Author

Dr. Fadlila Fitriani, MSc

Mengenal Virus Zika Lebih Dekat

Mengenal Virus Zika Lebih Dekat

Beberapa bulan terakhir, kita sering mendengar nama virus Zika di berbagai media nasional dan internasional. Virus Zika mulai merebak di Amerika latin, daerah daratan Samudera Pasifik, dan Afrika. Namun dewasa ini, beberapa kasus mulai dilaporkan di daerah Eropa dan Asia. Keberadaaan virus ini di Indonesia telah dilaporkan oleh lembaga Eijkman pada tahun 2015, namun menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia laporan kasus penyakit akibat virus ini belum ditemukan hingga saat ini.

Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes. Di Indonesia dan negara tropis lain, penularan terutama disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti, jenis nyamuk yang sama dalam penularan penyakit demam berdarah dan chikungunya. Nyamuk ini biasanya beredar di waktu pagi dan sore hari, sehingga perlu diwaspadai adanya gigitan pada waktu-waktu tersebut.

Selain melalui gigitan nyamuk, ternyata virus ini dapat pula ditularkan antara manusia dengan manusia melalui jalur-jalur berikut:

  1. Hubungan seksual dengan penderita virus Zika
  2. Dari ibu hamil yang terinfeksi virus Zika ke janin yang dikandungnya
  3. Transfusi darah (masih dalam penyelidikan lebih lanjut)

Sebenarnya mengapa virus Zika ini berbahaya, terutama untuk ibu hamil? Berdasarkan laporan kasus, virus Zika dapat menyebabkan kelainan perkembangan otak dan kepala bayi (mikrosefali). Selain itu virus Zika juga dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya sindroma Guillain-Barré, yakni penyakit autoimun yang mengakibatkan kelemahan pada otot. Apabila infeksi terjadi sebelum kelahiran, dapat menyebabkan adanya gangguan pada fungsi penglihatan dan pendengaran, serta pertumbuhan pada janin.

Orang yang terinfeksi virus Zika akan menunjukkan gejala yang mirip dengan demam berdarah dengue. Orang tersebut akan merasakan demam, bercak kemerahan pada kulit, pusing, nyeri pada otot dan sendi, radang kemerahan pada selaput mata, dan merasa lemah, letih, dan lesu. Gejala ini dapat berlangsung selama 2-7 hari. Untuk memastikan infeksi virus Zika, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan sampel darah atau cairan tubuh lainnya (air seni, ludah, cairan semen). Sampai saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus terhadap virus Zika. Terapi yang dilakukan sebatas untuk mengurangi gejala seperti : istirahat cukup, meminum banyak air untuk mencegah dehidrasi, obat penurun panas seperti asetaminofen, dan menghindari penggunaan aspirin atau obat anti inflamasi non steroid.

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki risiko besar terhadap penyebaran virus ini. Untuk mencegah penularan penyakit akibat virus Zika kita dapat melakukan hal di bawah ini:

  1. Pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M (menguras, menutup, dan mengubur).
  2. Memakai pakaian tertutup untuk mengurangi risiko gigitan nyamuk.
  3. Menutup jendela dan pintu rumah atau gunakan penyaring pada ventilasi rumah.
  4. Menggunakan obat nyamuk oles yang mengandung DEET, IR3535 atau icaridin yang aman untuk ibu hamil dan menyusui untuk mengurangi resiko gigitan nyamuk. Penggunaan obat nyamuk oles yang mengandung DEET perlu diwaspadai untuk bayi berusia kurang dari 2 bulan, terutama pada pengolesan di tangan, daerah mata, dan mulut karena berisiko dijilat dan tertelan sehingga berbahay bagi kesehatan. Penggunaan obat nyamuk oles pada bayi muda dapat digantikan dengan memasang jaring-jaring pada tempat tidur bayi atau Selain itu, perlu dihindari penggunaan obat nyamuk oles yang mengandung minyak dari lemon eucalyptus atau para-methane-diol pada anak yang berusia kurang dari 3 tahun karena dapat dengan mudah diserap oleh kulit dan tertelan oleh anak dan dapat mengakibatkan nyeri perut, muntah, dan kejang.
  5. Bagi penderita virus zika atau yang memiliki riwayat bepergian ke daerah dengan adanya laporan kasus infeksi virus Zika, sebaiknya menghindari hubungan seksual selama 6 bulan atau menggunakan pengaman seperti kondom.

Banyak upaya yang bisa kita lakukan untuk menjaga diri kita dan keluarga dari virus ini. Ingat, mencegah lebih baik dari mengobati. Jangan ragu untuk mengonsultasikan kesehatan dengan dokter Anda apabila anda memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis dan memiliki gejala serupa.

Artikel Terkait

WHO dan UNAIDS: Standar Global Layanan Kesehatan Ramah Remaja

Aging

Gerd dan Kecemasan

Are You a Couch Potato?

Obesitas dan Gaya Hidup (bagian 1)

Menjaga Kesehatan Di Musim Hujan

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.