Dan Aku pun bisa tegar

Sexual Abuse: A Survivor Story

Perkenalkan namaku Jasmine. Orang tuaku mungkin menginginkan aku tumbuh seperti bunga melati, halus, cantik, mungil, putih bersih, berbau harum, dan bermanfaat banyak. Aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku perempuan, empat tahun lebih muda dariku. Seharusnya aku punya seorang adik lagi tapi ibuku keguguran saat mengandung adik keduaku yang membuatnya harus kehilangan rahimnya. Itu terjadi saat usiaku sekitar lima tahun.

Aku sangat mengingat peristiwa itu karena ada kisah lain yang menorehkan luka yang sangat dalam dalam hidupku. Kisah ini yang membuat aku merasa seperti bunga melati yang direnggut paksa, koyak, dan terinjak-injak.

Hari itu ibu dibawa ke rumah sakit, katanya adikku yang masih di dalam kandungan meninggal dan harus di rawat. Adikku yang masih bayi ikut ibu ke rumah sakit. Aku di rumah bersama ayah. Hanya aku dan ayah.

Suatu sore, ayah memaksa untuk memandikanku karena menurutnya tubuhku sangat kotor. Awalnya aku merasa nyaman karena ayah memandikanku dengan lembut dan perlahan, seolah setiap senti tubuhku memang sangat kotor. Tetapi aku tidak nyaman ketika ayah menyentuh kelaminku karena tangannya berlama-lama di sana. Bahkan ia juga memasukkan jarinya dengan alasan agar semua bagian tubuhku bersih. Setelah itu aku kesakitan sepanjang malam dan celana dalamku bernoda darah. Malam itu aku mengompol dan sangat ketakutan. Aku berharap ibu segera pulang.

Ketika ibu sudah di rumah, ayah tetap melakukan perbuatannya. Saat ibu melapor bahwa aku sering mengompol, ayah melarangku untuk bermain di luar. Malam hari aku harus tidur dengan ayah agar ia bisa mengawasi agar aku tidak mengompol lagi. Bila aku ketahuan mengompol, ayah akan mengompoliku. Ternyata hukuman itu sangat menyakitkan dan pernah membuatku harus dirawat karena demam tinggi, kata dokter infeksi saluran kemih. Aku sulit untuk diperiksa karena selalu meronta-ronta bila mereka mulai menidurkanku dan membuka pakaianku. Tapi aku senang setiap kali masuk rumah sakit, walaupun banyak jarum menusuk lenganku yang kurus, setidaknya aku aman dari hukuman ayah.

Saat aku masuk sekolah, ada seorang paman datang untuk tinggal bersama keluargaku. Aku berharap paman akan menolongku dari hukuman ayah, tetapi aku salah. Ketika aku bercerita tentang hukuman ayah, dia memelukku dan membawaku ke kamarnya. Ternyata ia pun ikut mengompoliku.

Ketika aku masuk SMP, aku baru mengetahui bahwa apa yang dilakukan ayah dan pamanku adalah tindakan yang tidak pantas, suatu bentuk kekerasan seksual. Aku memutuskan bercerita pada ibu tentang perbuatan ayah dan paman. Namun respon ibu sungguh mengejutkan. Ibu mengatakan bahwa aku sudah berbuat dosa dan dipengaruhi setan sehingga ibu mengirimku ke sebuah lembaga keagamaan untuk mendapatkan pembinaan.

Di sana aku berharap mendapatkan kedamaian. Mungkin benar yang dikatakan ibu, aku harus menjauhi setan dan melakukan pengakuan dosa. Hanya saja proses yang aku terima tenyata tidak dapat aku tanggung. Aku mendapatkan perundungan dan siksaan fisik dari pengelola dan orang-orang di sana, bahkan dari orang yang lebih muda. Aku hanya mampu bertahan setahun lebih sedikit tinggal di tempat itu. kemudian aku memutuskan untuk kabur dan hidup di jalan.

Ternyata menjadi anak jalanan tidak seburuk yang aku kira. Aku bisa kerja serabutan di beberapa warung makan untuk mendapatkan uang dan makanan. Bahkan aku bisa menumpang tidur dan mandi.

Suatu hari, salah satu pemilik warung menawarkan bekerja di salah satu warung miliknya. Aku boleh tinggal di sana untuk menjaga warung tersebut. Dia juga menawariku untuk kembali bersekolah agar memiliki masa depan. Aku senang sekali.
Bukan hal yang mudah bagiku memiliki hidup yang normal setelah sekian lama mengalami hal yang tidak menyenangkan. Kesabaran guru pembimbing di sekolah dan pemilik warung sangat menolongku beradaptasi dengan kehidupan yang baru. Walaupun prosesnya lambat tapi aku bisa melewatinya.

Bangku kuliah, menikah dengan laki-laki yang menerima keadaanku dan memiliki kesabaran seluas samudera,bekerja di sebuah kantor, adalah rangkaian mimpi yang tidak pernah terlintas di kepalaku. Itu semua seperti gambar yang hanya ada di dalam majalah saja. Dan ketika aku bisa memiliki semuanya, aku menyadari Tuhan masih memelihara hidupku.

Berdiri tegar menghadapi banyak orang dan mampu bercerita tentang kisah hidupku bukanlah proses yang mudah. Namun kini aku mampu melakukannya. Sekarang aku memiliki bayi cantik tetapi aku akan pastikan dia tidak akan bernasib sama denganku.

— Nama tokoh disamarkan —

Artikel Terkait

Kekerasan Seksual

Hidup dalam terkaman harimau di hutan ‘aman’

Hakikat Cinta

Mengenal Gangguan Ekshibisionisme

Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Cermin Masyarakat Yang “Sakit”

Perayaan Hari Kependudukan Dunia & Hari Remaja Internasional 2016, BKKBN, UNFPA dan Angsamerah

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.