Anal Pap Smear: Pap Smear Lain yang Kurang “Populer”
Asal Mula Pap Smear dan Fungsinya
Pap smear, singkatan dari Papanicolaou smear karena penemunya adalah Georgios Papanikolaou, adalah pemeriksaan sel-sel pada serviks (leher rahim) dan vagina untuk menilai kesehatan organ reproduksi pada tingkat sel dan deteksi dini kanker. Pemeriksaan Pap smear pada perempuan kini bukan lagi sesuatu yang aneh dan baru bagi masyarakat. Cukup banyak orang mulai “melek” dan paham akan pentingnya pemeriksaan Pap smear pada perempuan yang sudah aktif secara seksual, meskipun promosi masih harus dilakukan mengingat tingginya angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks. Menurut Globocon, et al. pada tahun 2018, angka kesakitan melonjak hingga 32,469 jiwa di Indonesia, dengan angka kematian dari 26 orang pada tahun 2012 menjadi 50 orang.
Pap smear, singkatan dari Papanicolaou smear karena penemunya adalah Georgios Papanikolaou, adalah pemeriksaan sel-sel pada serviks (leher rahim) dan vagina untuk menilai kesehatan organ reproduksi pada tingkat sel dan deteksi dini kanker. Pemeriksaan Pap smear pada perempuan kini bukan lagi sesuatu yang aneh dan baru bagi masyarakat. Cukup banyak orang mulai “melek” dan paham akan pentingnya pemeriksaan Pap smear pada perempuan yang sudah aktif secara seksual, meskipun promosi masih harus dilakukan mengingat tingginya angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks. Menurut Globocon, et al. pada tahun 2018, angka kesakitan melonjak hingga 32,469 jiwa di Indonesia, dengan angka kematian dari 26 orang pada tahun 2012 menjadi 50 orang.
Sebetulnya ada pemeriksaan Pap smear lain yang tak kalah pentingnya. Namanya juga Pap smear; Bila Pap smear yang populer di atas memiliki nama lengkap “Cervical Pap smear” karena yang diperiksa adalah sel-sel serviks, maka Pap smear yang kurang popular ini memiliki nama “Anal Pap smear”. Untuk tidak membuat bingung, kita sebut saja Anal Pap atau Anal Pap smear.
Anal Pap Smear dan Kanker Anus?
Anal Pap smear memiliki fungsi yang sama dengan Pap smear, yaitu memeriksa sel-sel dan deteksi dini kanker anus. Kanker anus akhir-akhir ini mencuri perhatian karena angka kematian yang meningkat, yaitu sekitar 3,1% per tahun di Amerika Serikat; dari tahun 2001 sampai 2016 di AS tercatat ada 68.809 kasus kanker anal dan 12,111 kematian.
Kanker anus disebabkan oleh mutasi genetik pada sel anus yang ditandai dengan perubahan sel normal menjadi abnormal. Apabila tidak ditangani segera, akan membentuk tumor dan menyebar ke jaringan sekitar / bagian tubuh lain. Seringkali kanker anus tidak bergejala. Gejala awal yang sering muncul adalah perdarahan anus. Pendarahan ini biasanya ringan, beberapa orang bisa salah duga dengan hemoroid (Istilah awam: “Ambeien”) yang memiliki gejala serupa.
Gejala kanker anus diantaranya:
- Pendarahan rektum
- Rasa gatal pada rektum
- Adanya benjolan pada lubang anus
- Rasa nyeri atau rasa penuh pada area anus
- Feses mengecil atau perubahan lain pada pergerakan usus
- Keluarnya cairan dari anus
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada anus atau area selangkangan
Sebanyak 90% dari kasus kanker anus disebabkan oleh HPV (Human Papillomavirus), yang diketahui sebagai salah satu penyebab dari kanker serviks juga. Kanker serviks lebih dahulu meningkatkan kewaspadaan di Indonesia, sehingga program vaksinasi HPV berpusat pada anak perempuan. Vaksin HPV pada laki-laki masih bersifat sporadik dan dilakukan pada komunitas-komunitas tertentu, misalnya kalangan gay. Padahal di negara maju seperti Amerika Serikat, vaksin ini telah dijalankan sejak tahun 2009 pada anak laki-laki dan perempuan sejak usia dini (usia kurang lebih 9 tahun).
Pada populasi umum, faktor risiko kanker anus:
- Adanya riwayat anal seks
- Adanya riwayat kutil pada sekitar anus (perianal condyloma)
- Orang dengan penurunan kekebalan tubuh, seperti pasien yang minum obat-obatan imunosupresif, pasien dengan HIV/AIDS, dan pasien penerima transplantasi organ
- Usia di atas 50 tahun
- Pasien dengan banyak pasangan seks
- Perokok
- Pengguna narkotika suntik
Meskipun anal seks reseptif merupakan faktor risiko utama infeksi HPV, namun infeksi dapat pula terjadi pada kontak dengan area genital yang terinfeksi, terutama pada area vulva dan penis. Sumber infeksi lain bisa dari kontak jari dan sex toys yang tertempel cairan terinfeksi.
Oleh karena itu, anjuran Anal Pap smear bisa dijalankan pada individu dengan faktor risiko di atas. Prosedur Anal Pap smear cukup mudah. Di Klinik Angsamerah, kami melakukannya dengan menggunakan disposable anuscope dan cytobrush. Prosedur ini tidak menimbulkan nyeri dan memakan waktu tak lebih dari 3 menit.
Mengingat kasus infeksi HPV pada orang yang aktif secara seksual semakin meningkat, maka promosi terhadap vaksin HPV sebaiknya tak lagi hanya ditujukan pada perempuan atau komunitas tertentu saja, namun juga masyarakat umum. Pemerintah perlu dihimbau untuk mulai memikirkan vaksinasi HPV sejak usia 9 tahun dengan target anak perempuan dan laki-laki.
Anal Pap smear (disebut sebagai “The Other Pap smear” karena kurang populer) memerlukan promosi sama seperti Cervical Pap smear, karena kepentingannya sama yaitu mendeteksi dini sel kanker. Promosi Anal Pap smear sebaiknya bukan lagi ditujukan hanya pada komunitas transgender maupun gay saja, tetapi juga populasi umum.