The Penis Book, Chapter 10

The Incredible Journey

The Penis Book, Chapter 11

Pocketful of Miracles

The Penis Book, Chapter 12

Tea and Sympathy

The Penis Book, Chapter 2

Moby Dick

The Penis Book, Chapter 3

Godzilla

The Penis Book, Chapter 9

The Proud Ones

The Penis Book, Chapter 1

The Singer Not The Song

The Penis Book, Chapter 4

Gentlemen Prefer Blondes

The Penis Book, Chapter 8

Dr. Jekyll and Mr. Hyde

The Penis Book, Chapter 5

Mandingo

The Penis Book, Chapter 7

Diamonds Are Forever

The Penis Book, Chapter 6

The River of No Return

The Penis Book, Introduction

The Penis Book

The Penis Book

The Penis Book 2

Angsamerah-Penis Book_The Proud Ones

The Proud Ones

The Penis Book, Chapter 9

The Proud Ones adalah film barat buatan 1956 yang tidak terlalu terkenal; tidak seperti High Noon, Johnny Guitar, atau Gunfight at O.K Corral. Film yang dibintangi Jeffrey Hunter dan Robert Ryan ini memiliki alur sederhana, kisah seorang sheriff yang berusaha menjaga ketertiban dan kedamaian kotanya dari para bandit yang kini buka usaha rumah judi, dan dendam seorang pemuda gara-gara ayahnya, seorang bandit juga, dibunuh oleh sang sheriff.

The Proud Ones adalah film barat buatan 1956 yang tidak terlalu terkenal; tidak seperti High Noon, Johnny Guitar, atau Gunfight at O.K Corral. Film yang dibintangi Jeffrey Hunter dan Robert Ryan ini memiliki alur sederhana, kisah seorang sheriff yang berusaha menjaga ketertiban dan kedamaian kotanya dari para bandit yang kini buka usaha rumah judi, dan dendam seorang pemuda gara-gara ayahnya, seorang bandit juga, dibunuh oleh sang sheriff.

Terkenal sebagai jago tembak, pada pertengahan film si sheriff malah menderita gangguan penelihatan, makin lama makin rabun sampai nyaris buta, padahal bandit-bandit makin merajalela. Hehehe. Begitu saja ceritanya. Musik film buatan Lionel Newman malah unsur yang paling menonjol, dengan menggunakan siulan sebagai pengganti nyanyian.

Bagi para pria, yang dianggap sebagai golongan The Proud Ones adalah golongan yang mampu ber-ereksi. Dan tentu setiap pria ingin menjadi The Proud Ones. Betapa tidak, ereksi dianggap sebagai salah satu tolak ukur kejantanan seorang pria.

Selain tentunya kesuburan. Pria tanpa ereksi adalah pria yang tidak seksi, kata pepatah ngawur. Tak perduli apa orientasi seks nya, apakah hetero atau homo, ereksi tetap dipandang sebagai salah satu penentu kelaki-lakian seseorang, tak perduli benar salahnya.

Secara fisiologis, ereksi dipicu oleh divisi saraf parasimpatik dari sistem saraf otonom, yang menyebabkan level nitric oxide sebagai vasodilator meningkat dalam pembuluh-pembuluh darah arteri trabekula dan otot halus penis.

Masih ingat tiga pilar yang menyusun penis? Arteri-ateri ini melebar atau dilatasi, sehingga mengisi kolom pilar dengan darah; corpora cavernosa penis dan sebagian kecil dari corpora spongiosa. Otot-otot ischiocavernosus dan bulbospongiosus menekan pembuluh-pembuluh balik (vena) dari corpora cavernosa untuk menahan sirkulasi darah ini, sehingga tetap berada pada penis. Ereksi berhenti jika aktifitas parasimpatik menurun hingga dasar.

Ah, terlalu medis?

Gampangnya begini: berdirinya penis dipicu oleh rangsang. Tidak selalu seksual sih, terkadang cemas atau takut mampu membuat penis tegang. Ini yang menurut teori. Menurut pengalaman sih, yang terjadi sebaliknya, malah mengkerut.

Nah…rangsangan yang disebutkan membuat saraf-saraf yang bekerja sendiri, artinya tidak diperintah kesadaran (bernafas dan pencernaan juga berlangsung atas kerjasama saraf-saraf ini), melebarkan pembuluh darah penis. Darah dengan deras masuk ke dalam penis sehingga penis yang tadinya mungil dan lucu menjadi besar dan tidak lucu. Tegaklah si penis.

Untuk menjaga agar jangan terburu-buru menjadi mungil dan lucu kembali, otot-otot bekerja menahan aliran darah kembali ke tubuh. Setelah puas berdiri, barulah saraf berhenti bekerja, otot-otot mengendur, pembuluh darah yang tadinya melebar kembali menyempit dan darah pun kembali ke tubuh. Penis kembali mengkeret dan lucu.

Fase Ereksi

Penis yang berdiri tegak sebagai respon terhadap rangsangan seksual, akan melalui empat tahapan. Tahapan tersebut adalah Non aroused, Excitement, Plateau, Orgasme, dan Resolusi.

Pada fase pertama, Non aroused, tentu saja sang penis masih bobo alias lunglai. Kemudian, karena ada rangsangan atau perintah dari otak, mulailah fase excitement. Fase ini dapat dilihat dari dijumpainya:

  • Pengumpulan darah (istilah keren nya Vasokongesti)
  • Ereksi : penis membesar dan mengeras
  • Kulit skrotum menebal, berkontraksi, dan mengetat.
  • Testis meninggi mendekati tubuh, spermatic cord (tali penggantung buahmu sehingga memberi efek bergandul-gadul) memendek

Setelah itu, bila rangsangan berlanjut, maka sang pria masuk ke dalam fase Plateau. Pada fase ini:

  • Vasokongesti mencapai puncak
  • Penis mencapai ereksi penuh
  • Glans penis membengkak dan berwarna lebih gelap
  • Testis membesar dan terus meninggi hingga mencapai tubuh.
  • Pelumasan/lubrikasi dari glandula cowper

Setelah fase Plateau dilalui, tibalah penis pada fase yang dinanti-nantikan sang empunya: Orgasme. Orgasme tediri dari dua stadium: emisi dan ejakulasi

  • Emisi: rasa ingin ejakulasi. Vas deferens, vesikula seminalis, dan prostat berkontraksi dan mendorong ejakulat mencapai bulbus pada pangkal uretra.
  • Ejakulasi: kontraksi bulbus uretra, uretra, dan penis mendorong ejakulat keluar. Fase ini disertai sensasi nikmat dan terdiri 3-4 kali pulsasi kuat penis dengan interval 0.8 detik, diikuti pulsasi lebih lemah dan lambat.

Jadi, ejakulasi tidak sama dengan orgasme. Lebih tepatnya, ejakulasi merupakan bagian dari orgasme. Orgasme merupakan pelepasan neuromuskular (saraf dan otot) setelah ketegangan seksual mencapai puncaknya, yang didahului oleh ejakulasi. Ejakulasi sendiri dapat terjadi tanpa sensasi orgasme, contohnya pada wet dream atau mimpi basah.

Kembali ke soal ereksi, selaput otak yang dinamai cortex cerebri dapat memicu ereksi meski tak ada rangsang yang diarahkan langsung ke penis. Ereksi bisa dipicu melalui rangsang penglihatan, pendengaran, penghidu, imajinasi atau peraba dengan bekerja melalui pusat-pusat erektil pada saraf tulang belakang bagian pinggul dan ekor.

Cortex juga mampu menekan ereksi meskipun ada rangsang langsung terhadap penis, sebagaimana juga terjadi bila ada faktor-faktor kejiwaan, emosi dan lingkungan sekitar. 

(Good) morning (with) glory

Ereksi yang terjadi saat tidur atau saat bangun pagi disebut sebagai Nocturnal Penile Tumescence (NPT). Ereksi ini penting untuk membedakan penyebab-peyebab kejiwaan atau fisik dari disfungsi ereksi.

Sebutan lain yang cukup terkenal meskipun tidak resmi adalah Morning Wood atau Morning Glory. Orang-orang Londo menyebutnya ODOL… Odol yang satu ini tentunya bukan mengacu pada pasta gigi sebagaimana kita gunakan tiap pagi, namun singkatan dari Omzetten Dikke Ochtend Lul.

Semua pria sehat mengalami fenomena NPT biasanya tiga sampai lima kali pada waktu malam, terutama masa tidur REM (Rapid Eyes Movement), atau masa tidur dimana mata bergerak cepat.

Hipotesa yang diajukan J Bancroft tahun 2005 adalah ereksi penis dihambat oleh sistem noradrenergik dari locus coeruleus. Semasa tidur REM, kerja sistem noradrenergik berkurang, sehingga testosteron yang menyebabkan NPT dapat berfungsi tanpa hambatan.

Teori lain yang menjelaskan terjadinya NPT adalah kondisi kandung kemih yang penuh hingga memicu ereksi, yang disebut dengan refleks ereksi. Saraf yang mengontrol kemampuan pria memiliki refleks ereksi ada di saraf sakrum atau bagian ekor (S2-S4) dari saraf tulang belakang.

Kandung kemih yang penuh dikatakan merangsang saraf pada daerah yang sama. Pada siang hari, rangsang ini ditekan pria dewasa dengan pengalihan atau distraksi terhadap rangsang lain, namun pada saat tidur, karena tak ada rangsang lain, terjadilah refleks ereksi yang syuuuur….

Kemungkinan ereksi pada waktu tidur akibat penuhnya kandung kemih dianggap sebagai suatu keuntungan. Karena dengan terhambatnya kencing saat ereksi mampu mencegah terjadinya ngompol.  

Dan ereksipun berlanjut…

Ereksi tentunya bukan semata soal berdiri gagah perkasa tanpa guna. Ereksi diperlukan seorang pria pada saat ia melakukan penetrasi ke vagina. Pada saat ereksi, skrotum biasanya ikut mengencang dan naik ke atas, meskipun tak selalu demikian pada setiap orang. Buat mereka yang tidak disunat, kulup biasanya tertarik sehingga glans penis menyembul keluar, meskipun pada beberapa pria dengan kulup panjang terkadang tetap harus menarik kulupnya secara manual.

Ereksi seringkali terjadi setelah seorang lelaki memasuki masa akil balig. Namun ereksi bisa terjadi pada setiap usia. Anak-anak mengalaminya, bayi mengalaminya, bahkan janin dalam kandungan pun mengalaminya.

Ereksi spontan tanpa terkendali dapat terjadi juga pada para pria, tanpa memandang apakah ia raja atau gembel, orang kudus atau pendosa. Kejadian ini sangat normal, meskipun tentu saja bikin jengah, hilang konsentrasi, repot sendiri, gelisah dan bila sial…pusat perhatian khalayak dan handai taulan.

Penyebabnya, ya anggap saja sudah nasib sebagai pria. Ereksi spontan dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan pada siapa saja meskipun tanpa minum coca cola.

Panjang sebatang penis waktu lunglai tak selalu mencerminkan panjangnya saat ia ereksi; yang nampak mungil dan lucu dapat saja jadi dahsyat kala penis tegang kaku, sementara yang sudah panjang saat lunglai dapat saja hanya sedikit memanjang saat ereksi tanpa membuat mulut menganga saat melihatnya. Pada umumnya ukuran penis waktu ereksi akan menetap setelah masa akil balig berakhir.

Soal arah saat ereksi, kebanyakan penis mengacung ke atas. Namun banyak juga yang mengacung datar sedikit mendongak, atau malah menunduk, bahkan ada yang membentuk sudut 90o siku-siku alias lurus ke depan seperti telunjuk. Hal ini tergantung dari ketegangan ligamen atau urat penyangga yang menggantung penis.

Penis yang ereksi dapat memberikan bentuk seperti tabung yang kokoh. Adakalanya penis memiliki lekukan pemanis dengan sudut melengkung ke atas atau ke bawah, ke kiri atau ke kanan. Akan tetapi bila mendapati kelengkungan penis berlebihan saat ereksi, bisa menjadi pertanda penyakit Peyronie. Selain memberikan efek psikologis terhadap si pemilik penis, keluhan fisik seperti nyeri saat ereksi atau bahkan disfungsi ereksi juga bisa timbul, sehingga membuat pemiliknya menderita.

J. Sparling  pada tahun 1997 pernah iseng-iseng mengukur sudut ereksi pria dalam posisi berdiri dan dimuat dengan judul  “Penile erections: Shape, Angle, and Length” dalam Journal of Sex & Marital Therapy  Angka nol derajat menunjukkan arah penis ke atas menghimpit perut, 90 derajat adalah arah horizontal, sementara 180 derajat menunjuk ke bawah ke tungkai.  Yang paling banyak ditemukan adalah arah mengacung ke atas. Iseng banget, ya!

Berapa lama sebaiknya seorang pria dapat “berdiri”?

Jawabannya tergantung kebutuhan.

Kalau lima menit dipandang cukup, ya lima menitlah. Lima belas menit? Boleh. Satu menit? Mengapa tidak? Yang jelas, seusai menunaikan tugasnya, penis diharapkan kembali ke posisi semula.

Kegagalan kembali ke posisi awal dapat mengakibatkan apa yang disebut priapismus atau ereksi berkepanjangan, yang berkebalikan dari nikmat malah bikin nyeri dan harus dirumah sakitkan. Keadaan ini biasanya karena penyalahgunaan obat. Yang tadinya diharapkan mampu membuat penis berdiri lebih lama.

Sekali lagi pemilik penis yang mengonsumsi obat ini merupakan korban salah paham, yang menganggap bahwa pria perkasa adalah pria yang mampu tahan lama seperti baterai cap kelinci main drum band. Kalau tak mampu lama berdiri, diragukan ke-pria-annya. Padahal, seperti yang sama-sama kita tahu bahwa yang mampu berdiri lama adalah seorang wanita bernama Nyonya Meneer, yang berdiri sejak tahun 18 sekian sekian…

Artikel Terkait

Buat janji dokter sekarang

HPV and What You Need to Know

Membersihkan Penis

Layanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi pria

The Sting

The Penis Book 2, Chapter 2

Beribu Nama Beribu Mitos

The Singer Not The Song

The Penis Book, Chapter 1

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.