Istilah HIV bukan lagi sesuatu yang asing didengar di masa sekarang ini, apalagi kebebasan mengekspresikan ketertarikan seksual sudah mulai terbuka di masyarakat. Meski demikian, label tak sedap masih terus membayangi penyebutannya sejak disebut-sebut tahun 1980-an. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlahan telah menyingkap misteri dibalik perjalanan virus yang dianggap mematikan ini.
HIV atau human immnodeficiency virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini masuk melalui kontak dengan lapisan membran mukosa yang tidak utuh atau melalui pertukaran cairan tubuh. Virus HIV kemudian akan berlekatan dengan sel dendrit, yang merupakan bagian dari mekanisme pertahanan awal tubuh kita terhadap infeksi. Selanjutnya virus HIV dibawa ke kelenjar getah bening dan akan berjumpa dengan banyak sel yang terlibat dalam mempertahankan kekebalan tubuh kita.
Sel yang terinfeksi oleh virus HIV jumlahnya tidak hanya satu, tapi bisa sangat banyak. Virus HIV bahkan bisa menginfeksi sel otak, meski target utama virus HIV adalah sel limfosit CD4 (salah satu jenis sel darah putih). Seperti yang kita tahu bersama, sel darah putih merupakan “pasukan” penjaga kekebalan tubuh. Nah, bisa Anda bayangkan apa yang terjadi pada tubuh kita kalau para penjaganya dilumpuhkan oleh virus HIV? Tentunya kita akan mudah terserang penyakit. kalau biasanya batuk pilek dapat sembuh sendiri dalam waktu kurang dari seminggu, maka orang dengan HIV harus menghabiskan waktu yang lebih panjang untuk memulihkan diri. Orang dengan HIV bisa juga mengalami derajat keparahan yang lebih berat dibanding orang tanpa HIV yang batuk pilek.
Ketika virus HIV menginfeksi sel CD4, maka virus HIV akan menjalani tahapan reproduksi. Ia akan memperbanyak dirinya, membentuk koloni dan menginfeksi sel CD4 dalam jumlah yang lebih banyak. Proses ini tak ubahnya produksi mobil oleh sebuah pabrik. Hal pertama yang terjadi adalah pengikatan dan penyatuan (binding & fusion). Virus HIV akan berikatan dengan reseptor spesifik dan ko-reseptor di permukaan sel CD4. Proses ini dapat diibaratkan seperti sebuah kunci yang secara pas masuk ke dalam lubang kunci. Saat sudah berikatan, maka virus HIV akan melepaskan materi genetiknya ke dalam sel CD4.
Berikutnya secara beturut-turut virus HIV akan melewati proses reverse transcription, integrasi, dan transkripsi. Melalui ketiga tahap ini, materi genetik dari virus HIV dapat disimpan dalam sel CD4 untuk jangka waktu yang sangat lama, bahkan materi genetik tersebut dapat diproses dan dibuat lebih banyak. Sel CD4 yang tadinya berperan sebagai sistem kekebalan tubuh kita justru dijadikan rumah produksi oleh virus HIV. Setelah selesai diproduksi, protein yang telah diproduksi akan dirakit menjadi virus HIV. Rakitan virus yang sudah selesai akan mendorong dirinya sendiri untuk keluar dari dalam sel CD4 dengan membawa sebagian membran sel CD4 sebagai “mantel”-nya. Virus HIV baru kemudian akan menempel pada sel CD4 lainnya dan mengulangi proses di atas untuk membentuk virus HIV yang lebih banyak.
Sel CD4 yang dipakai untuk memperbanyak diri oleh virus HIV kemudian akan mati. Itu sebabnya jumlahnya akan terus berkurang. Jumlah CD4 normal adalah 800-1200, sementara pada orang dengan HIV jumlahnya bisa tinggal 50/mm3. Orang yang terinfeksi HIV tak lagi memiliki pasukan untuk mempertahankan kekebalan tubuhnya, sehingga rentan terhadap serangan berbagai bakteri dan virus. Penting sekali bagi orang dengan status HIV positif untuk terus mengonsumsi obat antiretroviral yang bertujuan untuk menekan produksi virus HIV melalui CD4 yang terinfeksi.