Kanker serviks merupakan kanker keempat yang paling umum pada wanita. Pada tahun 2022, diperkirakan 660.000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks di seluruh dunia dan sekitar 350.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut. Namun Tindakan pencegahan dengan vaksin dan deteksi dini dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini.
Saat ini pap smear lebih sering digunakan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Ternyata bukan hanya pap smear, namun ada tes skrining serviks lain, yaitu:
1. Pemeriksaan sel atau sitologi konvensional (PAP smear konvensional)
Pemeriksaan ini paling banyak digunakan di seluruh dunia. Menggunakan sediaan hapus cairan serviks. Tidak semua cairan serviks yang menempel pada alat pengumpul sampel akan diperiksa karena bila hapusan terlalu tebal, pemeriksaan menjadi sulit.
2. Sitologi berbasis cairan (Pap smear LBC: Liquid Base Cytology)
Merupakan pengembangan metode konvensional. Pada metode ini seluruh bahan yang menempel pada alat pengambilan sampel akan diperiksa. Sehingga sel yang diperiksa jauh lebih banyak, debris atau kotoran yang lebih sedikit, sel-sel yang diperiksa tidak tumpang tindih seperti pada hapusan pap smear konvensional, sehingga pemeriksaan ini memberikan interpretasi atau hasil pembacaan yang lebih baik untuk mendeteksi perubahan sel-sel serviks dibandingkan pap smear konvensional.
Pada LBC, bahan yang dikumpulkan dari serviks dicuci ke dalam botol berisi media transpor cair dan disaring dan sampel disajikan dalam bentuk lapisan tipis pada slide atau kaca obyek pemeriksaan, sehingga sel-sel yang diperiksa tidak tumpang tindih dan mudah dibaca.
Selain untuk memeriksa perubahan sel, LBC juga dapat digunakan juga untuk memeriksa HPV dan pengujian tingkat molekuler lain yang diperlukan bila ditemukan kecurigaan sel-sel serviks yang tidak normal.
Pembacaan hasil pap smear konvensional dan LBC menggunakan The Bethesda System (TBS) 2014. Sistem ini memiliki beberapa hal yang dilaporkan, yaitu:
a. Jenis pemeriksaan
- Pap smear (pemeriksaan sitologi serviks) konvensiona
- Pap smear LBC (Liquid Base Cytology)
- Pemeriksaan lain
b. Kecukupan bahan periksa
- Memuaskan untuk evaluasi: ditemukan adanya sel endoserviks dan dijabarkan ada atau tidak komponen yang diperiksa, adanya peradangan, darah yang dapat mengaburkan pemeriksaan.
- Tidak memuaskan untuk evaluasi karena sesuatu hal akan dijelaskan penyebabnya dan kemungkinan bahan pemeriksaan tersebut
- Ditolak/tidak dapat diproses
- Dapat diproses dan diperiksa, tetapi tidak memuaskan untuk evaluasi kelainan epitel.
c. Interpretasi hasil
- Negatif untuk lesi intraepitelial atau keganasan
- Kelainan sel epitel: Sel skuamosa
- ASCUS (Atypical Squamous Cells of Undetermined Significance) adalah perubahan sel serviks yang tidak khas, tidak dapat dinyatakan sebagai sel normal namun belum masuk kriteria sel yang mengalami kelainan.
- ASC-H (Atypical Squamous Cells, Cannot Rule Out High Grade Squamous Intra-epithelial Lesion), perubahan sel skuamosa yang tidak khas namun tidak dapat menyingkirkan perubahan yang cukup serius walaupun belum memiliki tanda keganasan atau kanker.
- LSIL (Low grade squamous intraepithelial lesion) perubahan pada sel serviks yang menunjukan adanya suatu kelainan minimal yang umumnya disebabkan oleh suatu infeksi virus HPV, tetapi kondisi ini umumnya akan mengalami perbaikan dengan sendirinya.
- HSIL (high-grade squamous intraepithelial lesion), menunjukkan adanya kelainan sel yang cukup serius di mulut rahim yang mengarah pada kondisi kanker.
- Karsinoma sel skuamosa
Selain TBS, hasil pemeriksaan pap smear juga dilaporkan dengan CIN (Cervical Intraepithelial Neoplasia).
- CIN 1: Sel-sel yang tidak normal ditemukan pada sekitar sepertiga ketebalan epitel (lapisan permukaan serviks). Termasuk sebagai lesi tingkat rendah dan sering kali sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.
- CIN 2: Sel-sel yang tidak normal antara sepertiga hingga dua pertiga epitel serviks. Pada kondisi ini perlu perhatian dan ada kemungkinan memerlukan pengobatan untuk mencegah perkembangan menjadi kanker.
- CIN 3: Sel-sel yang menunjukkan adanya kelainan mencapai lebih dari dua pertiga epitel. Ini juga dianggap sebagai lesi yang cukup serius dan memerlukan pengobatan karena peluang untuk menjadi kanker sangat besar.
- Keganasan lainnya
d. Catatan tambahan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan selanjutnya.
3. Pemeriksaan Human Papillomavirus (HPV)
Meskipun Pap smear, baik pap smear konvensional maupun LBC, merupakan salah satu tes skrining terbaik dalam bidang kedokteran untuk menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga lebih dari 50%, tes ini memiliki keterbatasan.
Sensitivitas pemeriksaan Pap smear untuk kelainan sel-sel serviks berkisar antara 30% – 87% (dengan rata-rata sekitar 58%). Hampir setengah dari semua kanker serviks baru ditemukan pada perempuan yang belum pernah menjalani pemeriksaan sitologi serviks, sebelum diagnosis. Namun, sayangnya, Pap smear negatif palsu dikaitkan dengan 30% dari semua diagnosis kanker serviks baru.
Pengujian DNA HPV telah meningkatkan sensitivitas dibandingkan sitologi serviks tetapi spesifisitasnya lebih rendah. Untuk wanita berusia 30 tahun ke atas, sensitivitas dan spesifisitas tes DNA HPV untuk mendeteksi CIN 2 atau HSIL masing-masing sekitar 95% dan 87%. Itu sebabnya penting bagi Perempuan usia 30 tahun ke atas untuk memeriksakan HPV juga.
4. Tes inspeksi visual pada asam asetat (IVA) dapat mendeteksi lesi prakanker serviks pada wanita yang tampaknya sehat dan asimtomatik.
IVA melibatkan visualisasi serviks dengan mata telanjang 1 menit setelah pemberian asam asetat encer 3–5% di bawah cahaya terang. Hasil tes dilaporkan sebagai negatif, positif atau mencurigakan kanker invasif.
Tes positif digambarkan dengan munculnya area putih kebiruan (acetowhite) padat yang jelas dan berbatasan dengan SCJ (Squamocolumnar junction) atau peralihan bentuk sel dari sel endoserviks (bagian dalam serviks) dan sel-sel ektoserviks (bagian luar serviks) di zona perubahan bagian dalam dan luar serviks (Transformation zone atau TZ).
Tes ini cocok untuk Perempuan yang belum menopause, di bawah usia 50 tahun ketika TZ terlihat sepenuhnya pada ektoserviks. Interpretasi tes sulit dilakukan pada yang sudah menopause dan yang lebih tua. IVA tidak ideal untuk wanita di atas usia 50 tahun atau ketika SCJ tidak terlihat sepenuhnya.
IVA dilaporkan Negatif bila salah satu dari ciri-ciri berikut terlihat:
- Tidak ada lesi acetowhite pada serviks
- Lesi acetowhite tipis transparan atau lesi bercak samar atau lesi tanpa batas yang jelas
- Polip menonjol dari os eksternal yang mengandung acetowhite
- Kista Nabothian mengandung acetowhite dan tampak seperti jerawat keputihan
- Acetowhite seperti garis samar di persimpangan epitel kolumnar dan skuamosa
- Lesi acetowhite menjauh dari zona transformasi
- Acetowhite seperti garis
- Area seperti titik di endoserviks, yang disebabkan oleh epitel kolumnar seperti anggur yang diwarnai sementara dengan asam asetat
IVA dilaporkan Positif bila salah satu dari ciri-ciri berikut terlihat:
- Area acetowhite yang jelas, berbatas tegas, padat, buram atau putih kusam atau putih tiram yang menyentuh SCJ atau menyentuh os eksternal (jika SCJ tidak terlihat)
- Lesi harus memiliki batas yang jelas, bisa atau tidak, menonjol dari permukaan
- VIA dilaporkan sebagai Kanker Invasif yang dicurigai jika salah satu dari ciri berikut terlihat:
- Pertumbuhan atau ulkus yang terlihat pada serviks yang berdarah saat disentuh
- Pertumbuhan atau ulkus mungkin berwarna putih atau tidak setelah pengaplikasian asam asetat
IVA adalah tes point-of-care yang sederhana, layak, dan terjangkau, yang memberikan hasil langsung yang memungkinkan diagnosis dan/atau perawatan dilakukan dalam kunjungan yang sama untuk perempuan yang hasil skriningnya positif.
Semua tenaga profesional kesehatan termasuk dokter, perawat, bidan, dan pekerja perawatan kesehatan primer dapat dilatih untuk melakukan IVA setelah pelatihan singkat.
Pemeriksaan IVA memang subyektif sehingga nilai positif palsu cukup tinggi. Prosedur ini sering membuat tidak nyaman bagi pasien.
Data yang ada menunjukkan bahwa pemeriksaan HPV merupakan prosedur dengan nilai paling tinggi karena sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif negatifnya yang tinggi dan cukup nyaman bagi pasien maupun pemeriksa.
Selain itu jangka waktu pemeriksaan juga lebih panjang dibandingkan pemeriksaan pap smear dan IVA. Pemeriksaan IVA paling murah namun paling subyektif dan memiliki kemungkinan positif palsu paling besar.
Pemeriksaan pap smear memerlukan kemampuan yang baik untuk dapat menilai dengan baik hasil pemeriksaan. Ko-testing HPV dengan pemeriksaan lain, misalnya HPV dengan pap smear atau HPV dengan IVA memberikan hasil sangat baik dan menyingkirkan kemungkinan hasil negative palsu atau positif palsu.