Author

Dr. Oka Negara, FIAS

Angsamerah Articles Libido

Libido

Seorang laki-laki dewasa sempat bertanya seperti ini, “Dok, banyak yang bilang kalau dorongan seksual laki-laki itu lebih tinggi daripada perempuan, tetapi saya dan istri kok berbeda ya? Istri saya yang dorongan seksualnya malah berlebihan menurut saya, yang akhirnya membuat saya kewalahan. Yang benar itu bagaimana dok, bisa jelaskan tentang dorongan seksual ini?”

Dorongan seksual, gairah seksual, hasrat seksual atau libido, itu sering digunakan istilahnya. Dorongan seksual merupakan komponen seksual yang utama, karena tanpa adanya dorongan seksual atau jika dorongan seksual menurun, hubungan seksual yang merupakan kebutuhan dasar ini tidak dapat berjalan baik, yang akan mengganggu pencapaian kepuasan seksual dan keharmonisan, yang tentu saja akhirnya mengganggu kualitas hidup manusia secara umum. Jadi, dorongan seksual itu sangat penting bagi kehidupan, karena besar porsinya dalam menentukan kualitas hidup.

Secara normatif, dorongan seksual juga yang menjadi penyebab manusia ingin mengikatkan diri dengan orang lain sebagai pasangannya, sebagai salah satu alasan yang mendorong manusia untuk menikah, misalnya. Jadi dorongan seksual atau libido merupakan amunisi awal yang sangat penting buat mempersiapkan diri dalam hubungan seksual. Bisa dibayangkan, aktivitas seksual hingga hubungan seksual tidak akan pernah bisa terjadi jika tidak ada dorongan seksual. Kalaupun secara sepihak dipaksakan justru akan mengakibatkan permasalahan serius pada pasangan yang tidak menginginkan hubungan seksual, mulai dari trauma psikis, hingga rasa sakit melakukan hubungan seksual, perlukaan pada kelamin yang selanjutnya akan mengakibatkan disfungsi seksual. Tentu saja hal ini tidak diharapkan.

Sebenarnya dorongan seksual antara laki-laki dan perempuan sama saja. Selama faktor-faktor yang mempengaruhi dorongan seksual tidak terganggu, maka dorongan seksual juga tentunya tidak bakal ada masalah. Banyak persepsi yang keliru yang bilang dorongan seksual perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Jangan salah, perempuan juga memiliki hormon seks testosteron dalam tubuhnya yang dihasilkan oleh indung telur dan kelenjar anak ginjal. Jadi, selama tidak ada masalah dengan level hormon testosteron, kesehatan umum tubuh juga baik, tidak ada masalah dengan psikis dan tidak memiliki pengalaman seksual di masa lalu yang traumatik, sebenarnya antara laki-laki dan perempuan tidak ada bedanya dalam hal dorongan seksual atau libido. Mungkin buat orang Indonesia, sebagaimana kultur timur lainnya, masih ada perbedaan dalam mengekspresikan libido saja, di mana laki-laki dianggap wajar-wajar saja mengungkapkan secara terbuka tentang libidonya, sedangkan bagi perempuan akan dianggap “nakal” atau “bandel” jika berani mengungkapkan dorongan seksualnya secara terbuka. Tetapi sejalan dengan keterbukaan dan globalisasi, hal ini makin dipahami orang banyak, bahwa sesungguhnya seks itu perlu diekspresikan dan diungkapkan dengan jujur, sehingga perbedaan ini semakin tidak dirasakan untuk mereka yang sudah terbuka secara seksual untuk bisa saling berkomunikasi seksual yang positif dengan pasangannya.

Memang, untuk kasus yang tercatat, gangguan dorongan seksual dalam praktek-praktek klinik dan fakta di lapangan lebih sering dilaporkan terjadi pada perempuan. Ini bisa mengakibatkan disfungsi seksual yang serius berupa dorongan seksual hipoaktif dan gangguan aversi seksual. Tidak berminat melakukan hubungan seksual, hingga merasa ada penolakan untuk melakukan hubungan seksual yang ekstrim, seperti rasa takut atau jijik untuk melakukan hubungan seksual. Penyebab paling sering adalah psikis dan trauma seksual di masa lalu. Kalau ini juga dipaksakan akan memunculkan gangguan seksual lainnya berupa dispareunia (nyeri saat hubungan seksual), vaginismus (kekakuan otot vagina yang menyebabkan tidak memungkinkan terjadi penetrasi penis ke vagina), dan gangguan rasa sakit seksual lainnya.

Jika dorongan seksual menghilang, maka seluruh rentetan respon seksual berikutnya tidak bisa terjadi, atau kalaupun terjadi, tidak akan bisa maksimal. Saat dorongan seksual lenyap, pada laki-laki tidak akan bisa mencapai ereksi penis dengan baik, selanjutnya hubungan seksual tidak akan bisa dinikmati dengan memuaskan karena orgasme yang menjadi tujuan akhir dalam hubungan seksual juga bisa tidak tercapai. Pada perempuan, saat dorongan seksual lenyap, jika hubungan seksual tetap dipaksakan maka tidak akan bisa mengalami lubrikasi (keluarnya cairan pelumas alamiah) vagina dengan baik, akibatnya hubungan seksual yang dilakukan akan memunculkan rasa sakit karena tiap gesekan saat penetrasi penis akan menimbulkan lecet-lecet. Dan akhirnya malah orgasme juga tidak tercapai. Yang tersisa kemudian justru ketidakpuasan, nyeri dan bisa memunculkan rasa trauma dan takut untuk berhubungan seksual berikutnya.

Lalu kenapa dorongan seksual akhirnya menjadi tidak sama, dalam kasus ini malah suami yang menganggap dirinya lebih rendah dorongan seksualnya dibanding istri? Ada empat faktor yang mempengaruhi dorongan seksual atau libido yaitu level hormon testosteron, keadaan kesehatan secara umum, faktor psikis, dan pengalaman seksual sebelumnya. Kalau semua faktor tersebut mendukung, disertai stimulus atau rangsangan seksual yang kuat, maka dorongan seksual juga akan kuat. Sedangkan sebaliknya, jika keempat faktor itu ada gangguan, akan membuat gangguan juga pada dorongan seksual. Semakin banyak gangguan, akan membuat dorongan seksual semakin lenyap, walaupun rangsangan seksual yang diterima cukup jumlahnya. Laki-laki yang mengalami penurunan hormon testosteron karena gangguan produksi hormon di testis misalnya, akan mengalami gangguan dorongan seksual yang parah selama penyebabnya belum diatasi. Demikian juga orang yang sakit-sakitan, apalagi sakit yang menahun dan berulang, tentu saja dorongan seksualnya tidak lagi kuat. Yang memiliki banyak problem psikis dan pernah mengalami trauma seksual sebelumnya juga dijamin tidak memiliki dorongan seksual yang bagus.

Lalu bagaimana menjaga dorongan seksual agar tetap stabil? Tentu saja kembali dengan menjaga kestabilan empat faktor penentu yang mempengaruhi libido. Dengan tetap menjaga testosteron selalu berada dalam level normal dengan cara melakukan olahraga yang teratur, mengkonsumsi makanan yang sehat dan menghindari konsumsi makanan berkolesterol tinggi, berkadar gula tinggi, berpengawet, alkohol dan rokok. Karena sesungguhnya gangguan metabolisme tubuh seperti penyakit kencing manis, hiperkolesterol dan obesitas akan menurunkan kadar testosteron. Jangan lupa juga selalu cukup istirahat dan hindari stres yang berlebih. Jika memang kadar testosteron turun drastis sampai membuat kondisi tubuh menjadi lemah, tidak bergairah, malas, cepat emosi dan benar-benar kehilangan dorongan seksual, berarti sudah saatnya perlu melakukan terapi sulih hormon testosteron. Jadi senantiasa mengelola kondisi psikis agar tetap stabil serta menjaga kesehatan tubuh secara umum adalah garansi buat libido tetap terjaga. Satu lagi adalah dengan mengeliminasi problem traumatik karena pengalamn seksual yang buruk di masa lalu jika ada, untuk yang ini memang perlu bantuan orang lain atau kalangan profesional untuk berkontribusi membantu buat menyelesaikannya. Jika semua bisa dijalankan dengan baik, niscaya libido juga akan terjaga dengan baik, dan teruslah melakukan ekslporasi variasi seksual dan komunikasi seksual agar hubungan seksual akan membawa kepuasan dan kebugaran. Dan untuk lebih bisa mengontrolnya, cobalah lakukan hubungan seksual secara teratur sesuai kemampuan berdua. Misalnya 2-3 kali seminggu. Setelah menerapkan itu, mudah-mudahan dorongan seksual menjadi terkontrol dan stabil.

Artikel Terkait

Joining Forces on a Regional Level

Godzilla

The Penis Book, Chapter 3

Gender

Infeksi Organ Reproduksi

Lari dan Seks: Indikator Hidup Sehat

Kelaminku Pilek

Sebelumnya
Selanjutnya

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.