Author

Donnie Aswara

Selayang Pandang – Curiga

Di zaman modern yang penuh dengan persaingan ini, terutama di kota-kota besar, kehidupan terasa berat untuk ditempuh. Ketatnya persaingan hidup & budaya yang mengedepankan materi dapat memicu seseorang merasa stres & tertindas. Orang-orang bisa jadi mempunyai bibit yang bagus dalam melakukan sesuatu. Namun, karena kekurangan yang ada pada dirinya maka ia mudah menjadi down. Akhirnya,ia menderita penyakit eksistensial diri & krisis spiritual. Orang seperti ini mempunyai pengalaman diri yang terfragmentasi, terasing & sarat dengan ketidak bermaknaan hidup.

Orang yang hidupnya sengsara secara emosional & spiritual disebut manusia tindasan. Ada kalanya bawaan sejak kecil atau karena adanya pengalaman yang tidak mengenakkan. Misalnya ia gagal dalam ujian hidup yang diberikan Tuhan kepadanya, ditimpa kematian orang yang dicintai, seringnya mengalami musibah & sebagainya. Orang yang merasa tertindas oleh kondisi, ia menjadi penuh curiga. Apa yang dilakukan orang lain selalu dipandang negatif.

Orang yang merasa tertindas oleh kondisi, ia penuh curiga. Apa yang dilakukan orang lain selalu dipandang negatif. Contoh orang yang selalu penuh curiga menurut pandangan saya adalah orang yang terhalang zero mind process-nya. Kecurigaan akan menghilangkan keikhlasan, sehingga selalu melihat orang lain itu salah.

Sebuah kisah menarik dari saya tentang “Curiga”.

Pada suatu pagi, diadakan rapat antar departemen disebuah perusahaan. Peserta rapat sedang membicarakan hasil evaluasi rutin bulanan. Salah seorang tiba-tiba menguap di tengah rapat yang sedang berlangsung serius. Peserta lain spontan menoleh ke arahnya. Atasannya yang juga ikut rapat dengan penuh curiga langsung menegur karyawan yang menguap tadi. “Saya kecewa sekali dengan Anda. Anda tampaknya tidak peduli dengan rapat serius ini!” Karyawan itu langsung tertunduk. Wajahnya pucat, ia berkata lirih “Maaf,saya ingin menyampaikan sesuatu. Saya seharusnya tidak bisa ikut rapat ini.Tetapi mengingat rapat ini sangat penting, saya mencoba hadir.” Matanya berkaca-kaca. “Anak saya tadi malam mengalami kecelakaan. Saat ini ia sedang dirawat di ruang ICU, di rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Jadi,tadi malam saya tidak bisa tidur.” Semua peserta rapat langsung tertunduk. Bisa dibayangkan betapa malu & tidak enaknya perasaan atasan yang telah menegur tadi. Ia telah terjebak dalam curiga & prasangka negatif. Yang lebih parah dari contoh sang atasan tadi tentu banyak. Orang yang karena pengalaman hidupnya, kecurigaan berlebihan bahkan bisa menimbulkan penyakit jiwa.

Dalam sebuah cerita dari Sumatera Barat dikisahkan ada seorang wanita yang menderita penyakit yang lama tidak sembuh-sembuh. Dalam penderitaannya ditempat tidur tiba-tiba ia merasa orang-orang akan membunuhnya. Setiap sang suami atau anaknya menyediakan bubur ia merasa akan diracun. ‎Ia beranggapan karena sakitnya tidak sembuh-sembuh, barangkali keluarga menganggap dirinya sebagai beban, terutama masalah finansial. Daripada menyusahkan lebih baik “diselesaikan” saja. Padahal di antara keluarganya tidak ada yang beranggapan seperti itu.

Kecurigaan seperti itu tentu sudah amat parah. Wanita tadi sudah sampai pada penyakit jiwa. Padahal sebetulnya, kecurigaan tersebut terbangun atas sikap hidupnya sendiri selama ini yang materialistis. Ia menganggap segala keluarganya akan rugi jika mengeluarkan uang terus-menerus untuk mengobatinya, padahal ia tidak sembuh-sembuh.

Di antara dua sifat curiga yang ekstrem tersebut banyak terjadi di antara kita, terutama yang tinggal di wilayah perkotaan sekarang ini,banyak mengidap penyakit curiga yang berlebihan. Seseorang yang selalu curiga biasanya didasari oleh pengalaman yang kurang baik sebelumnya. Terhadap orang seperti ini,kita harus memberikan perhatian lebih. Karena pengalaman yang diderita orang ini lebih panjang atau lebih tidak baik.

Perhatian mengandung arti yang lebih dalam ketimbang sekedar memberikan penjelasan. Perhatian tidak melulu pada sikap atau kejadian yang tengah berlangsung,namun juga hal-hal di luar itu. Terhadap wanita yang sakit di atas, sentuhan kasih sayang akan sangat membantu memulihkan kepercayaannya. Seorang karyawan yang ditegur atasannya yang penuh curiga tadi, apabila tidak memberikan penjelasan yang lebih mendalam belum tentu akan menyadarkan hobi curiga atasannya. Misalnya ia hanya berkata,”Saya tidak tidur semalam sehingga sekarang mengantuk.” Tidak banyak atasan atau orang yang mau menghabiskan waktu untuk mengorek lebih dalam, seperti “Mengapa kamu tidak tidur semalam”dan seterusnya. Oleh karena itu, pemberian penjelasan yang menyeluruh sebagai bentuk perhatian kita terhadap orang akan membantu memulihkan kecurigaan tersebut.

Curiga bisa berarti waspada. Namun curiga berlebihan atau berprasangka buruk justru akan membelengu jiwa kita.

Artikel Terkait

Demam, Gejala atau Penyakit?

Bagaimana Dokter Mendiagnosa Keputihan?

Limfosit CD4 dan Perannya pada Infeksi HIV

Kondom Wanita

Seks, Seksual dan Seksualitas

HIV dan Nutrisi

Sebelumnya
Selanjutnya

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.