitel columnar dan berkembang biak secara replikasi dan mengakibatkan kematian sel. Klamidia memiliki beberapa teman seperjuangan dalam keluarga mafiosonya sebagai berikut:

Species Penyakit
C. trachomatis
2 biovars, non-LGV
LGV
Trachoma, Non Gonorrhea Urethritis,
Muco Purulent Cervicitis, Pelvic Inflammatory Disease, conjunctivitis,
Infant pneumonia,
Lympho Granuloma Venereum
C. pneumoniae Pharyngitis, bronchitis, pneumonia
C. psittaci Psittacosis

Wah, banyak juga ya. Daripada sakit kepala, kita bahas yang berhubungan dengan seputar selangkangan saja, ya.

Sekarang mari kita mulai dengan uretritis atau radang saluran kemih. Radang ini bisa kita golongkan menjadi dua: uretritis gonorrhea (uretritis GO) dan non gonorrhea (Non GO). Disebut uretritis GO bila penyebabnya Gonorrhea, meskipun Klamidia ikut-ikutan kompak menyerang. Sedangkan sebutan uretritis non GO, bila penyebabnya Klamidia semata. Artinya tidak ditemukan infeksi bakteri Gonorrhea.

Uretritis Gonorrhea

Uretritis Gonorrhea memiliki gejala ditemukannya nanah atau discharge purulen (kental) atau mukopurulen pada uretra, dan sering disertai disuria atau nyeri saat pipis (kencing silet? Hehehe). Cairan yang keluar terus menerus hingga mengotori celana dalam itu bisa jernih atau keruh, meskipun pada kebanyakan kasus warnanya keruh, putih kekuningan mirip ingus. Pada beberapa kasus bahkan terjadi infeksi tanpa gejala atau asimtomatik. Uretritis Gonorrhea memiliki masa inkubasi, yaitu masa dari masuknya bakteri hingga timbul gejala, sekitar 1-14 hari untuk yang simtomatik, namun bisa lebih lama untuk asimtomatik.

Uretritis Non Gonokokal

Salah satu penyebab paling popular adalah Chlamydia Trachomatis. Mayoritas, lebih dari 50% kasus asimtomatik. Terkadang pasien datang hanya dengan keluhan: celana dalamnya basah terus. Bila ada gejala akan ditemukan discharge uretra mukopurulen, mukoid atau bening, disertai disuria. Masa inkubasi tak diketahui, mungkin 5-10 hari pada infeksi simtomatik.

Duet a la Bonnie and Clyde oleh kedua bakteri ini juga dapat menyebabkan tragedi di bawah ini:

Epididimitis

Biasanya infeksi pada uretra menyebabkan pria cepat-cepat mencari pertolongan dokter. Nah, bagi mereka yang cukup sakti, sakit ditahan-tahan, atau mereka yang coba-coba mengobati sendiri atas nasehat teman sepenanggungan shingga infeksi tidak teratasi, terjadilah yang namanya epididimistis, atau peradangan pada epididimis. Epididimis adalah bagian menonjol dari testis yang dalam perabaan terasa berbentuk seperti tauge raksasa atau kacang berbuntut. Fungsinya adalah gudang dari sperma yang telah diproduksi di pabriknya, testis. Nah, bila epididimis meradang, terjadilah pembengkakan testis yang nyeri. Bengkaknya satu sisi, dan tentu saja skrotum ikut membengkak.

Infeksi Anorektal

Terjadi pada hubungan anal tanpa memandang jenis kelamin, karena baik pria maupun wanita memiliki anus. Kalau anus dimasuki penis yang dilengkapi bakteri, baik gonorrhea maupun klamidia, terjadilah infeksi. Infeksi ini biasanya asimtomatik. Kalaupun ada gejala, biasanya sudah parah, timbul iritasi anus, nyeri defekasi atau buang air besar, konstipasi, pendarahan rektal sedikit, mukopurulen discharge tanpa nyeri, tenesmus, dan anal pruritus (gatal). Biasanya, dokter melakukan evaluasi dengan pemeriksaan anoskopi. Pada saat anoskopi, mungkin saja ditemukan mukosa anus yang nampak normal, atau dengandischarge purulen, kemerahan, atau mudah berdarah.

Infeksi Faring

Radang tenggorok dapat merupakan satu-satunya infeksi bila kontak bila oral-genital merupakan paparan tunggal. Biasanya dalam bahasa indah disebut Karaoke victims, Lolypop disaster, Banana blast. Dalam kebanyakan kasus asimtomatik, namun bila ada gejala akan ditemukan faringitis, tonsillitis, demam dan adenitis servikal.

Konjungtivitis

Atau peradangan pada mata. Mata merah bukan karena asap masuk di mata. Biasanya disebabkan autoinokulasi pada orang dewasa dengan gejala: iritasi mata dengan eksudat purulen konjungtiva. Infeksi mata biasanya terjadi karena pasien tanpa sadar mengucek-kucek mata setelah memegang “burung”nya.

Disseminated gonococcal infection (DGI)

Merupakan infeksi gonokokal sistemik, atau infeksi yang menyebar melalui aliran darah. Infeksi ini jarang terjadi, dan biasanya lebih sering pada perempuan daripada pria. Infeksi ini berkaitan dengan galur gonokokal yang menyebabkan bakteremia tanpa gejala urogenital terkait. Manifestasi klinis dapat berupa lesi kulit, arthralgia, tenosinovitis, artritis, hepatitis, miokarditis, endokarditis,dan meningitis.

Infeksi Gonokokal pada anak-anak

Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi infeksi perinatal, yang biasanya berupa infeksi konjungtiva, faring, saluran nafas, dan terkadang anal. Pada anak lebih tua atau lebih dari satu tahun, pertimbangkan kemungkinan pelecehan seksual. Infeksi pada anus atauanorectum dan faring lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada uretra. Karena implikasi legal, metode diagnosa terbaik tetap kultur bakteri.

Infeksi C. trachomatis pada bayi

Manifestasi klinis perinatal biasanya konjungtivitis dan pneumonia, sedangkan pada remaja biasanya merupakan infeksi urogenital tanpa gejala. Transmisi pada bayi bisa merupakan transmisi vertikal atau dari ibu ke anak, namun pada remaja pertimbangkan juga kemungkinan terjadinya pelecehan seksual.

Nah, mengharukan, bukan? Ternyata banyak ya, yang bisa dilakukan partner in crime ini. Bonnie and Clyde dalam dunia infeksi menular seksual. Yang lebih mengharukan lagi,Neisseria Gonnorhea mampu membuat galur baru, maksudnya keturunan baru, yang kebal terhadap jenis antibiotika yang diberikan pada era sebelumnya. Bakteri pintar dan mengikuti perkembangan tren mode. Waktu saya baru mulai berkecipak dalam dunia persilatan IMS, obat yang mempan adalah ciprofloxacin. Kemudian obat ini tak mempan lagi, dan pengobatan harus dirubah dengan menggunakan cefixime. Dan sekarang, cefixime juga tidak mempan. Harus diganti lagi. So, beware.

Artikel Terkait

Buat janji dokter sekarang

Kandidiasis

The Proud Ones

The Penis Book, Chapter 9

Bagaimana Mengukur Kekerasan Ereksi?

Gonore

Infertilitas Pada Pria

Jarang Dibahas Tapi Mungkin Terjadi

Seks Oral dan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Sebelumnya
Selanjutnya

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.