Author

Ria Ningsih, Former Program Manager of PPCP
Consultant/TA Provider for TB, HIV Community, Human Rights and Gender

Editor

Differentiated Service Delivery for HIV: Percontohan Kemitraan Publik-Swasta-Komunitas di 20 RS Swasta Besar di Jawa, Indonesia.

Indonesia memiliki prevalensi HIV yang tinggi di kawasan Asia-Pasifik, namun cakupan pengobatan masih menjadi tantangan, terutama dalam akses terhadap pengobatan dan tingginya angka kehilangan tindak lanjut di antara individu yang baru didiagnosis.

Sebagai bagian dari inisiatif untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan, didukung oleh Global Fund, bekerja sama dengan konsorsium IQVIA-Angsamerah menguatkan pendekatan Differentiated Service Delivery (DSD), penyelenggaraan layanan terpadu.

DSD merupakan pendekatan yang berpusat pada klien, dengan menyederhanakan dan mengadaptasi layanan HIV di seluruh tahapan, menyesuaikan kebutuhan klien, sekaligus mengurangi beban yang tidak perlu pada sistem kesehatan.

Prioritas dukungan konsorsium pada penguatan DSD di Indonesia dengan mengimplementasikan proyek percontohan PPCP (Public-Private Collaboration Program) di 20 rumah sakit swasta besar di Jawa, Indonesia.

Proyek ini, yang berlangsung dari Juni hingga Desember 2023, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dan mempromosikan pendekatan komprehensif terhadap pencegahan, pengujian, pengobatan, dan dukungan untuk HIV, TB, dan infeksi menular seksual (IMS).

Proyek ini secara resmi dimulai pada 25 Juli 2025, dengan masukan dari pemangku kepentingan utama untuk PPCP. Selama fase persiapan, IQVIA dan Angsamerah berkolaborasi dengan pejabat kesehatan masyarakat dan manajemen enam rumah sakit besar untuk menyelesaikan rencana kerja dan strategi implementasi.

Sesi peningkatan kapasitas diadakan untuk tenaga kesehatan dari 20 rumah sakit, diikuti dengan kunjungan pendampingan untuk mendukung keterlibatan mereka dengan komunitas lokal dan mendorong penyediaan layanan bebas stigma bagi orang yang hidup dengan HIV dan populasi kunci.

Proyek ini juga memfasilitasi sesi berbagi dan pertukaran pembelajaran antar rumah sakit dalam manajemen rantai yang sama untuk memastikan keberlanjutan. Upaya pendampingan dan peningkatan kapasitas di bawah proyek PPCP telah meningkatkan kapasitas tim rumah sakit untuk menyediakan layanan HIV yang komprehensif, mendorong keterlibatan dengan organisasi lokal, dan menerima dukungan pembiayaan bersama dari pemerintah untuk inisiatif pelatihan.

Baca juga: Mengenal Angsamerah: Social Enterprise di Layanan Kesehatan

Pada akhir proyek, kami mengidentifikasi berbagai kekuatan dan tantangan. Kekuatan proyek meliputi ketersediaan konsep PPCP, panduan untuk rumah sakit yang baru dilatih, dan materi KIE. Di bidang sumber daya, ekspansi layanan HIV ke rumah sakit swasta meningkatkan kemungkinan sektor swasta memberikan dukungan pendanaan untuk respons HIV, karena pendanaan sektor swasta tidak bergantung pada alokasi pemerintah.

Kami juga mendapatkan komitmen besar dari manajemen rumah sakit besar untuk memperluas layanan HIV komprehensif di bawah manajemen mereka. Kami berharap sinergi dan keahlian dari sektor swasta, komunitas, dan pemerintah akan mempercepat respons HIV di Indonesia.

Namun, proyek ini juga menghadapi tantangan, seperti proses aktivasi rumah sakit yang bervariasi di setiap daerah, pergantian staf baru yang dilatih, stigma dan diskriminasi di antara tenaga kesehatan, dan persepsi negatif bahwa layanan HIV dapat mengurangi minat pasien lain untuk datang.

Selain itu, tantangan terkait cakupan asuransi swasta untuk perawatan dan pengobatan HIV juga muncul, di mana beberapa penyedia layanan lebih suka mengarahkan pasien ke penyedia lain untuk menghindari pelacakan status HIV oleh asuransi.

Setelah enam bulan implementasi, kami melihat banyak peluang untuk memperdalam dan mengintensifkan kolaborasi yang kuat antara sektor publik, bisnis, dan komunitas dalam penanggulangan HIV. Pertukaran pengetahuan antar rumah sakit yang dikelola oleh manajemen yang sama (BCH) dapat menjadi cara efektif untuk meningkatkan jumlah orang yang menerima perawatan HIV dan IMS.

Namun, untuk memperlancar proses aktivasi HIV, diperlukan regulasi pemerintah yang mendukung kolaborasi semacam ini. Kami juga mengakui dukungan yang kuat dari manajemen Big Chain Hospital (BCH) terhadap perluasan layanan untuk TB, IMS, dan HIV.

Sebagai organisasi swasta, Angsamerah berkomitmen untuk membantu tenaga kesehatan yang baru dilatih di 20 rumah sakit untuk mengembangkan dan meningkatkan kapasitas mereka. Komunikasi yang paling produktif dan efisien bagi tenaga kesehatan adalah melalui grup WhatsApp, yang digunakan untuk memastikan bahwa jika mereka membutuhkan bantuan segera, dapat dengan mudah disalurkan dan didukung.

Artikel Terkait

Angsamerah, Sejarah dan Peluang Bisnis Kekinian

Tertarik Berinvestasi yang Berdampak Sosial Maupun Finansial?

Kemitraan: Menyediakan Konseling Kesehatan Jiwa, Mengatasi Tantangan Bersama

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.