Tentang Pendidikan Seks Bagi Anak

Penggunaan internet yang makin meluas juga membawa dampak penyebaran informasi yang makin cepat. Baru beberapa hari lalu kita dengar tentang sepasang muda-mudi yang melakukan hubungan seksual di tempat umum, kemudian diberi hukuman sosial beramai-ramai. Pemuda pemudi ini, mungkin atas dasar keingintahuan, melakukan eksplorasi atas seksualitas yang tidak pada tempatnya.

Berbagai komentar muncul mengiringi pemberitaan ini, seperti biasa selalu ada pro dan kontra. Pelajaran yang penting dari kejadian ini tentu bukan hanya soal etika, tapi juga mengenai pendidikan seks. Bila kedua pelajaran ini diberikan sebagai bekal, harapannya setiap orang akan mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab tentang tubuh mereka.

Pendidikan seks, atau sering disebut sebagai sex education, bukanlah sebuah pengajaran tentang bagaimana melakukan hubungan seks. Pendidikan seks adalah proses penyampaian informasi tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi seseorang, baik perempuan maupun laki-laki. Proses ini laiknya berlangsung seumur hidup, yakni dengan mengumpulkan informasi dan membentuk perilaku, kepercayaan, serta tata nilai. Pendidikan seks mencakup perkembangan seksual seorang anak manusia, kesehatan reproduksi dan seksual, hubungan interpersonal, kasih sayang, keintiman, persepsi seseorang akan tubuhnya (body image), serta peran jender.

Melalui pendidikan seks, kesehatan anak, terutama perempuan, dipercaya akan meningkat kualitasnya. Mengapa? Karena dengan adanya informasi, maka risiko seorang anak perempuan untuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan atau pernikahan dini menjadi jauh lebih kecil. Akses terhadap pendidikan merupakan kunci bagi pengembangan kualitas kesehatan suatu masayarakat yang dapat dinilai dari berkurangnya angka kesakitan dan angka kematian, angka kesuburan, bahkan kemiskinan. Mendidik seorang perempuan muda sama saja dengan menciptakan keluarga kecil yang sejahtera dan generasi penerus yang sehat.

Remaja membutuhkan informasi yang tepat tentang seks dan seksualitas untuk bernegosiasi tentang hubungan seksual, agar proses ini berlangsung dengan aman dan bertanggung jawab. Pendidikan seks hendaknya mencakup topik yang sangat luas, mulai dari biologi reproduksi, hubungan antar manusia, seksualitas, kontrasepsi, dan penyakit infeksi yang ditularkan secara seksual.

Tak bisa dipungkiri, orang tua memegang peranan penting sebagai tauladan bagi remaja, sehingga proses pendidikan seks dimulai dari rumah, seperti juga pendidikan yang lain. Mulai dari bayi anak diajarkan tentang kasih sayang, hubungan antar manusia, kelembutan, sentuhan, dan lain sebagainya. Seiring bertambahnya usia, anak dikenalkan dengan konsep apa yang pantas dan apa yang tidak pantas. Modal inilah yang akan menjadi batasan mereka dalam menyerap informasi yang beredar luas di masyarakat, apalagi dengan adanya teknologi informasi.

Sementara di sekolah, pendidikan seks bersifat sebagai pelengkap. Apa yang diajarkan juga harus tetap menghormati perbedaan nilai yang dibawa oleh ajaran keluarga maupun komunitas tempat si anak berkembang. Pendidikan seks di sekolah diharapkan dapat membantu si anak memiliki pandangan positif akan dirinya dan perubahan yang dia alami, member tambahan informasi tentang bagaimana cara menjaga diri dan kesehatannya, serta membantu menyiapkan anak dalam proses pengambilan keputusan untuk masa depannya.

Tujuan dari diberikannya pendidikan seks di sekolah adalah:

1. Menyediakan informasi yang akurat mengenai seksualitas manusia

2. Menyediakan kesempatan bagi remaja untuk mengembangkan tata nilai dan perilaku yang sesuai mengenai seksualitas

3. Membantu remaja mengembangkan kemampuan berhubungan interpersonal

4. Membantu melatih remaja untuk bertanggung jawab akan seksualitas dirinya, termasuk mengajarkan abstinensia, tekanan lingkungan untuk melakukan hubungan seks sedini mungkin, dan penggunaan kontrasepsi

Berdasarkan laporan dari sejumlah program mengenai seksualitas di kalangan remaja, pendidikan seks diketahui memberikan manfaat berupa:

1. Menunda onset terjadinya hubungan seksual

2. Mengurangi frekuensi berhubungan seksual

3. Mengurangi jumlah pasangan untuk berhubungan seksual

4. Meningkatkan penggunaan kondom dan kontrasepsi

Sangat penting bagi generasi penerus kita mendapatkan pendidikan mengenai kesehatan, termasuk pendidikan reproduksi dan seksual. Masalahnya, diskriminasi jender juga tidak luput dari bidang ini. Anak lelaki lebih memiliki keleluasaan mengeksplorasi seksualitasnya sementara anak perempuan dibiarkan dalam ketidaktahuan. Akibatnya terjadilah hal-hal yang mengancam keamanan dan kenyamanan anak-anak perempuan ini dalam proses perkembangan seksualnya. Padahal, tidak ada yang lebih penting dari pemberian informasi terhadap anak-anak ini. Karena dengan informasi, si anak memiliki kebebasan untuk memilih, memiliki kesiapan dalam menghadapi kehidupan dewasanya secara mandiri. Bukankah kita semua ingin jadi manusia dewasa yang merdeka?

Artikel Terkait

Kenali dan lindungi anak dari kejahatan pedofilia

Libido

HPV dan Kutil Kelamin

You never forget your first Toyfriend!

Hidup dalam terkaman harimau di hutan ‘aman’

Pelayanan berkualitas dimulai dengan pelayanan primer

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.