Berbicara tentang kelamin sering kali dianggap sesuatu yang tabu, jorok, dan harus dihindari. Oleh karena itu pembahasan tentang kelamin sering dilewati dan ditutupi. Padahal kelamin juga bagian tubuh seperti halnya mata, hidung, tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya. Kelamin juga perlu dikenali, diberi perawatan dan dijaga seperti anggota tubuh lain.
Sesuatu yang dianggap jorok dan tabu sering mengundang rasa penasaran. Berbagai informasi dicari dan digali. Sayangnya informasi yang didapat tersebut tidak selalu benar namun diyakini dan dianggap benar secara turun temurun dan menjadi popular atau menjadi mitos. Bila informasi tersebut salah, bisa menyebabkan orang memperlakukan kelaminnya juga salah sehingga muncul keluhan atau kelainan yang diakibatkan perlakuan tersebut.
Di Indonesia banyak sekali mitos yang beredar seputar kelamin laki–laki yang dianggap sebagai simbol kejantanan. Tulisan ini akan membahas beberapa mitos tersebut. Mitos yang paling banyak dibicarakan adalah bahwa “ukuran penis sangat menentukan kepuasan seksual”. Mitos ini sangat popular di masyarakat sehingga banyak laki–laki berusaha untuk membesarkan penisnya.
Kita sering mendengar tentang Mak Erot, yang konon katanya dapat membantu mewujudkan keinginan ini dengan cara diurut atau dipijat. Faktanya Tindakan memijat area penis berisiko merusak pembuluh darah, dapat menimbulkan memar.
Selain itu banyak metode, baik yang menggunakan bahan alami sampai bahan kimia, dipercaya mampu bisa membuat penis membesar sesuai keinginan. Padahal bahan–bahan yang digunakan tidak selalu aman dan tidak memiliki dasar penelitian, misalnya penggunaan daun bungkus.
Daun ini dipercaya bisa membuat penis membesar. Faktanya, daun bungkus menyebabkan iritasi dan peradangan pada penis sehingga penis membengkak. Memang tampak besar, namun disertai rasa panas, nyeri akibat reaksi peradangan. Dan bila peradangan mereda maka akan kembali seperti semula. Bila peradangan berat, bisa berisiko menyebabkan kerusakan jaringan pada penis.
Bukan itu saja, beberapa orang berani menempuh bahaya dengan menyuntikkan cairan semacam minyak nabati atau yang dikenal dengan minyak ambon, cairan paraffin, atau silicon demi memiliki penis yang besar. Padahal tindakan ini sangat berbahaya karena menyebabkan radang kronis sehingga terbentuk jaringan ikat di dalam penis dan membuat penis nyeri bahkan terganggu fungsinya. Bila alergi terhadap komponen tersebut, bisa menyebabkan kematian.
Selain itu ada mitos yang mengatakan “Penis perlu dilatih agar kuat”. Faktanya secara anatomi, penis bukan dibentuk oleh jaringan otot yang dapat digerakkan ke berbagai arah sesuai keinginan hati, namun dibangun oleh jaringan pembuluh darah yang membentuk seperti spons atau yang disebut korpus kavernosa. Jaringan ini akan terisi darah Ketika ereksi.
Gangguan aliran darah yang disebabkan oleh beberapa keadaan seperti hipertensi, diabetes melitus, juga dapat menyebabkan gangguan ereksi karena aliran darah menuju penis ikut terganggu. Jadi tidak ada olahraga spesifik yang dapat melatih penis. Namun olahraga secara umum untuk tubuh dapat membantu melancarkan aliran darah sehingga akan membuat aliran darah menuju penis juga baik.
Ada beberapa orang meyakini mitos bahwa jari kaki menggambarkan ukuran penis seseorang. Faktanya dalam sebuah studi yang ditulis dalam the British Journal of Urology tahun 2002, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara ukuran kaki dengan penis. Begitu juga ukuran penis dengan ras.
Banyak tulisan dan penelitian yang menyatakan bahwa ukuran penis terkait dengan paparan hormone testosterone selama kehamilan dan diturunkan secara genetik, bukan pada ras. Pada keadaan tertentu perkembangan penis terhambat karena gangguan hormonal. Pada keadaan ini memerlukan penanganan oleh dokter ahli sejak dini sebelum pubertas.
Baca juga: 5 Mitos Seks dan Kesehatan Seksual Laki-Laki
Laki–laki dianggap mudah ereksi dimana saja dan kapan saja. Padahal mitos ini bisa saja salah.
Ereksi dipengaruhi saraf dan aliran darah. Saraf bisa karena rangsangan yang bersifat erotis dan/atau emosional dan refleks. Situasi emosional tertentu bisa menghambat ereksi, misalnya perasaan bersalah, ketakutan, stress, rasa malu. Kelelahan fisik juga bisa mengganggu ereksi.
Walaupun tidak memiliki tulang, penis juga bisa patah. Patah di sini maksudnya terjadi robekan jaringan pembungkus penis dan pembuluh darah di dalamnya. Robekan ini terdengar mirip suara tulang yang patah. Laki–laki yang mengalaminya akan merasa kesakitan, penis tampak bengkak. Keadaan ini memerlukan pertolongan segera. Namun karena biasanya terjadi saat senggama, umumnya orang akan malu pergi ke fasilitas Kesehatan.
Masih banyak mitos lain tentang penis yang beredar di masyarakat. Mitos ini dipengaruhi juga oleh film porno yang seolah-olah menggambarkan kondisi ideal penis itu seperti yang tampak di film. Bahwa laki–laki yang jantan harus memiliki penis besar, bisa ereksi sangat lama, melakukan senggama berkali–kali tanpa jeda, bisa melakukan di mana saja.
Padahal laki–laki tidak hanya dinilai dari kelaminnya saja, dia manusia utuh yang memiliki kepandaian, keterampilan, kecerdasan sosial, kemampuan berkarya dan menghasilkan kebaikan. Menjaga tubuh dan jiwa tetap sehat merupakan hal yang lebih penting.
Untuk membaca lebih banyak artikel tentang penis, ada seri The Penis Book yang ditulis dan dibawakan secara menarik oleh Dr. Stanislaus Bondan. Ada juga artikel tentang merawat penis dan mitos tentang mitos seks dan Kesehatan laki–laki.