The Penis Book, Introduction

The Penis Book

The Penis Book, Chapter 1

The Singer Not The Song

The Penis Book, Chapter 2

Moby Dick

The Penis Book, Chapter 3

Godzilla

The Penis Book, Chapter 4

Gentlemen Prefer Blondes

The Penis Book, Chapter 5

Mandingo

The Penis Book, Chapter 6

The River of No Return

The Penis Book, Chapter 7

Diamonds Are Forever

The Penis Book, Chapter 8

Dr. Jekyll and Mr. Hyde

The Penis Book, Chapter 9

The Proud Ones

The Penis Book, Chapter 10

The Incredible Journey

The Penis Book, Chapter 11

Pocketful of Miracles

The Penis Book, Chapter 12

Tea and Sympathy

The Penis Book

The Penis Book 2

Angsamerah Penis Book Dr. Jeckyll and Mr. Hyde

Dr. Jekyll and Mr. Hyde

The Penis Book, Chapter 8

Salah satu karya Robert Louis Stevenson yang sangat menarik minat para pembuat film Hollywood adalah Dr. Jekyll and Mr. Hyde. Film ini berulang kali diangkat ke layar perak, dan senantiasa berhasil menarik para penonton untuk membuka dompet. Salah satu pemeran yang paling diingat adalah Spencer Tracy. Kisah klasiknya sangat bersahaja. Seorang dokter yang senang bereksperimen membuat suatu larutan yang bila diminum, dapat merubah wujudnya, dari wujud ganteng, berkelas, intelek, ramah berubah menjadi sosok dirinya yang lain: buruk rupa, kejam, seram, dan nggilani. Pakem film tentang perubahan wujud dan watak dari seseorang ini yang kemudian menjadi inspirasi para sineas untuk membuat versinya masing-masing…ada yang menurut pada pakem klasik, terkadang diberi variasi dan kembangan, terkadang melenceng sampai taraf memuakkan atau malah merangsang birahi.

Tindakan Dr. Jekyll memanipulasi diri sendiri, yang tadinya memiliki tujuan baik yaitu memisahkan pribadi baik dan jahat, mengakibatkan tragedi. Begitu juga dengan para pria. Saking terobsesinya, tak sedikit pria yang memanipulasi penisnya. Yang tadinya memiliki tujuan “baik”, untuk kenikmatan seksual pasangan, misalnya, ternyata berujung tragedi. Well, tidak semuanya bersifat tragedi sih…kadang-kadang hanya tampak mengerikan… Tindakan ini dapat mengakibatkan luka pada vagina, peradangan dan infeksi pada partner seksualnya, hingga yang paling seram: kerusakan permanen pada si pria. Terutama bila prosedurnya dilakukan dengan tidak higienis alias jorok.

Sebetulnya berbagai manipulas penis sudah dilakukan di Indonesia sejak jaman dahulu. Para sejarawan mencatat praktek ini dengan seksama, seperti Brown, Edward dan Moore dalam “Penis Implants in Southeast Asia”, dan Tony Reid dalam “Land Beneath The Wind”. Brown et al. (1988) menemukan lima bentuk manipulasi yang dilakukan seantero Asia Tenggara:

1. Menyisipkan bola padat di bawah kulit penis
2. Benda padat tidak bulat
3. Giring-giring
4. Peniti atau batang dimasukan melintang menembus penis
5. Peniti atau batang menembus penis untuk menahan cincin atau objek berbentuk kubah pada penis.

Menyelipkan benda di bawah kulit penis biasanya berbentuk semacam benda bulat atau tasbih. Terkadang bahan isian tebuat dari gelas, gading, batu, kulit kerang, perhiasan dan metal. Giring-giring tentu saja terbuat dari metal. Ukurannya sampai sebesar telur ayam. Peniti dan batang dapat dibuat dari kayu, tulang binatang, duri landak, tanduk, karang, bulu atau surai.

Ada yang mengatakan bahwa para saudagar Cina yang memperkenalkan praktek ini ke dalam budaya Indonesia. Yang lain menyanggah dan mengatakan bahwa ini budaya asli, dan yang dimasukan ke dalam penis adalah jimat-jimat untuk tujuan pengobatan atau spiritual. Reid mengutip kisah perjalanan Pigafetta tahun 1524 yang memaparkan suatu alat bernama palang yang dipakai saat penis masih dalam keadaan terkulai sebelum hubungan intim, dan dilepaskan saat penis kembali lunglai setelah sanggama, sehingga pasangannya dapat melakukan manuver palang masuk keluar dengan aman. Penggunaan giring-giring atau bola-bola kecil dilaporkan oleh Ma Huan pada 1433 yang dilakukan di Malaya, Thailand hingga Makassar.

Ketika Ralph Fitch mengunjungi Chiang Mai sekitar tahun 1587, kota itu tengah dijajah oeh Bruma, setelah sebelumnya selama tiga abad menjadi Kerajaan Thai Utara yang merdeka. Fitch terkesan dengan kebiasaan para pria menyelipkan giring-giring dari tembaga atau perak pada penis mereka. Nama keren giring-giring ini adalah BRUCIOLES, dan orang tidak hanya menggunakan satu, tapi dua, tiga, hingga empat! Penggunaan di Thai ini konon juga dilakukan oleh para raja dan kaum ningrat pada masa lampau, dengan giring-giring dari emas, bahkan pada saat-saat tertentu para penguasa ini akan melepaskan giring-giring mereka dan menganugerahkannya pada para bangsawan lain yang dianggap berjasa. Pemberian royal semacam ini sangat dimuliakan. Jadi setiap mereka berjalan dengan penis kontal-kantil (pada masa itu orang tidak pakai celana dalam, hanya sarung semata sehingga penis bisa bergerak dengan leluasa, bebas merdeka), terdengar bunyi lirih nan merdu, krincing…krincing…krincing…Sedangkan bila mereka ereksi, tentu bunyinya akan bertambah keras…klinting…klinting…klinting…Bayangkan bila mereka tengah bersanggama! Di Kerajaan Ayutthaya, para bangsawan bahkan bereksperimen lebih inovatif lagi, yakni dengan menyisipkan giring-giring ke dalam kantung pelir mereka!

Menurut wawancara Fitch, giring-giring ini selain membuat nikmat para perempuan, juga untuk menghentikan kecanduan para pria melakukan sodomi. Pada masa itu sodomi merupakan aktivitas seksual yang digemari di Thai, dan merupakan salah satu penyebab kecilnya angka pertambahan penduduk. Jumlah populasi di Thai Utara bahkan tetap rendah hingga akhir abad 19, yang menurut sejarawan disebabkan perang berkelanjutan dan eksodus dari populasi petani.

Di daerah Pegu, perilaku homoseksual juga dilakukan meluas pada abad 16. Seorang pejelajah dari Belanda melaporkan bahwa kaum perempuan di Pegu nyaris telanjang untuk memikat pria dan memecah perhatian mereka dari pria lain. Pria Pegu juga menyisipkan giring-giring bulat pada kulup mereka, sebagaimana dilaporkan Tome Pires pada awal abad 16. Kebiasaan ini diperkenalkan oleh seorang Ratu dari Burma, dengan alasan sama dengan kedua alasan di atas. Kebiasaan sisip menyelisip ini juga dilakukan para pria di seluruh Negara Ava, Langeinnes, Siam dan Bramas.

Pakaian kaum pria juga diatur sang ratu, dimana pria diwajibkan memakai kain dengan belahan dari pusar, supaya paha mereka tampak. Wow, seksi, kan? Dan bila paha terlihat, tentu penis juga mengintip-intip. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa para pria itu mengenakan giring-giring, karena hanya mereka yang homoseksual saja yang menolak mengenakannya.

Pada masa kini, manipulasi bentuk penis ini banyak dilakukan pada kelas pekerja. Para pekerja perhutanan, perikanan dan tambang menggunakan gotri. Gotri direbus, lalu direndam dalam antiseptik. Kulit di bawah glans ditoreh sedikit dan gotri dimasukan.

Di Lembaga Permasyarakatan, para narapidana menggunakan potongan batang sikat gigi yang diraut sesuai bentuk yang dikehendaki dipakai sebagai isian. Kegiatan ini dilakukan untuk mengusir kebosanan, dan memenuhi khayalan sebagai penakluk wanita saat mereka nanti dibebaskan. Dalam imajinasi mereka, para perempuan akan merasa nikmat saat bersanggama dengan mereka. Gaya ini banyak berkembang di daerah Asia Tenggara, di kalangan narapidana, dan di Thailand memiliki julukan khusus Fang Muk yang artinya memendam mutiara. Romantis, yaaaaa! Tapi kalau kebablasan, hasilnya tentu mengerikan.

Yang kurang popular namun juga dilakukan di Indonesia adalah melubangi frenulum penis, dan memasukan surai kuda. Entah mengapa pilihannya surai kuda. Praktek ini pada masa lalu cukup terkenal di beberapa daerah di Indonesia, dengan beberapa variasi penggunaan isian. Pada masa kini pelubangan frenulum penis diikuti dengan memasukan semacam giwang.

Selain frenulum, seni piercing atau tindik juga dilakukan pada bagian-bagian penis yang lain. Teknik-teknik piercing disebut berdasarkan lokasinya. Teknik pertama adalah Deep Shaft Piercing, dimana penusukan dilakukan pada tubuh penis, bukan hanya kulitnya. Teknik ini merupakan teknik paling berisiko, namun juga tehnik paling tua yang pernah ditemukan dalam kebudayaan manusia. Ampallang adalah menusuk hingga tembus glans penis secara horizontal. Apadravya adalah menusuk hingga tembus secara vertikal. Kadang tusuk menusuk ini dilakukan di daerah batang penis. Sakit? Ya iya laaah! Banyak pendarahan, dan lama sembuhnya, sekitar enam bulan. Ampallang adalah adat yang telah lama dilakukan suku Dayak. Sementara Apadravya dipaparkan dalam kitab Kamasutra.

Hafada merupakan teknik piercing pada kulit buah pelir, biasanya dipilih pada daerah bagian bawah batang penis. Biasanya setelah piercing, dipasang giwang atau anting-anting.Foreskin piercing, atau tindik kulup, seperti namanya, adalah penindikan pada kulit kulup. Tentu saja syarat utamanya adalah: si pemilik burung belum sunat.

Prince Albert piercing, adalah piercing yang dilakukan dari uretra ke bagian bawah, batas antara glans dan batang. Sementara Reverse Prince Albert dilakukan dari urethra ke bagian atas glans. Entah mengapa diberi nama Prince Albert, mungkin berhubungan dengan salah satu pangeran keluarga kerajaan yang penisnya ditindik juga. Dydoe adalah tindik yang dilakukan dari corona ke batang penis. Konon tindikan ini juga dinyatakan sebagai yang paling nyeri dari seluruh tindik burung yang ada.

Setelah berpanjang lebar dengan manipulasi penis dengan benda, ingat pula bahwa manipulasi penis pun banyak dilakukan menggunakan silikon. Kebanyakan pria-pria yang merasa penisnya kecil dan tergiur oleh iklan-iklan tak bertanggung jawab akhirnya merelakan penisnya disuntik silikon. Yang terjadi adalah, bentuk penis yang mengerikan! Kebanyakan memiliki bentuk seperti botol, dengan glans kecil dan batang gemuk, menggelantung tak mampu keras saat ereksi, tak dapat lemas kala lunglai.

Salah satu kasus konyol adalah penyuntikan dilakukan tepat di bawah kulup pada orang tak bersunat, sehingga yang terjadi adalah phymosis yang dibuat, dengan bentuk penis seperti pisang, Kulup yang membengkak tak wajar ini menyebabkan urin tak dapat memancar dengan lancar, namun cenderung untuk menyemprot dulu ke dalam glans sampai bagian bawah corona dan bercampur dengan smegma, semacam pelumas yang memiliki bau khas. Campuran kedua zat ini akan tertimbun karena tak dapat dibersihkan, dan menimbulkan bau yang dahsyat. Dijamin lalat pun pingsan!

Kasus konyol lain mirip seperti dongeng Katak Hendak Jadi Lembu. Karena obsesi ingin memiliki penis besar, sang empunya meminta untuk disuntik silikon. Sudah cukup? Belum, lebih besar lagi! Sudah cukup? Beluuuuum, lebih besaaaar, lagi! Cukup? Beluuuuuuuum! Kurang Besaaaar! Sudah? LEBIH BESAAAAAAR! Lagi! Lagi! Lagi!…Sampai pada akhirnya jangankan cari istri, pakai celanapun sulit. Dalam kasus demikian jelas mengenakan sarung lebih nyaman, meskipun tetap saja mengundang tanda tanya apakah terjadi penculikan bayi, pencurian papaya, atau penyelundupan rudal agen rahasia.

Artikel Terkait

Buat janji dokter sekarang

Bonnie and Clyde

The Penis Book 2, Chapter 1

Tea and Sympathy

The Penis Book, Chapter 12

Bagaimana Mengukur Kekerasan Ereksi?

HPV itu katanya…

The River of No Return

The Penis Book, Chapter 6

Apa yang dilakukan virus HIV di dalam tubuh manusia

Sebelumnya
Selanjutnya

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.