Adakah di antara kita yang tidak ingin memiliki hubungan seks yang menentramkan dan menyenangkan? Rasanya hampir setiap pasangan mendambakan hubungan yang rileks, terbuka dan bebas dari paksaan. Mempunyai kehidupan seks dan hubungan yang sehat dengan pasangan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang secara keseluruhan.
Mengapa seks penting dibicarakan?
Sebagai sesuatu yang sering dianggap tabu, seks memiliki makna yang mulia dalam hidup, salah satunya adalah sebagai jalan mendapatkan keturunan. Selain itu, hubungan seks juga memengaruhi keseimbangan hubungan dalam berpasangan. Terhadap diri sendiri, hubungan seks membuat kita merasa memiliki kontrol dengan adanya kebebasan untuk berekpresi, menentukan kapan dan dengan siapa kita akan berhubungan, serta menggambarkan kemandirian. Melihat betapa luas pengaruhnya, seks menjadi penting untuk dimengerti.
Apakah itu Seks Sehat?
Kehidupan seks yang sehat menurut World Health Organization disebutkan sebagai keadaan fisik, mental, dan sosial yang baik dalam kaitannya dengan seksualitas; bukan hanya ketiadaan penyakit, disfungsi, maupun kelemahan. Untuk mencapai ini diperlukan pendekatan positif dan saling menghormati terhadap seksualitas dan hubungan seksual itu sendiri, serta memaknai pengalaman seksual sebagai sesuatu yang menyenangkan, aman, bebas dari paksaan, diskriminasi, dan kekerasan.
Sebuah hubungan seks yang sehat melibatkan kesadaran, rasa percaya diri, serta relasi emosional antara individu yang terlibat. Suatu hubungan seks harus dilihat sebagai cara untuk mengungkapkan cinta, memberi dan menerima kenikmatan, serta belajar mengenai diri sendiri dan cara berkomunikasi dengan orang lain terutama partner kita. Jika ini terlaksana, maka hubungan seks menjadi sesuatu yang dapat dinikmati, memuaskan, dan aman.
Pada prinsipnya, hubungan seks yang sehat ditandai dengan kesadaran penuh dan tanggung jawab atas apa yang ada dan terjadi pada tubuh seseorang, kesehatan dirinya dan pasangan, serta keputusannya mengenai hubungan seks. Di masa sekarang ini masyarakat memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal, termasuk kapan seseorang bisa berhubungan, dengan siapa, seberapa sering dan bagaimana hubungan seks dilakukan. Namun karena terbatasnya akan pemahaman tentang seks sehat seringkali membuat seseorang dan pasangan menganggap bahwa keinginan dan perilaku hubungan seks yang mereka miliki menjadi sesuatu yang abnormal atau tak sehat hanya karena memiliki variasi dari nilai-nilai yang umum ada di masyarakat.
Individu laki-laki dan perempuan berasal dari suatu proses reproduksi yang menghasilkan organisme spesial. Individu terdiri atas penggabungan dan percampuran sifat genetik, sehingga sifat yang dihasilkan sangat unik. Hanya dirinya sendirilah yang dapat mengendalikan dan menentukan kapan dirinya siap untuk melakukan hubungan seksual.
Membicarakan hubungan seksual tak hanya terbatas pada adanya penetrasi alat kelamin laki-laki (penis) ke dalam kelamin wanita (vagina) atau oral seks maupun anal seks. Hubungan intim mencakup kegiatan bersentuhan yang menimbulkan desiran seperti saling membelai atau mengelus, dan memijat. Aktifitas lainnya adalah berpelukan, berciuman, masturbasi (memberikan rangsangan berupa sentuhan ke alat kelamin sendiri), serta saling menyentuh alat kelamin.
Hubungan seksual yang sehat dilakukan atas dasar keinginan kedua belah pihak. Artinya, setiap orang berhak untuk menghentikan aktifitas seksual ketika tak lagi merasa nyaman, dan bisa mendiskusikan dengan partnernya, serta menginisiasi aktifitas seksual ketika dirinya menginginkan. Sebuah hubungan seks yang sehat memungkinkan adanya periode abstinensia ketika dirinya atau sang partner tidak bersedia melakukan aktifitas seks, atau saat partnernya sedang tidak ada. Selama seseorang belum siap dengan konsekuensi dari hubungan seks (fisik maupun mental), maka pertimbangkan untuk menundanya.
Menghindari Seks tidak sehat, caranya?
Hubungan seks selain membawa kebahagiaan juga memiliki sisi yang mengancam, baik fisik maupun psikologis. Ancaman terhadap kesehatan fisik terkait hubungan seks adalah penularan penyakit infeksi (infeksi menular seksual – IMS, termasuk HIV) dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan menjadi masalah besar di kalangan remaja masa kini, namun bagi pasangan yang telah menikah pun bisa menjadi masalah ketika terjadi kehamilan yang tidak direncanakan. Selain itu, terdapat berbagai faktor psikologis yang mempengaruhi sehat tidaknya hubungan seks seseorang dengan pasangannya.
Berbagai risiko di atas bisa dihindari atupun dikurangi seminimal mungkin. Untuk IMS dan kehamilan misalnya, cara yang paling mudah adalah menggunakan kondom sebagai proteksi. Suatu hubungan seks yang tidak sehat adalah yang berisiko penularan IMS atau kehamilan yang tidak diinginkan, paksaan, kekerasan, pemerkosaan, dan diskriminasi dan ini semua bisa dihindari dengan cara sebagai berikut:
– Memiliki pemahaman bahwa seks itu sehat, indah dan mulia.
– Setiap pribadi memiliki keunikannya sendiri dalam melihat, merasa, berpikir tentang seks mampu mengerti dan menghargai keunikan seksualitas yang dimiliki.
– Setiap pribadi mampu menghargai akan adanya perbedaan seksualitas dari setiap orang.
– Memahami konsekuensi dari seks yang tidak sehat, dan mampu menghindarinya.
– Mencari pertolongan kepada seorang profesional ketika kita merasakan dan mengalami seks yang tidak sehat tersebut.