Author

Siti Suratmi, AMAK

Illustration

Layanan Konseling HIV & AIDS

Layanan Konseling HIV & AIDS

Apa yang dimaksud dengan konseling?

  1. Konseling merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah interpersonal, emosional dan pengambilan keputusan.
  2. Peran seorang konselor adalah membantu klien.
  3. Konseling dapat dilakukan perorangan atau pasangan atau keluarga.

Tujuan konseling

Membantu setiap individu untuk berperan mandiri dalam hidupnya:

  • Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan bijak dan realistik
  • Mendiskusikan perilaku mereka dan mampu mengemban konsekuensinya
  • Mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan tepat

Konseling adalah:

  • Berfokus pada klien: khusus sesuai kebutuhan, masalah dan lingkungan setiap klien
  • Proses timbal-balik, kerjasama, dan saling menghargai
  • Menuju tujuan
  • Membangun otonomi dan tanggung jawab diri pada klien
  • Memperhatikan situasi interpersonal, sesuai sosial/budaya, kesiapan untuk berubah
  • Mengajukan pertanyaaan, menyediakan informasi, mengulas informasi, dan mengembangkan rencana aksi

Konseling bukan:

  • Berbicara atau mengarahkan
  • Memberikan nasihat
  • Obrolan
  • Interogasi
  • Pengakuan
  • Doa

Apakah konseling HIV & AIDS?

Konseling HIV & AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia (membangun kepercayaan) antara klien dan konselor bertujuan meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan berkaitan dengan HIV & AIDS. Proses konseling termasuk evaluasi risiko personal penularan HIV, fasilitasi pencegahan perilaku dan evaluasi penyesuaian diri ketika klien menghadapi hasil tes positif.

Konseling HIV & AIDS memiliki perbedaan dengan konseling secara umum dalam hal:

  1. Membantu klien melakukan informed consent (persetujuan) untuk tes HIV, CD4, atau Viral load.
  2. Layanan konseling pra dan pasca tes.
  3. Penilaian mengenai perilaku berisiko klien terhadap infeksi HIV (baik menularkan atau tertular).
  4. Penggalian riwayat perilaku seks dan kesehatan klien.
  5. Memfasilitatsi perubahan perilaku.
  6. Konfidensialitas klien sangat penting jika menyangkut isu stigma dan diskriminasi.
  7. Menjangkau kelompok-kelompok khusus (pecandu napza, penjaja seks, laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki, waria, pekerja migran, suku asli, dan pengungsi) menghadapi isu diskriminasi ganda, yaitu sebagai bagian dari kelompok khusus yang dikucilkan masyarakat dan sebagai orang yang selalu dianggap berisiko terhadap atau telah terinfeksi HIV.

Mengapa konseling HIV & AIDS penting?

  • Konseling pencegahan dan perubahan perilaku dapat mencegah penularan
  • Diagnosis HIV mempunyai banyak implikasi – psikologik, sosial, fisik, spiritual
  • HIV ialah penyakit yang dapat mengancam hidup dan sampai dengan saat ini masih membutuhkan pengobatan seumur hidup
  • Melalui konseling, konselor memfasilitasi ODHA untuk dalam memilih dan mengambil keputusan opsi terbaik yang membuatnya dapat menikmati hidup yang berkualitas

Konseling HIV & AIDS merupakan proses dengan tiga tujuan umum:

  1. Menyediakan dukungan psikologis, misalnya: dukungan yang berkaitan dengan kesejahteraan emosi, psikologis, sosial dan spiritual seseorang yang mengidap virus HIV atau virus lainnya.
  2. Pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi tentang perilaku berisiko (seperti seks aman atau penggunaan jarum bersama) dan membantu orang dalam mengembangkan. keterampilan pribadi yang diperlukan untuk perubahan perilaku dan negosiasi praktek lebih aman.
  3. Memastikan efektivitas rujukan kesehatan, terapi, dan perawatan termasuk pemecahan masalah kepatuhan berobat.

Komponen Konseling VCT/KTS (Voluntary Counselling Testing/Konseling Testing Sukarela)

Konseling merupakan dialog rahasia antara seseorang dan pemberi layanan yang bertujuan membuat orang tersebut mampu menyesuaikan diri dengan stres dan membuat keputusan yang sesuai berkaitan dengan HIV/AIDS. Proses konseling termasuk evaluasi risiko individu penularan HIV dan memfasilitasi pencegahan perilaku berisiko. VCT digunakan dalam upaya intervensi program pencegahan, perawatan dan pengobatan ataupun rehabilitasi dimana komponen konseling minimum setidaknya terdiri atas konseling pra dan pasca tes HIV, dan bisa dikembangkan lebih luas lagi dalam menyediakan konseling berkelanjutan jangka panjang dan konseling dukungan.
Kebijakan VCT dari United Nations (UN), VCT berbasis pada kebutuhan dan memerlukan persetujuan (informed consent) dari orang yang akan dites. Tes HIV harus selalu atas keputusan klien. UN tidak pernah mendukung tes wajib. Telah dibuktikan bahwa tes wajib tidak efektif.

Alasan Penyelenggaraan VCT

1. Pencegahan HIV
Konseling dan tes sukarela HIV berkualitas tinggi merupakan komponen efektif dalam upaya pencegahan, yang mempromosikan perubahan perilaku seksual dalam menurunkan penularan HIV. Mereka yang menggunakan jasa layanan VCT memiliki pengertian yang kuat tentang tata nilai, aktivitas seksual, dan diagnosis (apakah positif atau negatif) yang klien alami, dan terbukti mempengaruhi secara positif dalam menurunkan perilaku berisikonya. VCT menawarkan dan membantu para pasangan untuk mencari tahu status HIV dan membuat perencanaan hidup mereka yang berkaitan dengan hal tersebut. UN (United Nations) juga menyediakan model untuk membantu konselor mengatasi situasi dimana pasangan menolak pengungkapan statusnya. Selain itu konseling dapat membantu menurunkan penularan HIV diantara pasangan serodiscordant (salah satu dari pasangan terinfeksi HIV).

Saat ini, meskipun banyak contoh layanan VCT berkualitas tinggi di negara berkembang, namun jumlahnya masih dalam skala kecil, sehingga tidak dapat melayani banyak orang, terutama di negara berkembang yang prevalensi HIVnya tinggi.

2. Pintu masuk menuju terapi dan perawatan
VCT telah terbukti berperan penting sebagai pintu gerbang menuju akses layanan medik dan dukungan lainnya yang dibutuhkan. Dengan perkembangan bentuk intervensi yang aman dan efektif untuk prevensi penularan HIV ibu-anak, penerapan layanan nasional VCT menjadi prioritas di banyak negara. Diharapkan layanan VCT yang luas dapat membantu masyarakat secara luas mengakses layanan terapi/perawatan/pengobatan yang tepat, cepat, terjangkau (termasuk akses subsidi pemerintah dalam penyediaan obat antiretroviral)

3. VCT berperan penting dalam mempengaruhi efektivitas dari semua intervensi program/layanan kesehatan yang terkait HIV.

4. Ketersediaan layanan VCT dipandang sebagai bentuk penghormatan atas hak asasi manusia dari sisi kesehatan masyarakat, karena infeksi HIV merupakan hal serius yang mempunyai dampak kesehatan dan kesejahteraan masyarakat demikian luasnya, termasuk kesehatan reproduksi, kehidupan seksual dan keluarga, kehidupan sosial dan produktivitas di masyarakat dalam jangka panjang.

Ringkasan

  1. Konseling adalah proses yang bertujuan menolong orang untuk menolong dirinya sendiri.
  2. Konseling HIV & AIDS adalah untuk memfasilitasi seseorang untuk membuat keputusan dan mengarah pada perubahan perilaku.
  3. Layanan Konseling HIV & AIDS bertujuan untuk menyediakan dukungan psikologis untuk klien, mencegah penularan HIVmelalui pengembangan perubahan perilaku, dan memfasilitasi rujukan kesehatan yang efektif bagi klien.
  4. VCT menyediakan konseling pra dan pasca tes, konseling berkelanjutan untuk mendukung ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS), dan memfasilitasi pula perubahan perilaku.
  5. VCT selain ditujukan untuk pencegahan penularan HIV melalui perubahan perilaku, juga merupakan pintu masuk/gerbang menuju terapi dan perawatan bagi ODHA.

Referensi

  1. Nelson-Jones R.(1988) Practical Conselling and Helping Skill: Helping Client to Help Themselves. Holt, Rinehart and Wiston: Sydney, pp. 13-35
  2. WHO
  3. UNAIDS (2001) The impact of voluntary counseling and testing: Aglobal review of the benefits and challenges. http://www.unaids.org
  4. Voluntary HIV-1 counselling and testing efficacy study group (2000). Efficacy of voluntary HIV-1 counselling and testing individuals and couples in Kenya, Tanzania and Trinidad: a randomized trial. Lancet 356, 103-112
  5. Kamenga M., Ryder R., Jingua M., Mbuyi N., Mbu L., Behets F., Brown C., Heyward W., (1991). Evidence of marked sexual behavior change associated with low HIV-1 seroconversion in 149 married couple with discordant HIV-1 serostatus: experience at an HIV conselling center in Zaire. AIDS 5 61-67.
  6. OHCHR (1998) HIV/AIDS and Human Rights International Guidelines Second International Consultation on HIV/AIDS and Human Rights Geneva
  7. UNAIDS (2001) The impact of Voluntary Counselling and Testing: A global review of the benefits and challenges. http://www.unaids.org UNAIDS 01.32E
  8. Voluntary HIV-1 Counselling and Testing Efficacy Study Group (2000). Efficacy of voluntary HIV-1 counselling and testing in individuals and couples in Kenya, Tanzania and Trinidad: a randomized trial. Lancet 356, 103-11
  9. De Zoysa, I., Philips, K.,Kamenga, M., O’Reilly, K. et al (1995) Role of HIV counseling and testing in changing risk behavior in developing countries. AIDS 9(sup A), S95-101
  10. Coovadia H., (2000) Access to voluntary counseling and testing for HIV in developing countries. Annals of the New York Academy of Science 918 57-63
  11. Modul Pelatihan Konseling & Tes Sukarela HIV (Depkes 2006)

Website penting terkait HIV

Artikel Terkait

Asia Pacific HIV Practice Course

Singapura 2016

Limfosit CD4 dan Perannya pada Infeksi HIV

Layanan Testing, Pengobatan dan Perawatan HIV Berbasis Komunitas

Mengapa ibu hamil perlu tes HIV?

HIV dan Nutrisi

Joining Forces on a Regional Level

Sebelumnya
Selanjutnya

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.