Angsamerah Articles Lebaran dan Kebahagiaan

Lebaran dan Kebahagiaan

Lebaran, sebuah kata yang tidak asing. Namun apa arti lebaran sesungguhnya. Ditilik dari bahasa Jawa, lebar (baca: e nya seperti ketupat) artinya usai. Selesai melakukan aktivitas puasa sebulan penuh, maka setelah usai dirayakan perjuangan melawan amarah, lapar, dan dahaga. Masih dalam bahasa Jawa, mereka menyebut lebaran itu sebagai bodo (baca seperti jaan ‘tol’-asal kata: ba’da, artinya selesai) atau beberapa menyebutnya sebagairiayan berasal dari hari raya. Apapun maknanya, lebaran diartikan sebagai usai berpuasa, merayakannya dengan sukacita.

Sukacita dengan banyak agenda; utamanya adalah mengunjungi kaum sepuh, orang yang dituakan atau tetua, dan sanak keluarga lainnya. Meminta maaf atas segala khilaf dan salah dan memohon doa restu untuk melangkah ke depan, ke masa-masa yang akan datang. Diharapkan dengan restu dan doa para sepuh dan keluarga perjalanan hidup makin lancar.

Keluarga dan Sanak Saudara

Keluarga, sanak saudara, kerabat, dan bahkan meluas dengan teman-teman masa lalu merupakan lingkaran hidup manusia yang diusahakan ditemui pada masa lebaran. Banyak terlihat acara berkumpul keluarga satu buyut, satu nenek moyang, satu trah (garis keturunan). Dalam acara seperti ini tertumpah rindu, bagi yang lama tidak bertemu, juga kesempatan mengakui atau diakui sebagai anggota sebuah tali persaudaraan dalam keluarga besar. Seakan lidi yang menyatu menjadi sebuah ikatan besar: sapu lidi.

Mengalirlah cerita sukses, keberhasilan mencapai sesuatu dari anak sampai harta dan kedudukan. Tak jarang merupakan ajang menampilkan bukti keberhasilan. Mengenalkan anak pinak yang telah berjajar banyak. Bahkan tersebut pula capaian kedudukan, materi, keahlian, dan pengakuan dunia luar atas capaian. Bagi yang tertimpa musibah, maka pertemuan keluarga besar juga dapat membahasnya dengan mengalirkan bantuan moril dan materil, dengan demikian diringankan bebannya atas dukungan keluarga.

Lebaran juga seringkali kesempatan untuk bertemu dengan kawan-kawan masa kecil, bahkan beberapa kelompok merancang reuni bagi teman-teman semasa sekolah lanjutan atau semasa sekolah lainnya. Kebahagiaan begitu terpancar dari wajah-wajah sumringah. Berapa kilometerpun jarak yang ditempuh, berapa energi yang harus dikeluarkan, terhapus oleh pertemuan yang membahagiakan.

Kebahagiaan dan Jiwa dalam kajian studi

Menurut Ed Diener and Martin Seligman, dua ahli yang memunculkan Psikologi Positif, kebahagiaan didapat jika ikatan teman dan keluarga begitu besar. Menurut ahli ini dalam penelitiannya pada tahun 2002 di University of Illinois, 10% mahasiswa dengan nilai tertinggi mencapai kebahagiaan dan sangat kurang tanda-tanda depresi , karena mereka terikat kuat dengan teman-teman dan keluarga (“The New Science of Happiness,” Claudia Wallis, Time Magazine, Jan. 09, 2005).

Studi lain menunjukan kebahagiaan datang ketika mereka berada dalam dukungan teman-teman, kemudian keluarga, dan akan merasa sedih atau kesepian ketika tidak seorangpun menyentuh kehidupan pribadi mereka (Larson, Mannell, & Zuzanek, 1986). Penelitian lain menggunakan skala kooperatifitas, misal besarnya niat membantu dalam aktivitas bersama, yang kemudian merupakan prediktor kebahagiaan (Lu & Argyle, 1991). Sebuah studi tentang kualitas berelasi mengatakan bahwa menjalin hubungan relasi dan jejaring kekerabatan akan menghindarkan seseorang dari kesepian. Syarat membentuk relasi dikatakan sebagai membuka diri atau kesediaan diri menerima isu dan perasaan personal. Tanpa ini, orang akan merasa kesepian (Jackson, Soderlind & Weiss, 2000). Studi lain yang menggambarkan hubungan non personal seperti ikatan teman-teman yang hanya membicarakan isu non personal seperti olahraga, musik dan bukankehidupan personal akan tetap membawa seseorang pada kesepian (Wheeler).

Kebahagiaan bukan hanya datang dari mendapatkan dukungan sosial tetapi juga memberi dukungan (Brown et al. 2003). Kehidupan kita akan lebih berarti jika merupakan bagian dari masyarakat, masuk dalam ikatannya, bandingkan jika dikucilkan atau tidak dianggap oleh sekeliling kita (Stillman et al 2009).

Banyak Teman, Bagimana Caranya?

Membangun hubungan dengan orang lain memerlukan keterbukaan diri. Mulailah dengan

1. Tersenyum
Tersenyum membuat orang sekitar merasa disapa. Dengan tersenyum kita telah membuka akses untuk mulai berhubungan. Biasanya orang menjadi ingin berbicara setelah kita tersenyum, atau ia membalas senyuman kita. Dapat diteruskan dengan mengangguk dan menyapa.

2. Membuka pembicaraan
Pembicaraan dapat dimulai dengan sapaan yang tidak bersifat personal. Misalnya kita dapat membicarakan apa yang sedang kita rasakan di kereta komuter Jakarta ini, atau saat berdiri di halte Trans Jakarta. Semua hal disekitar kita dapat dijadikan topik pembicaraan yang ramah, tidak menyerang, atau mengancam integritas orang yang kita ajak bicara. Membuka percakapan dengan hal yang bersifat personal semisal: “Anaknya berapa mbak?” yang kita ajukan pada seorang perempuan yang berpenampilan sekitar usia 30 tahun menurut kita biasa. Tetapi jika orang tersebut mempunyai pasangan saja belum, apalagi menikah dan punya anak, membuat ia merasa dipermalukan. Bukalah pembicaraan dengan hal yang bersifat umum.

3. Gunakan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka akan membuat seseorang diberi peluang untuk bercerita, sementara pertanyaan tertutup hanya memungkinkan seseorang menjawab dengan ya/tidak/singkat. Menggunakan banyak pertanyaan tertutup mengesankan bahwa anda seorang yang sedang menginterogasi atau membuat berita acara pengaduan.
Pertanyaan terbuka misalnya;” Apa pendapat anda tentang iklan shampoo di sini (kereta api/bus)? Oh sekarang bintang iklannya muda-muda ya, cakep lagi. Siapa ya dia?”.

4. Beri kesempatan orang berbicara
Membicarakan diri sendiri atau menganggap cerita anda lebih penting dari lawan bicara anda membuat orang jengah. Karena itu perlu mencermati kapan anda berhenti bicara, memancing orang untuk berbicara lagi, atau mengalihkan topik. Orang akan senang ketika dianggap, pembicaraan mereka menarik atau berbobot atau berpengetahuan luas. Hal-hal sensitif yang mengundang konflik lebih baik tidak dibicarakan pada orang yang baru kita kenal.

Ayo mari berteman, mari mempunyai relasi dengan keluarga, kerabat, sahabat, maka kita akan mempunyai banyak orang yang mendukung dan didukung kita. Dengan relasi kita akan mudah berbahagia. Berbahagia membuat hidup menjadi berharga.

Artikel Terkait

Berelasi, bagaimana bersikap untuk tidak membuat kerumitan

Mengenal Depresi

Kenali Emosi dan Marahmu

10 Juta lebih Penduduk Indonesia Alami Gangguan Mental Emosional

Angsamerah di Konas 2 Bipolar dan Gangguan Mood Lainnya

Mengenal Skizofrenia Lebih Dalam

Sebelumnya
Selanjutnya

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.