Kecemasan merupakan perasaan yang sering dialami hampir setiap orang. Reaksi cemas terjadi karena seseorang mengantisipasi datangnya ancaman. Ancaman tidak selalu berupa obyek nyata (misal: takut ular piton), tetapi juga obyek yang tidak nyata (misal: wawancara pekerjaan). Rasa cemas diperlukan manusia untuk mempersiapkan diri terhadap peristiwa yang dicemaskannya. Kalau akan menghadapi ujian, maka seseorang akan bersiap dengan belajar. Tanpa cemas, manusia tidak mempersiapkan diri. Bila cemas mengganggu aktivitas harian (gangguan berpikir, perilaku, dan emosi), maka disebut Gangguan Cemas.
Hampir 30% orang dewasa di dunia pernah mengalami gangguan cemas semasa hidupnya. Gangguan cemas muncul sebagai keluhan psikologi dan/atau keluhan fisik seseorang. Gangguan cemas merupakan kelompok gangguan jiwa, yang dapat diobati. Terapinya bergantung kepada jenis gangguan, beratnya dan psikologi dasar dari individu.
Jenis Gangguan Cemas
Gangguan cemas wujudnya bermacam-macam, sebagai contoh:
1. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder / GAD)
Wujud gangguan cemas menyeluruh adalah kekhawatiran luar biasa terhadap berbagai macam aspek dalam kehidupan. Ketegangan berlebihan ini dapat disertai dengan keluhan fisik yang mengganggu aktivitas harian individu. Keluhannya dapat berupa kelelahan, kegelisahan, sulit konsentrasi, otot tegang, gangguan makan, dan gangguan tidur.
Hal-hal yang mungkin dianggap sepele oleh orang lain, bisa menjadi sumber kecemasan untuk pasien dengan GAD, misalnya ketakutan bahwa anak atau anggota keluarganya mengalami musibah. Sebagai contoh, pasien akan mencemaskan anaknya, hingga menelpon berulang untuk memastikan anaknya aman; apabila tidak dijawab, maka pasien akan khawatir hingga mengirimkan kurir atau pergi sendiri untuk melihat situasi yang dicemaskannya. Kecemasan berlebih ini dapat mengganggu pasien dan orang-orang disekitarnya.
2. Gangguan Panik
Tiba-tiba merasa sesak napas, tenggorokan tersumbat, degup jantung kencang, keringat dingin, gemetar, nyeri dada, sakit kepala, merasa bingung, serasa mau mati atau takut tiba-tiba menjadi “gila”. Bisa jadi keadaan ini disebut serangan panik. Pasien dengan gangguan panik biasanya dibawa ke IGD Rumah Sakit. Setelah sampai IGD, serangan biasanya mereda dan hilang. Kejadian ini dapat terjadi kapan saja dan dimana saja secara tiba-tiba.
Pada beberapa kasus, pasien berulang kali mengunjungi IGD dalam tiga bulan terakhir, namun dokter mengatakan segala fungsi tubuh dalam batas normal. Serangan panik yang berulang dan mengganggu aktivitas fungsi sehari-hari sering disebut dengan gangguan panik. Serangan panik dapat disertai dengan gangguan jiwa lainnya seperti depresi, gangguan stres paska-trauma (PTSD/Post Traumatic Stress Disorder).
3. Fobia Spesifik
Ketakutan yang berlebihan dan menetap atas suatu kejadian/objek/tempat yang menurut sebagian besar orang tidak berbahaya. Individu tahu bahwa ketakutan luar biasa ini tidak beralasan, karena itu ia selalu berupaya menghindari situasi/objek/tempat tertentu. Fobia spesifik dapat menimbulkan ketakutan yang disertai dengan aktivasi saraf simpatis, seperti berkeringat, gemetar, badan terasa panas, jantung berdegup kencang, napas pendek dan cepat, dada terasa tertekan, serta nyeri lambung.
Contoh kasus fobia spesifik adalah ketika seseorang bertemu dengan objek yang sangat ditakutinya, seperti kecoa, pisau, api, laba-laba. Mereka mengerti bahwa tidak akan ada hal yang buruk ketika melihat kecoa, seperti kata orang bahwa “Kecoa tidak akan membunuh”, namun ia tidak dapat mengendalikan perasaan takut tersebut.
4. Agoraphobia
Agoraphobia merupakan ketakutan luar biasa pada situasi atau tempat yang membuat seseorang merasa terperangkap, tidak berdaya, dan malu. Ketakutan luar biasa ini membuat mereka menghindari tempat/situasi seperti sarana transportasi umum, akomodasi umum, antrian, ruang terbuka, ruang tertutup (misalnya lift), hingga berada di luar rumah sendirian. Individu dengan agoraphobia biasanya takut dan menghindari tempat umum, serta memerlukan kawalan ketika keluar rumah.
5. Gangguan Kecemasan Sosial (Fobia Sosial)
Individu dengan gangguan kecemasan sosial takut dipermalukan, ditolak, dan diolok-olok oleh orang lain, baik yang dikenalnya atau tidak. Cemasnya memuncak saat ia harus berinteraksi sosial. Ia hampir dipastikan tidak dapat melakukan wawancara untuk melamar pekerjaan, berbicara didepan umum, makan atau minum di tempat umum, hingga menemui kenalan baru. Keadaan ini membuatnya terpaku di rumah sehingga tak mampu beraktivitas harian. Diagnosis ditegakkan ketika keadaan ini berlangsung setidaknya selama 6 bulan.
6. Gangguan Kecemasan Akan Perpisahan
Individu dengan gangguan cemas akan perpisahan sangat cemas luar biasa ketika berpisah dengan orang yang dekat dengannya. Pada anak-anak peristiwa ini berlangsung setidaknya empat minggu, pada orang dewasa waktunya selama enam bulan. Mereka sangat ketakutan kehilangan orang dekatnya. Kemanapun mereka harus yakin orang dilekatinya berada didekatnya.
Gambaran yang lazim ditemukan adalah ketika hari pertama anak masuk sekolah dan ibunya harus selalu terlihat olehnya, sehingga ibunya duduk di kelas selama ia belajar sampai berbulan-bulan (terutama jika tidak diterapi). Peristiwa cemasnya mungkin terjadi di masa kecil, namun rasa cemasnya dapat berlangsung sampai dewasa.
Faktor Risiko
Gangguan jiwa secara umum terjadi atas paduan biologi, psikologi dan social. Demikian juga gangguan cemas, Faktor biologi boleh jadi faktor genetik. Faktor psikologik adalah faktor ketahanan mental yang diperoleh dari pembelajaran/pengasuhan. Sementara faktor sosial adalah faktor lingkungan.
Diagnosis dan Terapi
Dokter, psikiater lebih dahulu perlu memastikan tidak adanya gangguan organ seperti jantung, paru, dan sebagainya. Jika sudah disingkirkan gangguan fungsi organ, maka dokter jiwa akan menegakkan diagnosis dengan membaca tanda-tanda yang ditampilkan dan dirasakan individu, sembari menelusuri gejala dan kemunculannya. Terapi dapat menggunakan obat farmakologi dan bantuan konseling/psikoterpi. Kerjasama dokter – pasien sangat diperlukan untuk pemulihannya.