Imunisasi dan HIV

Imunisasi dan HIV

Masih ingat kan kalau orang dewasa yang sehat juga tetap perlu imunisasi? Nah bagi orang yang hidup dengan HIV, imunisasi menjadi lebih penting untuk diberikan. Mereka mengalami kondisi turunnya daya tahan tubuh, sehingga semakin rentan terkena infeksi. Virus HIV menyerang sel darah putih (CD4) dan memproduksi virus di dalamnya. Kemudian sel darah putih akan menjadi rusak dan mati sehingga tubuh kehilangan kemampuan melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Kuman yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang sehat, justru bisa menimbulkan penyakit pada orang yang daya tahan tubuhnya menurun karena HIV. Kondisi ini diebut infeksi oportunistik. Meski demikian, infeksi oportunistik dapat diobati, dan lebih baik lagi karena ia dapat dicegah (profilaksis). Salah satunya adalah dengan imunisasi.

Tidak semua imunisasi boleh diberikan kepada orang yang hidup dengan HIV. Hal ini berkaitan dengan jenis imunisasi dan metode penghasil kekebalan yang muncul oleh imunisasi tersebut. Respon imunisasi pada orang dengan HIV positif bisa berbeda dari orang sehat, mulai dari tidak merespon hingga respon tidak optimal. Orang HIV positif yang mengonsumsi ARV (pengobatan untuk HIV) dapat memberi respon imunisasi yang lebih baik.

Rekomendasi imunisasi yang penting diberikan bagi semua orang dengan HIV/AIDS adalah:

– Hepatitis B
Imunisasi ini penting untuk diberikan kecuali bila sedang ada infeksi hepatitis aktif atau bukti bahwa klien telah memiliki kekebalan terhadap hepatitis B (riwayat imunisasi). Dosis yang diperlukan untuk imunisasi hepatitis B sama dengan orang normal yakni 3 suntikan dalam waktu 6 bulan. Setelahnya perlu dilakukan tes darah untuk mengetahui kadar antibodi, bila ternyata jumlahnya masih rendah maka diperlukan suntikan tambahan.

– Influenza
Orang dengan HIV perlu mendapat imunisasi flu sekali setiap tahun, dan hanya diberikan dalam bentuk suntikan. Imunisasi dengan cara semprotan hidung (nasal spray) tidak boleh digunakan pada orang ini, karena mengandung virus hidup.

– Pneumokokal Polisakarida
Segera setelah terdiagnosa memiliki HIV, maka orang ini perlu mendapat imunisasi pneumokokal. Kecuali bila orang ini telah diimunisasi dalam 5 tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Penting juga untuk memperhatikan kadar CD4 klien, karena bila <200 sel/mm3, imunisasi pneumokokal perlu diulang. Imunisasi pneumokokal diberikan satu kali setiap 5 tahun.

– Tetanus dan Difteri Toksoid
Pemberiannya diulang setiap 10 tahun, sama seperti rekomendasi pada orang normal. Bagi wanita imunisasi ini sangat penting apalagi terkait kehamilan dan proses persalinan. Para pengguna narkotika suntik juga sangat dianjurkan mendapat imunisasi ini untuk mencegah infeksi tetanus.

– Tetanus, Difteri, dan Pertussis
Orang dengan HIV yang telah berusia 64 tahun atau yang lebih muda direkomendasikan untuk mendapat imunisasi ini sebagai booster imunisasi tetanus dan difteri. Imunisasi dapat diberikan setidaknya 2 tahun setelah mendapatkan imunisasi tetanus dan difteri yang pertama, terutama bagi mereka yang kontak dengan bayi di bawah usia 12 bulan dan para petugas kesehatan.

Setelah mendapatkan imunisasi, hendaknya tidak dilakukan pengukuran viral load (CD4) terlebih dulu hingga 4 minggu setelahnya.

Salah satu pertimbangan dalam memberikan imunisasi adalah kadar CD4 dalam darah. Bila kadarnya terlalu rendah (<200 sel/mm3) dikhawatirkan respon tubuh terhadap imunisasi tidak muncul. Untuk itu diperlukan konsumsi ARV agar daya tahan tubuh meningkat dan mampu merespon imunisasi. Beberapa imunisasi di bawah hanya disarankan untuk kelompok tertentu orang dengan HIV positif:

– Hepatitis A
Yang disarankan untuk mendapat imunisasi ini adalah para petugas kesehatan, lelaki yang melakukan hubungan seks dengan lelaki lain, pengguna narkotika suntik, orang dengan penyakit liver kronis (termasuk hepatitis kronis B atau C), orang dengan hemofilia, serta orang yang bepergian ke daerah endemis.

– Kombinasi Hepatitis A dan B
Boleh diberikan ke orang yang membutuhkan imunisasi baik hepatitis A dan B.

– Hemofilus Influenza tipe B
Hemofilus influenza tipe B dapat menyebabkan meningitis. Perlu didiskusikan terlebih dulu antara orang dengan HIV positif bersama petugas kesehatan, sebelum memberi imunisasi.

– Human Papillomavirus
Imunisasi ini diberikan sebanyak 3 kali dalam 6 bulan. Sangat disarankan bagi perempuan berusia 9-26 tahun, tapi tidak bagi mereka yang sedang hamil.

– MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Orang dengan HIV positif yang kadar CD4-nya <200 sel/mm3, memiliki riwayat penyakit yang mengarah ke AIDS, atau menunjukkan gejala klinis HIV, tidak boleh mendapatkan imunisasi ini. Bila diperlukan, imunisasi bisa diberikan terpisah untuk mencapai kadar antibodi yang mencukupi. Pemberian sangat tergantung dengan kondisi pasien sehingga perlu konsultasi dengan tenaga medis yang merawatnya.

– Meningokokal
Direkomendasikan bagi mereka yang berada di populasi rentan untuk infeksi meningokokal, seperti mahasiswa yang tinggal bersama di asrama, personil militer, orang yang tidak memiliki limpa (riwayat operasi pengangkatan limpa), dan orang yang pergi ke daerah tertentu yang rawan meningitis. Bila masih berada dalam populasi berisiko, maka imunisasi dulang setelah 5 tahun.

– Varicella
Bagi mereka yang lahir setelah tahun 1980, imunisasi ini tidak diperlukan. Imunisasi ini termasuk disarankan, namun bagi orang dengan HIV positif yang CD4-nya berada di level atau di bawah 200 sel/mm3, imunisasi ini tidak diberikan. Selain itu juga tidak disarankan bagi ibu hamil untuk mendapat imunisasi ini.

Selain imunisasi yang perlu dipertimbangkan pemberiannya, ada beberapa imunisasi yang sama sekali tidak boleh diberikan untuk orang dengan HIV positif. Sediaan imunisasi yang berasal dari virus hidup tidak disarankan pemberiannya bagi orang HIV positif. Hal ini karena respon yang dihasilkan tidak akan seperti respon pada orang sehat. Malah berisiko membuat orang dengan HIV positif menderita penyakit akibat imunisasi yang diberikan. Kontak dengan orang yang baru menerima imunisasi dari virus hidup juga perlu dihindari selama paling tidak 2-3minggu setelah iminusasi. Contoh imunisasi yang tidak disarankan pada orang HIV positif adalah:
– Anthrax
– Smallpox (cacar)
– Zoster

Referensi

Aidsinfo.nih.gov
Spiritia.or.id

Website penting terkait HIV

Artikel Terkait

A “Heart” Disease

Training “Treatment of Hepatitis C and HIV co-Infection using the DAAs”

Merencanakan Kehamilan dengan Status HIV positif

Indonesian HIV Response

Symposium on the Future of HIV & AIDS Spending in the Era of National Health Coverage in Indonesia

Suara harapan komunitas pada penyedia layanan kesehatan oleh Setia Perdana

Komunitas Memimpin dan Berkolaborasi Mewujudkan Kesetaraan dan Peningkatan Kualitas Hidup ODHIV!

Sebelumnya
Selanjutnya

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.