Hidup dengan HIV

Ketika diagnosis HIV keluar, beberapa orang merasa dunianya runtuh, berakhir di atas kertas yang menunjukkan hasil laboratorium. Dalam hati bertanya “Bagaimana aku harus menghadapi hidup ke depannya dengan penyakit yang dianggap paling menular dan mematikan ini?”

Memang HIV masih melekat dengan stigma. Hal yang wajar bila mengalami berbagai emosi seperti rasa sedih, putus asa, dan tidak lagi memiliki harapan. Namun bila ditemukan dan ditata laksana sejak dini, orang dengan HIV (ODHIV) dapat meningkatkan harapan hidup lebih panjang, kualitas hidup yang baik, bisa tidak menularkan pasangan, dan berkarya serta berprestasi. 

Dengan adanya kemajuan pengobatan dan pemeriksaan, infeksi HIV tidak lagi mematikan bila segera mendapatkan penanganan dengan tepat. Infeksi HIV saat ini masuk ke dalam penyakit menahun yang dapat ditata laksana atau chronic manageable disease, seperti hipertensi, diabetes melitus pada kelompok penyakit tidak menular. Bila jumlah virus ditekan hingga tidak terdeteksi, peluang penularan bisa diturunkan hingga tidak menularkan lagi. Ini yang disebut sebagai pencegahan positif. 

Hal apa saja yang perlu dilakukan Ketika diagnosis HIV positif diterima?

  1. Menerima diagnosis tersebut dengan terbuka. 

Memang kebanyakan orang Ketika menerima diagnosis HIV menjadi sebuah pukulan yang cukup keras yang sangat menakutkan. HIV positif bukan vonis, hukuman yang diputuskan oleh pengadilan. HIV positif adalah sebuah diagnosis penyakit, sama seperti Ketika dokter mengatakan seseorang didiagnosis TBC, hipertensi, demam tipus, kanker atau yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap pada sumber yang terpercaya untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut agar HIV tidak jatuh ke dalam AIDS, kondisi tubuh terjaga tetap baik. Sediakan waktu untuk bertanya dan mendengar penjelasan dari dokter yang merawat. Catat semua pertanyaan yang ingin diajukan sebelum mengunjungi dokter. 

  1. Mengonsumsi antiretroviral (ARV) dengan teratur.

Bila tidak ada infeksi yang harus diobati terlebih dahulu, dokter biasanya akan memberikan ARV di hari yang sama Ketika diagnosis HIV keluar. 

Mengonsumsi ARV secara teratur ini tidak hanya selalu minum namun juga selalu tepat waktu. Memang terlambat dalam hitungan menit masih diizinkan namun bila sering menunda minum dapat membuat lengah dan sering lupa. Oleh karena itu cari waktu yang paling nyaman untuk minum, yang risiko telatnya paling kecil. Selalu siapkan 1-2 tablet di dalam tas kerja atau dompet untuk berjaga-jaga seandainya pulang terlambat atau harus menginap. Jangan mengambil ARV terlalu mepet. Sebaiknya ambil Ketika masih memiliki sisa 3-7 tablet, sudah mengambil stok baru. Ini menghindari bila layanan tutup karena sesuatu hal, missal libur hari raya.  

Bila mengalami efek samping, segera kunjungi dokter untuk berkonsultasi mengenai hal tersebut. Tidak semua orang akan mengalaminya.

ARV penting untuk menekan jumlah virus sehingga tubuh memiliki kesempatan untuk membangun kembali kekebalan tubuh yang sebelumnya dirusak oleh virus ini. Bila kekebalan tubuh membaik maka ODHIV bisa memiliki harapan hidup yang panjang dan kualitas hidup yang baik seperti pada orang dengan status HIV negatif. Bila jumlah virus sangat rendah (viral load tersupresi), sampai alat periksa tidak dapat menghitungnya atau tidak terdeteksi, maka peluang untuk menularkan sangat rendah hingga tidak dapat menularkan lagi. Ini yang disebut sebagai pencegahan positif

Walaupun viral load tidak terdeteksi, ARV harus terus dikonsumsi karena HIV tidak dapat dibunuh. ARV membantu mengontrol dan menjaga agar virus tetap tersupresi. 

  1. Menerapkan pola hidup sehat. 

Sama seperti orang HIV negatif, pola hidup sehat seperti rutin berolah raga, makan makanan dengan nutrisi yang seimbang, tidur cukup, mengelola stress, menjaga Kesehatan diri dan lingkungan perlu diterapkan. ODHIV dapat melakukan olahraga atau aktivitas fisik apapun yang disukai bila kondisi tubuhnya baik. Bila jumlah sel CD4 rendah, dibawah 200 sel/ microliter darah, biasanya dokter melarang ODHIV untuk makan makanan yang tidak dimasak dengan baik seperti sate, steak, atau makanan mentah seperti sashimi. 

  1. Melakukan pemeriksaan Kesehatan rutin.

Memeriksakan profil lemak darah, kadar gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal, keadaan jantung, tidak hanya diperlukan orang HIV negatif, ODHIV pun perlu melakukannya. Selain itu ODHIV perlu tambahan pemeriksaan jumlah virus dalam darah atau viral load secara rutin setidaknya setahun sekali atau sesuai saran dokter yang merawat.

  1. Menjaga Kesehatan mental.

ODHIV memiliki kemungkinan lebih besar mengalami gangguan mood, kecemasan, gangguan perilaku, depresi. Ini karena stigma negatif masih melekat erat pada HIV dan ODHIV memiliki peluang mengalami diskriminasi. Hal ini tidak jarang membuat ODHIV memandang rendah diri sendiri. Rasa malu, putus asa, takut dihakimi, merasa diri terisolir dari masyarakat, keluarga, dan teman.

Karena kita tidak memiliki kontrol terhadap reaksi orang kepada kita. Jadi sangat perlu mempersiapkan diri dari permasalahan kesehatan mental yang mungkin terjadi.

Pertama ODHIV harus dapat meyakinkan bahwa dirinya tidak sendirian, ada banyak orang yang mengalami hal yang kurang lebih mirip. Bangun perasaan dan pikiran positif bahwa setiap orang berharga, termasuk ODHIV. ODHIV juga memiliki kesempatan untuk berprestasi dan berkarya.

Kedua, Cari dukungan dari teman, keluarga, atau siapapun yang tidak menghakimi  dan mau mendukung. Bila perlu ODHIV dapat mencari pertolongan professional seperti psikolog, psikiater, life coach untuk membantu memulihkan dan menjaga Kesehatan mentalnya. 

Ketiga buat relasi yang baik dengan fasilitas Kesehatan. Sampaikan bila mengalami gangguan Kesehatan mental, misalnya jadi lebih sensitif, mudah putus asa, gangguan tidur, memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Keempat bila memungkinkan bisa bergabung ke kelompok dukungan yang ada. 

ODHIV perlu membuka statusnya kepada pasangan, partner menyuntik, agar mereka dapat melakukan tes juga dan menjaga kesehatannya. Teman atau keluarga yang mungkin dapat memberikan dukungan, dapat diberikan informasi mengenai status HIV tersebut. Selain itu status HIV juga perlu diketahui oleh tenaga Kesehatan lain yang ikut merawat, misalnya Ketika melakukan perawatan gigi agar dokter gigi dapat meminimalisir risiko dari Tindakan yang dilakukan. 

Membuka status bukan hal yang mudah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membuka status, yaitu:

  1. Cari suasana yang tenang, aman dan nyaman untuk berbicara, menyampaikan berita ini. Bila ada kemungkinan orang yang diajak bicara akan bereaksi buruk, pilih tempat yang ada banyak orang yang bisa menolong tapi tidak terlalu dekat, misalnya di taman, mall.
  2. Sampaikan dengan tidak berbelit-belit dan jelas. Sampaikan juga apa yang diharapkan pada orang yang diajak bicara. Misalnya langsung bilang “Aku terdiagnosis HIV. Aku membutuhkan teman bicara dan dukungan dari kamu saat ini.” 
  3. Kebanyakan orang bereaksi karena memiliki pemahaman dan ketakutan yang salah terhadap HIV. Jadi ODHIV harus diperlengkapi dengan pengetahuan dan informasi yang benar dan lengkap. Bisa juga minta bantuan dokter atau konselor untuk membantu menjelaskan bila dirasa sulit untuk melakukannya sendiri.
  4. Siapkan diri untuk menerima reaksi apapun dari orang yang diajak bicara.

Referensi

https://www.cdc.gov/hiv/basics/livingwithhiv/index.html

Artikel Terkait

ODHIV Boleh kok Berpuasa

Tes HIV anonimus (tanpa identitas) tersedia di Angsamerah

Pemeriksaan Lanjutan Setelah Terdiagnosa HIV Positif

Pembelajaran: Manajemen Klinik dan Bedside Teaching di Klinik Angsamerah

Webinar

The Forgotten Epidemy

Akankah Indonesia Menghentikan AIDS pada Tahun 2030?

Pertanyaan Umum Seputar Tes HIV

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.