Bagi anda yang rutin menggunakan jasa perkereta-apian, film ini dipastikan akan memberi kesan tersendiri. Well, ada sih, pilihan-pilihan lain tentang kereta api seperti The Burning Train-nya Bollywood, atau bahkan Tragedi Bintaro-nya film nasional zaman 80an. Tapi The Cassandra Crossing benar-benar wow! Judulnya saja seksi dan dahsyat. Berkisah mengenai beberapa teroris yang menyerang sebuah laboratorium penelitian guna mencuri virus yang dianggap mampu dijadikan senjata kimia, teroris-teroris ini berhasil dilumpuhkan timah panas, kecuali satu orang, yang brengseknya justru si pembawa virus (ya namanya juga film…). Si pembawa virus ini membawa tabung berisi virus dan menyelinap ke dalam sebuah rangkaian kereta api antar negara. Nah, tentu saja tabung virus itu pecah (lagi-lagi, namanya juga film), si pembawa virus game over, tapi menyebarkan penyakit mematikan dari gerbong ke gerbong pada penumpang. Satu-satunya cara untuk mencegah penularan adalah dengan mengkarantina kereta api dan akhirnya menghancurkannya saat melintas di jembatan Cassandra, atau Cassandra Crossing.
Penampakan gelembung-gelembung pada tubuh korban virus itu yang mengingatkan saya pada Lymphogranuloma Venereum, meskipun yang belakangan ini diakibatkan bukan oleh virus dari film tersebut, melainkan oleh Chlamydia Trachomatis. LGV adalah Infeksi Menular Seksual yang disebabkan Chlamydia Trachomatis serovar L1, L2, L2a atau L3 yang invasif. LGV pertama kali menyerang kelenjar getah bening pada lipat paha, sehingga timbul benjolan. Benjolan ini bisa membesar dan akhirnya pecah… Mirip seperti gelembung dalam film The Cassandra Crossing itu.
Bakteri klamidia masuk melalui kulit yang tak utuh (luka) dan dapat menembus ke dalam, yaitu lapisan sel epitel dari membran mukosa. Organisme ini berjalan dari tempat masuknya menuju saluran limfa untuk menggandakan diri dalam fagosit (sel pemakan) mononuklear dari nodulus limfatik di kelenjar getah bening.
Setelah masuk, yang tampak adalah lesi awal berbentuk bintil merah, yang kemudian menjadi gelembung berisi nanah, lalu pecah dan berakhir menjadi luka bergaung yang disebut ulkus. Ulkus ini memiliki batas bervariasi dengan kedalaman dangkal (dalam kok dangkal, ya? Tapi tahu kan maksudnya?), dan memiliki dasar bervariasi pula; ada yang bersih dan ada yang kotor. Sekret (cairan) biasanya juga bervariasi, dari warna kelabu kekuningan dengan nanah sampai yang berdarah-darah. Jumlah lesi biasanya tunggaldan berlokasi di uretra (saluran kencing), leher rahim dan rectum (saluran anus). Pembesaran kelenjar getah bening (adenopati) yang berisi nanah, dengan masa dari masuknya bakteri sampai timbul gejala memakan waktu 3–21 hari. Perjalanan penyakit berkisar 1–2 minggu, dengan disertai atau tanpa rasa nyeri.
Tidak seperti The Cassandra Crossing yang mengerikan, ketika akhirnya satu gerbong penumpang ketularan semua, dan akhirnya mati semua, sehingga film berakhir dengan diledakkannya jembatan plus gerbong berisi mayat, LGV bila sudah didiagnosa mudah untuk disembuhkan. Tentu saja dengan pertolongan dokter. Biasanya selain diberi antibiotika, gelembungnya juga disedot. Setelah diobati, hasilnya sama kok, seperti akhir film yang selalu kita harapkan, happy ending…