Demensia Bukan Sekedar Pikun

Kenali Gejala dan Tipe-nya?

Ada sebuah guyonan dari seorang aktor/komedian asal Inggris bernama Norman Wisdom, “Seiring bertambahnya usia, tiga hal terjadi. Yang pertama adalah ingatanmu menghilang, dan… aku tidak bisa mengingat dua lainnya.” Meskipun hanya sebuah candaan, namun menjadi “pikun” memang lumrah terjadi terhadap kita seiring bertambahnya usia. Di Indonesia sendiri, jumlah penduduk berusia di atas 60 tahun pada tahun 2020 mencapai lebih dari 25 juta jiwa (kompas.com).

Jika kita berbicara mengenai “pikun” biasanya dikaitkan dengan Demensia, dan ini lebih sering terjadi pada lansia berusia 65 tahun ke atas. Kalau di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang dengan demensia pada tahun 2016, yang akan meningkat menjadi 2 juta orang di tahun 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050. Hanya saja yang perlu kita pahami adalah demensia tidak terbatas pada melemahnya daya ingat.

Demensia itu sendiri bukanlah sebuah penyakit, namun lebih tepatnya adalah kumpulan gejala atau sindroma akibat gangguan otak sehingga mengganggu sistem memori, berpikir, dan berperilaku. Meskipun bersifat kronis dan terus berjalan, progresivitas demensia dapat dikendalikan. Lantas apa saja gejala dan tipe dari demensia? Mari kita simak lanjut.

Gejala Demensia

Hilangnya memori jangka pendek
Bagi mereka dengan demensia, ruang penyimpan memori jangka pendek tidak dapat dimuati. Contoh memori jangka pendek seperti aktivitas yang baru terjadi, semisal di mana meletakkan kunci, meninggalkan barang, sedang melakukan apa sebelum kegiatan sekarang. Jika mereka menyalakan api kompor, dan kemudian disela dengan aktivitas lain, maka bahaya dari api kompor dapat mengancam. Di sisi lain, memori jangka panjang mereka cukup baik. Misalnya kenangan masa lampau dan mungkin saja memori kejayaan mereka.

Kesulitan menemukan kata yang tepat
Ketika mengingat sesuatu untuk diucapkan, sering kali ingatannya malah menguap. Misalnya ketika akan menyambungkan kalimat dari lawan bicara, atau mengingat nama orang maupun benda. Mereka dengan demensia sulit menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan pikirannya, menjelaskan sesuatu, dan mungkin perlu waktu lebih lama untuk mengingat.

Perubahan mood
Perubahan suasana hati sering terjadi pada orang dengan demensia, tanpa mereka sadari. Hal ini justru bisa sangat jelas terasa oleh orang-orang di sekitarnya. Orang dengan demensia cenderung sensitif akan penolakan, mudah sedih dan tersinggung, atau malah sangat ramah. Berubahnya mood juga akan mengubah cara merespon sesuatu atau menjawab pernyataan dari lawan bicara.

Kehilangan minat
Ketertarikan terhadap hal-hal yang tadinya digemari mulai menurun, misalnya melakukan hobi atau sekedar bersosialisasi dengan orang lain. Orang dengan demensia terkadang tampak acuh tak acuh dan memiliki emosi yang datar.

Kesulitan menyelesaikan tugas biasa
Tugas-tugas yang tadinya demikian mudah sering kali menjadi sulit karena hilangnya memori untuk menyelesaikannya. Untuk tugas yang lebih rumit, barangkali tidak dapat dilakukannya dengan baik apalagi dengan cepat. Segala sesuatunya menjadi lambat, termasuk dalam mempelajari hal-hal baru. Oleh karena itu, bagi pendamping orang dengan demensia sebaiknya selalu meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan hindari memindahkan barang-barang pribadinya, sebab ini akan membingungkan bagi mereka.

Kebingungan
Kebingungan sering terjadi ketika mereka berada ditempat baru yang situasinya berubah, sehingga membuat mereka kehilangan arah, patokan atau pegangan. Situasi atau lokasi yang sudah lama pun juga bisa sulit diingat bagi orang dengan demensia yang lanjut atau kronis. Mereka berpikir keras menjangkau memori yang sulit dijangkau. Ini sering membuat mereka cemas, galau bahkan membuat mereka takut.

Kesulitan mengikuti arus pembicaraan
Ketika beberapa orang berdiskusi, mereka sering tertinggal mengikuti alur cerita dan bertanya mengenai topik pembicaraan. Juga ketika menikmati pertunjukan drama, TV, atau film, maka akan membuatnya tidak mengerti pada bagian-bagian tertentu.

Orientasi spasial yang salah
Manusia mempunyai rasa akan besaran objek, arah dan ruang gerak. Misalnya ketika mengemudikan mobil, orientasi spasial sangat diperlukan untuk dapat menjalankan mobil tanpa bergesekan dengan kendaraan lainnya. Bagi mereka yang dengan demensia, sulit sekali memperkirakan ruang, arah dan orientasi spasial. Hal ini juga bisa semakin memburuk.

Aktivitas berulang
Dikarenakan hilangnya memori, maka orang dengan demensia cenderung mengulang-ulang aktivitas yang ia lakukan. Itu sebabnya dalam sebuah percakapan, mereka dengan demensia sering kali bertanya lagi tentang hal yang baru saja dibincangkan.

Tipe Demensia

Penyakit Alzheimer
Sekitar 60% – 80% orang dengan demensia masuk dalam golongan ini. Di Indonesia, estimasi jumlah penderita penyakit Alzhemeir pada tahun 2013 mencapai satu juta orang. Menurut Kementrian Kesehatan, tren penderita Alzheimer di Indonesia malah semakin meningkat setiap tahunnya. Mereka yang mengalami demensia Alzheimer akan kehilangan memori sehingga sulit atau bahkan tidak mampu menyusun rencana, bahkan sekedar melakukan pekerjaan sederhana seperti berbicara atau menulis (bukan karena kelumpuhan). Selain itu, mereka juga cenderung sering kebingungan dan mengalami perubahan suasana hati dan kepribadian.

Demensia Vaskular
Seseorang dengan stroke (terutama yang berat atau yang ringan secara pelan dan progresif) suatu saat akan mengalami demensia karena gangguan pembuluh darah di otak. Gejalanya sangat bergantung letak gangguan otak nya yang terdampak. Berbeda dengan demensia Alzheimer yang menyerang memori, demensia vascular lebih kepada perburukan judgement, pembuatan rencana, menyusun urutan, dan membuat keputusan. Gejalanya juga meliputi kesulitan memahami pembicaraan dan berbicara, kesulitan mengenali apa yang sebelumnya biasa dilihat atau didengar serta kesulitan bejalan dan berulang kali jatuh.

Demensia Lewy Bodies (DLB)
Lewy Bodies adalah tumpukan protein di otak yang dapat dilihat dengan mikroskop. Protein ini bertumpuk di bagian otak terluar (korteks). Selain kesulitan mengingat dan berpikir jernih, gejala lain dari Lewy Bodies meliputi berhalusinasi visual (melihat sesuatu yang tidak ada objeknya), tertidur bukan pada saat tidur, sering melamun (bengong), kesulitan bergerak (gemetar, lambat dan sulit jalan).

Demensia Parkinson
Gangguan Parkinson adalah gangguan sistem neurotransmitter dopamine pada penghubung sel syaraf. Dengan gangguan ini maka hubungan sel syaraf satu dengan lainnya terganggu. Orang dengan gangguan Parkinson akan memiliki potensi mengidap demensia sebesar 50% – 80%. Ketika seseorang mengalami Parkinson, maka diperkirakan 10 tahun kemudian dapat timbul gejala demensia Parkinson. Gejalanya sama dengan demensia Lewy Bodies.

Demensia campuran
Disebut demensia campuran karena campuran dari dua tipe demensia. Biasanya adalah kombinasi demensia Alzheimer dengan demensia Vaskular.

Demensia Frontotemporal (FTD)
Frontotemporal otak adalah area otak untuk berpikir, menyusun rencana, membuat keputusan, termasuk fungsi gerak, fungsi bicara, dan pengendali emosi. Dapat dibayangkan jika bagian ini rusak maka fungsi kerjanya menjadi terganggu dan tidak dapat beraktifitas secara normal.

Penyakit Huntington
Gangguan otak ini disebabkan karena kerusakan genetik yang diwariskan. Jadi sudah diturunkan sejak lahir, meskipun gejalanya baru terlihat pada usia antara 30 – 50 tahun. Mereka yang mengalami demensia Huntington, gejalanya hamper sama dengan gejala demensia lainnya.

Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Kondisi ini membuat tumpukan protein normal menjadi berbentuk abnormal di dalam otak. Gejalanya tiba-tiba dan cepat memburuk. Selain gejala demensia pada umumnya, kondisi ini memiliki gejala lain seperti depresi, gangguan tidur dan kedutan (gerakan otot yang tersentak).

Hidrosefalus bertekanan normal
Cairan otak di kepala yang berlebih disebut hidrosefalus. Kelebihan cairan ini akan menekan otak sehingga fungsinya terganggu dan menyebabkan kesulitan berjalan, berpikir, berkonsentrasi disertai perubahan perilaku dan kepribadian.

Sindroma Wernicke-Korsakoff
Pada peminum alkohol kronis, vitamin B1 atau thiamin berkurang secara drastis. Kekurangan vitamin B1 membuat otak tidak mampu memproses memori, terutama pada pemecahan masalah dan keterampilan berpikir.

Melihat gambaran kondisi penderita demensia, maka diperlukan care giver yang teliti, sabar dan tekun, serta sungguh-sungguh paham keadaan mereka, sehingga para lansia dengan demensia dapat dibantu untuk melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.

Artikel Terkait

Andropause

Pesona Mulai Memudar?

Dapatkah kebencian dipulihkan?

Puasa dan Kesehatan Mental

Toxic Masculinity & Mental Health

Kenali Benzodiazepin (The BZDs): Apa, Bagaimana Cara Kerja dan Efeknya

Otak dapat membuat kita bahagia

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.