Author

Setia Perdana

Angsamerah Articles Kepada para tenaga kesehatan yang penuh dedikasi

Kepada para tenaga kesehatan yang penuh dedikasi

Hidup memanglah tidak mudah. Namun bisa menjadi lebih indah jika semua dapat menunjukan sikap penghargaan.

Saya tahu saya ‘unik’, tidak seperti kebanyakan anak laki-laki pada umumnya. Teringat pengalaman-pengalaman masa kecil. Saya tidak bermain sepakbola ataupun mengejar layangan, lebih suka bermain dirumah, didepan teras sambil banyak canda dengan teman sepermainan yang kebanyakan perempuan. I just happy at that time, mengikuti rasa nyaman membuat saya dapat selalu tertawa pada masa anak-anak. Namun ternyata, hal tidak selalu indah. Memasuki jenjang pendidikan atas, saya banyak mendapat pelecehan, kekerasan verbal dan psikis, yang membuat saya menutup diri, menyalahkan diri sampai menstigma diri sendiri. Apakah patut seseorang yang mendapatkan kekerasan menyalahkan dirinya sendiri karena ia mendapatkan pelecehan? Bukankah ini salah sistem yang tidak dapat memberikan dukungan? Oiya, sekitar 16 tahun usiaku saat itu, juga kali pertama aktif seksual. Tidak perlu ditanyakan kenapa atas semua hal ini. Karena pertanyaan Kenapa sesungguhnya hanya akan memuaskan rasa ingin tahu kita. Tanyakanlah Bagaimana. Bagaimana kita dapat membantu mengurangi beban mereka.

Apakah saya dapat mengembangkan potensi pada saat menyalahkan diri? Mencapai cita-cita dengan maksimal ketika menstigma diri? Bahkan berfikir kearah sanapun tidak pernah pada saat itu. Masyarakat dan lingkungan sekitar seperti telah memberi tembok tinggi untuk saya agar dapat melampauinya. Semua hal ini membuat saya semakin bingung mengenai siapa diri saya sebenarnya. Bayangkanlah ketika semua ini terjadi pada masa transisi, masa pubertas, masa yang sulit ketika tekanan banyak terjadi.

4 tahun setelah masa itu baru saya betul mengerti Siapa saya sebenarnya. Bahwa saya dilahirkan dengan orientasi yang berbeda. Menerima diri saya seutuhnya membuat banyak perubahan untuk menggali potensi, mencapai cita, termasuk lebih mencintai diri sendiri. Di usia 20 tahun saya memutuskan bahwa saya akan segera melakukan test kesehatan seksual untuk pertama kali. Namun bukan perkara yang mudah, perasaan berkecambuk dengan berbagai kekhawatiran seperti hasil test; apakah saya akan diterima; apakah saya akan diperlakukan seperti dulu teman-teman di sekolah pernah memperlakukan saya; apakah saya mampu untuk membayar test karna seorang mahasiswa? Semua hal ini membuat saya serta-merta tidak langsung melakukannya. Butuh waktu satu tahun untuk betul yakin dan mantap dengan bekal informasi dari beberapa rekan sebaya. Semua informasi tersebut merujuk saya kesebuah layanan kesehatan swasta yang dapat saya kunjungi disore hari seusai perkuliahan, sebuah layanan yang juga terjangkau untuk kantong mahasiswa. Namun yang membuat kenyamanan adalah bagaimana mereka memberikan sikap tidak judgemental dan positif bahkan tidak berasumsi ketika perilaku yang berkaitan dengan orientasi saya beritahukan. Hal ini juga yang membuat saya selalu kembali ke layanan. Bahwa, rasa nyaman dan aman setidaknya bisa saya dapatkan disana, dibalik sikap banyak masyarakat yang justru sebaliknya.

Surat Harapan ini khusus dipersembahkan di acara Study Tour dan Lokakarya yang diselenggarakan oleh Angsamerah bekerjasama dengan SUMII USAID “Pengayaan Praktis; Pengelolaan Strategi Bisnis di Layanan Kesehatan Primer terkait (SEX, HIV & DRUGS), untuk 6 Klinik Mitra Program SUM II, USAID, di 4 Provinsi” Jakarta, 12–16 Januari 2015.

Info lengkap acara lokakarya

Artikel Terkait

Mengenal Infeksi Menular Seksual

Memahami hasil Pap Smear

Limfosit CD4 dan Perannya pada Infeksi HIV

Seks, Seksual dan Seksualitas

Demam, Gejala atau Penyakit?

Bagaimana Dokter Mendiagnosa Keputihan?

Sebelumnya
Selanjutnya

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.