Saat sakit, tetaplah cerdas menentukan yang terbaik untuk diri Anda

Mengelola kesehatan juga memerlukan kecerdasan sebagaimana mengelola keuangan dan investasi. Sayangnya, mayoritas masyarakat Indonesia belum cerdas memilih langkah terbaik untuk menjaga dan me-manajemen kesehatannya. Gak percaya? Yuk kita bahas bersama-sama.

Manajemen Kesehatan Gaya Pemadam Kebakaran

Banyak orang tidak menyadari bahwa menjaga kesehatan itu lebih bermanfaat jangka panjang ketimbang mengobati saat penyakit menghampiri. Kebanyakan orang baru kasak-kusuk mencoba berbagai dokter, obat, vitamin atau suplemen setelah sakit. Sakit bukanlah kebakaran yang tidak bisa dicegah.

Anda tentu paham bahwa badan yang awet sehat dimasa tua nanti, ditentukan oleh perilaku dan gaya hidup Anda saat ini. Jangan menunda untuk memulai gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga ringan, mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang (termasuk vitamin), menghindari makanan tidak sehat (minuman berpewarna, beralkohol, rokok, minuman/makanan berpengawet kimia, dst) dan beristirahat yang cukup. Percayalah bahwa hidup sehat yang Anda mulai hari ini berpotensi menghindarkan Anda dari jarum suntik, obat-obatan, bahkan RS dimasa mendatang.

Sakit? Gak Mesti Mahal Lho

Jika sakit melanda, kebanyakan orang Indonesia segera mengunjungi dokter spesialis favorit. Tentu ini bukanlah hal yang buruk, tetapi bisa juga dikatakan kurang perlu. Kok bisa? “Hari gini masih banyak orang sakit yang langsung ke dokter spesialis langganannya, meski seorang dokter umum bisa menanganinya,” kata Dr. Nurlan Silitonga, pendiri sekaligus pemilik Klinik Angsamerah yang berlokasi di bilangan Blora, Jakarta Pusat.

Menurutnya, dokter umum sebetulnya memiliki peran yang sama pentingnya dengan dokter spesialis, yang berbeda hanya kompetensinya. Datang ke dokter umum akan memberikan manfaat pada sang pasien dan juga sang dokter spesialis. Mengapa demikian? Karena dokter umum terlatih untuk menangani penyakit umum seperti flu, alergi ataupun penyakit infeksi lainnya, dengan datang ke dokter umum, biaya lebih murah, mungkin saja lebih dekat rumah atau kantor, dan tidak harus menunggu lama atau ngantri, karena mungkin banyaknya jumlah pasien di tempat sang dokter spesialis.

Saat ini masyarakat belum banyak mengetahui, bahwa dokter umum itu dilatih untuk bisa menyaring apakah kasus penyakit sang pasien membutuhkan tindakan dan pengobatan dari seorang dokter spesialis, termasuk pemilihan rujukan ke dokter spesialis yang tepat. Melalui dokter umum, sang pasien bisa langsung bertemu dengan dokter spesialis yang tepat, dari pada sang pasien yang berkeliling mencari sendiri beberapa dokter spesialis, dan membuat stress pasien, menghabiskan waktu dan biaya dan juga mungkin tindakan medis yang berulang dan tidak perlu.

Melalui rujukan dokter umum, seorang dokter spesialis akan terbantukan karena banyak informasi kesehatan dasar sudah disediakan oleh dokter umum, dan dokter spesialis hanya menambahkan menggali beberapa informasi lain yang lebih spesifik, dan bisa lebih menfokuskan keahliannya pada tindakan dan pengobatan, sehingga pasien bisa tertangani dengan baik. Bahkan ketika sudah tertangani dengan baik, mungkin untuk follow up, dengan seijin dokter spesialis, sang dokter umum yang kemudian bisa melanjuti.

So, tidak semua penyakit mesti segera dibawa ke dokter spesialis. Dr. Nurlan menyarankan untuk selalu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter umum. Syukur-syukur penyakit Anda cukup ditangani oleh dokter umum tersebut. Pun jika tidak, dokter umum akan menyarankan tindakan yang lebih sesuai atau merujuk ke dokter spesialis yang tepat.

Dokternya Manjur? Belum Tentu Aman!

Anak saya kalau panas dikit atau pilek, pasti saya bawa ke dokter A. Manjur lho, biasanya langsung sembuh besoknya. Kita sering mendengar ucapan ini bukan?

Kebanyakan pasien memang memiliki sugesti yang sangat kuat dengan dokter langganannya (atau mungkin rekomendasi dokter langganan orang yang kita percayai). Kalau sudah begini, maka biasanya apa yang dikatakan atau diresepkan oleh dokter diterima begitu saja. Biasakanlah untuk bertanya tentang penyakit yang kita alami, pengobatan yang diterima termasuk efek sampingya, dan hal terkait lainnya. Karena sebagai pasien kita berhak atas waktu berkonsultasi dengan dokter dan mendapa penjelasan sejelas-jelasnya. Nah, jika dalam proses ini penjelasannya belum membuat Anda yakin, maka Anda pun berhak mencari second opinion kepada dokter lain. Tentunya dengan menyampaikan hal ini kepada dokter Anda yang pertama terlebih dahulu. Tak lupa saat proses pembelian obat di apotek, mintakan informasi pada petugas apotek tentang obat yang diminum, terutama cara minum obatnya.

Hal lain yang mesti diperhatikan adalah pemberian antibiotik. Di negara-negara maju, antibiotik sangat diawasi penggunaannya dan sangat jarang diresepkan oleh dokter. Hal ini disebabkan karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru dapat menimbulkan efek negatif yaitu menurunkan kekebalan tubuh alami yang dapat mengakibatkan tubuh lebih rentan terhadap penyakit dimasa mendatang.

Berbeda dengan Indonesia dimana penggunaan antibiotiknya sangat populer, bahkan mudah diakses di apotek tanpa resep dokter. Jika suatu waktu Anda datang ke dokter dan diberikan antibiotik, maka pastikan bahwa memang penyakit Anda memang merupakan indikasi untuk diberikan antibiotik. Karena hanya penyakit infeksi bakteri lah yang efektif dengan pengobatan menggunakan antibiotik. Selain itu, pastikan bahwa Anda tidak memiliki alergi dengan antibiotik yang diberikan. Karena obat yang aman untuk satu pasien belum tentu aman bagi yang lainnya.

Belum Tentu Perlu Obat

Tahukah Anda bahwa penyakit batuk pilek (common flu) tidak ada obatnya? Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang saat kondisi tubuh sedang tidak fit, misalnya karena kecapekan atau kurang istirahat. Solusi tepatnya adalah dengan makan makanan bergizi, banyak minum dan istirahat yang cukup. Obat flu yang dijual di pasaran hanya mampu meredakan gejala flu, tetapi tidak mampu membunuh virus yang bersangkutan.

Hal yang sama berlaku dengan balita dan anak-anak. Pilek atau demam pada anak tidak selalu harus diredam dengan obat-obatan. Gejala-gejala tersebut normalnya muncul setiap bulan, terutama pada balita karena tubuh mereka sedang berkemang pesat dan metabolismenya berubah. Pilek atau demam biasanya merupakan respon alamiah tubuh terhadap perubahan-perubahan ini. Umumnya, jika demam melebihi 38 derajat Celius dan sudah berlangsung sekitar 3 hari, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter keluarga Anda.

Tetapi sekali lagi, belum tentu Anda memerlukan obat.

Tertawalah

Ada kata bijak dari Raja Sulaiman: “Hati yang gembira adalah obat, tetapi semangat yang patah keringkan tulang.” Meski telah berusia ribuan tahun, nasihat ini tetaplah relevan dengan dunia kedokteran modern. Pernahkah Anda mendengar bahwa 70% penyakit disebabkan oleh stress? Bayangkan, dengan tertawa dan selalu menjaga hati yang bahagia, Anda telah mencegah banyak penyakit dan dapat menghindari kerugian material bagi diri dan keluarga Anda. Tertawalah!!

Sumber

Adeltus Lolok, howmoneyindonesia.com

Artikel Terkait

Gonore

Kondom Wanita

Demam, Gejala atau Penyakit?

Seks, Seksual dan Seksualitas

HIV dan Nutrisi

Mengenal Infeksi Menular Seksual

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.