Kita, Nanti ... Menua Bahagia

Kita, Nanti … Menua Bahagia

Pernikahan di Usia Senja

Seiring dengan meningkatnya populasi lanjut usia, proporsi pasangan lanjut usia turut meningkat. Pasangan lanjut usia telah melalui berbagai kejadian hidup yang mengubah mereka menjadi individu yang berbeda dari saat pertama kali berpasangan. Kejadian ini meliputi proses biologis, psikologis, serta sistem sosial pasangan tersebut. Dinamika terkait proses ini perlu dikenali agar dapat saling menyesuaikan diri dan menjaga kestabilan hubungan berpasangan.

Pada kebanyakan pasangan, miskomunikasi merupakan elemen sentral yang menjadi masalah baik pada pasangan lanjut usia maupun pasangan muda. Meski demikian, penyebab miskomunikasi pada pasangan lanjut usia berbeda dengan yang muda karena terkait dengan perubahan dalam tahap kehidupan yang dilalui oleh pasangan tersebut. Perubahan pada proses penuaan perlu dipahami oleh pasangan, bila perlu dibantu oleh terapis, supaya memiliki strategi intervensi yang sesuai dengan perubahan itu.

  • Perubahan biologis

Ketika seseorang mengalami proses penuaan, maka ia akan memiliki keterbatasan dalam hal fisik. Kemampuan mobilitas, fungsi sensoris, serta ketahanan fisik akan berkurang. Secara fisik penampilannya pun akan mengalami perubahan. Tak jarang orang lanjut usia mulai memiliki keluhan terkait penyakit tertentu sehingga kemampuannya untuk berpartisipasi dalam aktivitas di lingkungannya berkurang.

Kemampuan berpartisipasi ini paling sederhana tampak dari cara orang lanjut usia berkomunikasi. Penurunan fungsi pendengaran (presbikusis) misalnya, akan membuat orang lanjut usia selalu terlihat marah karena bicara dengan suara keras. Atau orang lanjut usia terkesan tidak peduli karena tidak merespons pembicaraan pasangannya, padahal sesungguhnya karena ia tidak dapat mendengar apa yang dikatakan pasangannya.

Pada pasangan lanjut usia, penurunan fungsi pendengaran bisa dialami oleh kedua orang yang menjalin hubungan, sehingga permasalahan komunikasi dapat berlangsung terus menerus. Bila persoalan komunikasi ini tidak diatasi, maka orang yang mengalami penurunan fungsi akan terisolasi, baik karena pilihannya sendiri atau karena dikucilkan oleh pasangannya. Tanpa komunikasi, hampir bisa dipastikan bahwa hubungan yang dijalankan oleh pasangan lanjut usia ini tidak akan berkualitas baik, karena terus menerus berkonflik.

Selain masalah pendengaran, menjadi pelupa adalah hal yang dianggap bagian dari proses penuaan yang lazim. Padahal, lupa dapat menjadi tanda awal penurunan fungsi kognitif akibat Alzheimer. Selain gangguan memori, orang lanjut usia dengan Alzheimer bisa saja mengalami perubahan kepribadian. Maka bila Alzheimer tidak terdiagnosis, kehidupan dengan pasangan akan menjadi sulit karena pasien seolah berubah menjadi orang yang tak dikenali oleh pasangannya.

Persoalan komunikasi juga timbul pada Alzheimer karena kesulitan mengungkapkan kata yang ingin dikatakan. Hal ini cenderung menimbulkan kesalahpahaman karena orang yang bicara merasa tidak dimengerti oleh pasangannya. Akibatnya, kedua pasangan akan saling menjauh.

  • Perubahan psikologis

Persoalan psikologis yang banyak ditemui di populasi lanjut usia adalah depresi.Gangguan ini berkaitan dengan tema kehilangan, meningkatnya ketergantungan pada orang lain, serta tema penerimaan terhadap hidupnya yang telah dilalui (masa lalu). Kehilangan yang dialami orang lanjut usia misalnya berkaitan dengan kehilangan daya finansial maupun kehilangan kemampuan fisiologis sehingga ia menjadi tergantung dengan orang lain (misal: anak). Tinjauan kognitif melihat depresi pada orang lanjut usia sebagai sebuah pembelajaran mengenai ketidakberdayaan (helplessness). Setelah mengalami proses penuaan, orang lanjut usia mulai berpikir bahwa dirinya tidak berguna dan pesimis.

Depresi pada pasangan lanjut usia memengaruhi komunikasi afektif dan proses pemecahan masalah. Ketika kedua pasangan mengalami depresi, maka proses komunikasi menjadi lebih buruk dibanding ketika salah satu pasangan saja yang mengalami depresi. Untuk memberikan dukungan pada pasangan lanjut usia, maka perlu dipertimbangkan pemberian terapi pasangan agar depresi dapat diatasi.

  • Perubahan sosial

Proses penuaan bukanlah suatu proses yang dialami oleh individu itu sendiri, melainkan juga dialami oleh lingkungan sekitarnya. Pasangan dan orang sekitar akan memiliki pandangan berbeda terhadap orang lanjut usia. Perbedaan pandangan ini bila tidak disikapi secara hati-hati dapat mendorong praktik isolasi pada orang lanjut usia.

Pensiun adalah salah satu contoh perubahan sosial yang terjadi pada orang lanjut usia. Hubungan dengan pasangan akan mengalami perubahan pola. Pembagian waktu yang biasanya jelas kapan untuk bekerja dan kapan dihabiskan bersama pasangan menjadi tidak jelas karena setelah pensiun tidak ada batasan lagi. Bisa juga setelah pensiun muncul rasa bosan dan rasa tidak berguna yang akan memengaruhi hubungan dengan pasangan.

Pasangan yang dianggap berhasil melalui masa pensiun adalah pasangan yang mampu menyatukan batasan dan minat masing-masing menjadi hal yang baru. Di periode ini, pasangan lanjut usia berupaya menghargai keberadaan satu sama lain (companionship), saling pengertian, dan dapat mengekspresikan dirinya untuk mencapai kepuasan dalam hubungan berpasangan.

Kita Tak Lagi Sama

Kehidupan lanjut usia memiliki tantangan yang tak terbayangkan dan tanpa preseden. Biasanya baik individu yang menua maupun pasangannya tidak memiliki bayangan apa yang akan terjadi saat mereka menua. Meskipun banyak pelajaran sosial yang bisa diambil dari lingkungan tentang penuaan, tetap saja orang tak bisa membayangkan bila hal itu mereka alami sendiri.

Proses penuaan kadang dialami lebih berat oleh satu pihak, sehingga pasangannya harus menanggung konsekuensinya. Sebut saja pasangan yang menderita sakit fisik sehingga tergantung kepada pasangannya. Hal ini bisa dianggap sebagai beban dan memunculkan rasa frustrasi karena harus terus mengurus pasangannya. Kebanyakan yang datang untuk melakukan psikoterapi adalah pasangan perempuan yang telah berpasangan lama, terkait dengan keharusan mengurus pasangan laki-lakinya yang sakit fisik. Penting bagi pasangan untuk dapat menerima kondisi pasangannya dan mencari solusi untuk menghadapi permasalahan tersebut.

Kehidupan berpasangan juga memungkinkan pasangan untuk berubah. Perubahan yang biasa ditemui misalnya pasangan perempuan yang mengembangkan sisi maskulinitasnya, sementara pasangan pria justru lebih memiliki sisi feminin. Ketidak mampuan pasangan ini untuk saling mengerti dapat menimbulkan konflik. Ekspresi konflik pada situasi ini dapat berupa tantrum atau bentuk pelepasan emosi tak terkontrol lainnya.

Kemajuan teknologi kedokteran dan perbaikan kualitas hidup saat ini memungkinkan orang hidup hingga 30 tahun lebih lama. Isu gender yang mencolok akibat hal ini adalah banyaknya wanita usia lanjut yang hidup sendiri tanpa keintiman. Ada beberapa dugaan sebab untuk hal ini seperti laki-laki meninggal dunia di usia yang lebih dulu, atau mereka mencari perempuan yang lebih muda untuk diajak berhubungan. Akan tetapi menurut Friedan, penyebab perempuan banyak yang hidup sendiri di masa tuanya adalah karena mereka berusaha melawan penuaan. Baik perempuan maupun laki-laki masih mengukur hubungan berpasangan dengan kadar seksualitas di masa muda. Padahal menurut Friedan, keintiman dapat terbangun dengan koneksi yang lebih dalam dari sekedar seks. Seks merupakan isu yang kurang diperhatikan pada kehidupan pasangan lanjut usia, padahal seks bisa jadi sumber konflik.

Tantangan lainnya dalam kehidupan berpasangan pada populasi lanjut usia adalah perkawinan antara dua orang lanjut usia. Di Amerika, biasanya pasangan perempuan sudah melalui masa menjanda yang cukup lama sehingga sudah mantap kemadiriannya. Perempuan ini kemudian memutuskan menikah lagi untuk mencari pendamping hidup. Sementara itu, pasangan lelaki berharap bisa mendapat pengganti sosok istrinya yang terdahulu. Perbedaan kebutuhan dalam perkawinan ini dapat menjadi pemicu konflik pada pasangan lanjut usia.

“Sedia payung sebelum hujan” rasanya adalah idiom yang paling tepat untuk mengambarkan betapa persiapan itu penting.

Bertambahnya usia akan mengubah banyak aspek dalam kehidupan seseorang, namun dengan persiapan yang baik semoga kita bersama menua dengan bahagia.

 

Daftar Rujukan

Patten P, Piercy F. Dysfunctional isolation in the elderly: Increasing marital and family closeness through improved communication. Contemp Fam Ther. 1989;11(2):131-147.

Wallhagen M, Strawbridge W, Shema S, Kaplan G. Impact of Self-Assessed Hearing Loss on a Spouse: A Longitudinal Analysis of Couples. The Journals of Gerontology Series B: Psychological Sciences and Social Sciences. 2004;59(3):S190-S196.

Yorgason J, Piercy F, Piercy S. Acquired hearing impairment in older couple relationships: An exploration of couple resilience processes. Journal of Aging Studies. 2007;21(3):215-228.

Epstein L. Depression in the elderly. Journal of Gerontology. 1976;31:278-282.

Zarit S. Aging and marital disorders: Psychological approaches to assessment & treatment. New York: The Free Press; 1980.

Harper J, Sandberg J. Depression and communication processes in later life marriages. Aging & Mental Health. 2009;13(4):546-556.

Meunier G. Marital therapy with elderly couples. J Contemp Psychother. 1994;24(2):125-129.

Willert A, Semans M. Knowledge and attitudes about later life sexuality: what clinicians need to know about helping the elderly. Contemporary Family Therapy. 2000;22(4):415-435.

Harway M. Handbook of couples therapy. Hoboken, N.J.: John Wiley; 2005.

Artikel Terkait

Modern Dating

Menantang tetapi Perlu Dihadapi

Pasangan Saya HIV Positif, Bagaimana Saya Meresponnya?

Feromon

Apakah Saya Masih Menarik?

Stockholm Syndrome

Keuntungan dan Tantangan Kencan Online

Sebelumnya
Selanjutnya

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.