The Penis Book, Introduction

The Penis Book

The Penis Book, Chapter 1

The Singer Not The Song

The Penis Book, Chapter 2

Moby Dick

The Penis Book, Chapter 3

Godzilla

The Penis Book, Chapter 4

Gentlemen Prefer Blondes

The Penis Book, Chapter 5

Mandingo

The Penis Book, Chapter 6

The River of No Return

The Penis Book, Chapter 7

Diamonds Are Forever

The Penis Book, Chapter 8

Dr. Jekyll and Mr. Hyde

The Penis Book, Chapter 9

The Proud Ones

The Penis Book, Chapter 10

The Incredible Journey

The Penis Book, Chapter 11

Pocketful of Miracles

The Penis Book, Chapter 12

Tea and Sympathy

The Penis Book

The Penis Book 2

Angsamerah Penis Book The River of No Return

The River of No Return

The Penis Book, Chapter 6

The River of No Return merupakan film barat keluaran 1954 yang dibintangi Marilyn Monroe dan Robert Mitchum. Film tersebut menjadi sebuah kontroversi karena untuk pertama kalinya dipertontonkan seorang perempuan memakai celana jeans. Monroe mengenakan jeans Levi’s ketat, dan kemudian terjadi revolusi dunia mode wanita, dimana para perempuan ikut-ikut pakai celana jeans ketat a la Monroe. Selain soal fesyen, lagu tema film ini juga menjadi hits, generasi tahun 50-an sering menyenandungkannya dan hingga kini mereka masih mengenang dan menyukainya. “…Wailereeee… I can hear the river call, no return, no return, no return…” Dalam The River of No Return tokoh-tokohnya berpetualang di sepanjang aliran sungai. Yang akan kita bicarakan dalam tulisan ini juga tentang aliran dan saluran.

Beberapa pria mengeluhkan kalau kencingnya “tidak lurus”. Mungkin mereka terngiang-ngiang omelan orang tua atau paman bibi mereka: “Apa? Mau nonton film 17 tahun ke atas? Kencing aja belum lurus!” Nah, untuk pria-pria ini, kencing mereka tak akan pernah lurus. Tapi apa betul kencing itu lurus? Setahu saya, kencing selalu melengkung arahnya, seperti separuh pelangi. Mungkin yang dimaksud pria-pria malang ini adalah kencing yang bercabang, yang bukan merupakan satu kesatuan, atau kencing yang seperti merembes. Suara kencingnya juga mengharukan; tidak nyaring, kuat, dan berdentang seperti mereka yang kencing normal. Namun suaranya lebih mendesah, tak percaya diri, dan gelagapan. Kalau pada kencing normal, suaranya bagai penyanyi tenor solo menyanyikan lagu di atas: Wailereeeeee…!!! Pada mereka yang kencingnya bercabang, suara koornya terdengar seperti: no return no return …no return…

Bila terdapat kelainan seperti di atas, tentunya ada masalah pada saluran air kencing. Dan biasanya kalau kita memeriksa penisnya, akan tampak bahwa lubang penis tidak berada pada tempat seharusnya, namun terletak di bawah. Terkadang bagian bawah glans bahkan tidak menutup sehingga memberi kesan terbelah. Akibatnya pancaran air kencing seakan melebar. Kelainan ini disebut hipospadia. Hipospadia dialami sejak bayi dalam kandungan, akibat tak sempurnanya penutupan saluran kencing. Sekitar 10% pria dengan hipospadia memiliki setidaknya satu testis yang tidak turun, dan beberapa memiliki hernia inguinal (hernia pada daerah lipat paha). Pada kasus berat, dapat terjadi pembesaran prostat. Hipospadia merupakan faktor pencetus terjadinya infeksi saluran kencing, pseudo inkontinensi (sulit menahan buang air kecil), bahkan batu. Pada kasus-kasus yang lebih jarang, ada kelainan yang disebut epispadia, dimana lubang saluran kencing terletak pada pangkal penis.

Selain hipospadia, kelainan yang lebih sering terjadi adalah apa yang dinamakan striktur uretra. Striktur atau penyempitan saluran kencing timbul bila terjadi infeksi saluran kencing yang tidak diobati atau diobati oleh…dukun. Sehingga infeksi tidak sembuh-sembuh dan kemudian jaringan yang mengalami peradangan berubah menjadi jaringan parut. Pada kasus-kasus infeksi menular seksual, jaringan parut dapat timbul begitu hebat hingga mempersempit saluran kencing dan menyebabkan nyeri saat berkemih. Ada pula jaringan parut yang kemudian membentuk sekat pada saluran kencing, sehingga air seni memiliki percabangan saat memancar.

Gejala-gejala timbulnya striktur adalah:
– Penurunan kekuatan pancaran urin
– Rasa tidak lampias karena kandung kencing tak kosong.
– Penetesan urin terus menerus pada akhir kencing
– Kencing terputus-putus
– Kencing yang bercabang
– Meningkatnya frekuensi kencing
– Retensi atau tertahannya kencing, baik akut atau kronis
– Gejala hidronefrotik karena tekanan balik oleh urin.

Bila hal di atas tidak segera diatasi, maka dapat menimbulkan komplikasi seperti:
– Retensi urin
– Divertikulum uretra ( timbulnya kantung pada uretra yang dapat berisi cairan)
– Abses periurethra (bisul pada tepi lubang kencing)
– Fistula uretra (lubang lain yang timbul di sebelah lubang kencing)
– Hidronefrosis bilateral
– Infeksi saluran kencing
– Batu pada saluran kencing
– Hernia, haemorrhoid atau prolaps rektal karena mengejan.

Setelah membaca uraian di atas, yang manakah Anda, “Wailereeeeee….!!!” atau “no return”?

Artikel Terkait

Buat janji dokter sekarang

5 Mitos Seks dan Kesehatan Seksual Laki-Laki

Premarital Health Check Up, Penting Nggak Sich?

Midnight Express

The Penis Book 2, Chapter 8

King Gambler

The Penis Book 2, Chapter 5

Dr. Jekyll and Mr. Hyde

The Penis Book, Chapter 8

HPV and What You Need to Know

Sebelumnya
Selanjutnya

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.