Tidur merupakan kebutuhan setiap orang agar tetap sehat, fungsi tubuh berjalan normal. Itu sebabnya tidur nyenyak menjadi kebutuhan pokok setiap orang. Sayangnya, tidak setiap orang menikmatinya karena mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur adalah sekelompok kondisi yang mengganggu pola tidur normal dan kondisi ini ternyata banyak ditemui.
Tidur yang tidak cukup atau tidak berkualitas, tidak mampu memulihkan kondisi tubuh sepenuhnya, sehingga dapat mengganggu fungsi fisik, mental, sosial, dan emosional. Selain itu, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan, keselamatan, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa gangguan tidur berkaitan dengan penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, penyakit Parkinson, dan osteoarthritis.
Beberapa gangguan tidur menurut Klasifikasi Internasional Gangguan Tidur (ICSD: The International Classification of Sleep Disorders) edisi ketiga, yaitu:
1. Insomnia
Gangguan tidur ini paling sering ditemui. Menurut perkiraan para ahli, ada 1 dari 3 orang mengalami insomnia. Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tertidur, atau bangun terlalu cepat dan kesulitan untuk tidur kembali. Bagi sebagian orang, kondisi ini mungkin terasa biasa saja, namun pada beberapa orang, insomnia dapat sangat mengganggu kualitas hidup seseorang. Diperkirakan 40%-50% orang yang mengalami insomnia juga memiliki masalah gangguan mental lainnya.
Penyebab:
- Stres dan kecemasan dapat membuat pikiran tetap aktif di malam hari sehingga membuat sulit untuk tidur.
- Jadwal tidur tidak teratur karena kondisi tertentu seperti kerja shift atau bepergian dengan perbedaan waktu atau menempuh jarak yang jauh dapat mengganggu keteraturan pola tidur dan bangun.
- Kebiasaan tidur yang buruk, menggunakan gawai sebelum tidur, jadwal tidur yang tidak teratur, atau lingkungan tidur yang tidak nyaman.
- Gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan kondisi kesehatan mental lainnya.
- Kondisi medis tertentu seperti mengalami sakit lama, penyakit jantung, asma, dan kondisi lainnya yang mengganggu tidur.
- Obat-obatan. Ada beberapa obat menyebabkan gangguan pola tidur.
Pengobatan:
- Perubahan gaya hidup dengan cara membuat jadwal tidur yang teratur, menciptakan lingkungan tidur yang nyenyak, dan menghindari kafein serta makanan berat sebelum tidur.
- Terapi Perilaku Kognitif untuk Insomnia (CBT-I). Kegiatan ini membuat program terstruktur yang membantu untuk mengidentifikasi dan mengganti pikiran dan perilaku yang menyebabkan atau memperburuk masalah tidur.
- Pengobatan: Obat tidur yang diresepkan atau alat bantu tidur yang dijual bebas, namun harus digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan dokter.
Baca juga: Tidur: Lebih dari Sekadar Memejamkan Mata dan Bermimpi
2. Gangguan gerak saat tidur
Salah satu contoh gangguan gerak saat tidur yang paling banyak adalah Sindrom kaki gelisah (RLS), juga dikenal sebagai Penyakit Willis-Ekbom. Ini adalah kelainan saraf yang menyebabkan dorongan tak terkendali untuk menggerakkan kaki, biasanya karena sensasi tidak nyaman seperti gatal, tertarik, merinding, atau berdenyut.
Sensasi ini biasanya muncul pada sore atau malam hari dan sering kali paling intens pada malam hari saat sedang beristirahat atau mencoba untuk tidur. Sekitar 15% orang kemungkinan memiliki RLS ini namun hanya 2%-3% yang memiliki gejala yang jelas.
Gejala:
- Sensasi tidak nyaman pada kaki, seperti rasa gatal, tertarik, merinding, atau berdenyut.
- Ada dorongan untuk menggerakkan kaki untuk menghilangkan sensasi ini.
- Gejala yang memburuk selama periode tidak aktif dan membaik saat menggerakkan kaki.
Penyebab:
RLS tidak diketahui penyebabnya secara pasti, namun mungkin terkait dengan:
- Genetik. RLS dapat diturunkan dalam keluarga.
- Kekurangan zat besi: Rendahnya kadar zat besi di otak.
- Penyakit kronis: Kondisi seperti penyakit Parkinson, diabetes, dan gangguan saraf tepi.
- Obat-obatan tertentu dapat memicu atau memperburuk gejala.
Meskipun tidak ada obat untuk RLS, tapi hal di bawah ini bisa mengurangi keluhan yang timbul:
- Perubahan gaya hidup, seperti rutin melakukan olahraga, membuat jadwal tidur, dan menghindari kafein.
- Mandi air hangat, pijat kaki, dan penggunaan bantalan pemanas atau kompres es.
- Dokter mungkin meresepkan obat-obat yang dapat mengurangi gejala seperti zat besi.
3. Sleep Apnea
Sleep apnea adalah gangguan yang menyebabkan pernapasan berhenti dan mulai berulang kali saat tidur. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan aktivitas keseharian terganggu karena asupan oksigen ke otak terganggu. Bisa juga berakibat gangguan pada jantung atau tekanan darah tinggi.
Ada 2 golongan besar sleep apnea:
- Obstructive Sleep Apnea (OSA): tipe ini paling banyak ditemui. Pada kasus ini otot-otot tenggorokan rileks secara berkala dan menutupi jalan napas selama tidur.
- Central Sleep Apnea (CSA): Ini terjadi ketika otak tidak mengirimkan sinyal yang tepat ke otot-otot yang mengendalikan pernapasan
Gejala pada sleep apnea:
- Mendengkur keras
- Episode henti napas saat tidur
- Terengah-engah saat tidur
- Bangun tidur dengan mulut kering
- Sakit kepala di pagi hari
- Kesulitan untuk tetap tertidur (insomnia)
- Kantuk berlebihan di siang hari (hipersomnia)
- Kesulitan memperhatikan saat terjaga
- Rasa mudah tersinggung
Penyebab dan faktor risiko terjadinya sleep apnea:
- Obesitas: Berat badan berlebih meningkatkan risiko penyumbatan saluran napas.
- Lingkar leher: Leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran napas yang lebih sempit.
- Jalan napas yang menyempit: Ini bisa karena terjadi sejak lahir atau karena amandel atau adenoid yang membesar.
- Orang dengan jenis kelamin laki-laki lebih sering mengalami sleep apnea.
- Sleep apnea terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
- Riwayat keluarga: Riwayat keluarga dengan sleep apnea dapat meningkatkan risiko
- Penggunaan alkohol, obat penenang, atau obat penenang: Ini mengendurkan otot-otot di tenggorokan.
- Merokok: Perokok lebih mungkin mengalami sleep apnea. Hidung tersumbat: Jika mengalami kesulitan bernapas melalui hidung, kemungkinan besar akan mengalami OSA.
Komplikasi bila sleep apnea tidak ditangani dengan baik:
- Kelelahan dan mudah mengantuk di siang hari.
- Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
- Diabetes tipe 2.
- Sindrom metabolik.
- Komplikasi akibat pengobatan dan operasi.
- Gangguan fungsi hati.
Pengobatan:
- Perubahan gaya hidup: Penurunan berat badan, berhenti merokok, dan menghindari alkohol.
- Continuous Positive Airway Pressure (CPAP): Mesin yang menggunakan tekanan udara untuk menjaga saluran udara tetap terbuka.
- Perangkat tekanan saluran udara lainnya: Termasuk perangkat bilevel positive airway pressure (BiPAP).
- Peralatan oral: Dirancang untuk menjaga tenggorokan tetap terbuka.
- Operasi: Tindakan tergantung pada kondisi fisik, misalnya pengangkatan jaringan yang menyumbat, menyusutkan jaringan yang menghalangi saluran nafas, perbaikan posisi rahang, implan, memberi rangsangan pada saraf, dan pembuatan saluran udara baru (trakeostomi) pada kasus yang parah.
4. Parasomnia
Parasomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang ditandai dengan perilaku, gerakan, emosi, persepsi, atau mimpi yang tidak biasa yang terjadi saat hendak tidur, selama tidur, atau saat bangun. Perilaku ini dapat sangat mengganggu dan dapat mencakup tindakan seperti berjalan sambil tidur, teror malam, dan kelumpuhan tidur.
Jenis Parasomnia:
1. Parasomnia Non-REM (NREM):
- Berjalan sambil tidur (Somnambulisme): Melibatkan bangun dari tempat tidur dan bergerak-gerak saat masih tidur.
- Teror Tidur: Bangun tiba-tiba dari tidur dengan rasa takut yang kuat, berteriak, dan reaksi fisik seperti jantung berdebar kencang.
- Bangun Bingung: Episode kebingungan dan disorientasi saat bangun.
2. Parasomnia REM:
- Gangguan Perilaku Tidur REM (RBD): Melakukan mimpi, terkadang dengan keras, karena kurangnya kelumpuhan otot selama tidur REM.
- Gangguan Mimpi Buruk: Mimpi buruk yang sering dan jelas yang menyebabkan tekanan dan mengganggu tidur.
3. Parasomnia lainnya:
- Gangguan makan terkait tidur: Makan saat tidur tanpa mengingatnya.
- Seksomnia: Melakukan aktivitas seksual saat tidur.
Penyebab dan faktor risiko parasomnia. Parasomnia dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk:
- Genetika: Riwayat keluarga dengan parasomnia.
- Stres dan Kecemasan: Tingkat stres atau kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya parasomnia.
- Kurang Tidur: Kurang tidur yang cukup dapat memicu gangguan ini.
- Obat-obatan: Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan parasomnia.
Penanganan dan pengobatan:
Pengobatan untuk parasomnia sering kali dimulai tanpa menggunakan obat, seperti meningkatkan tidur yang lebih teratur, mengelola stres, dan menciptakan lingkungan tidur yang aman. Bila tidak berhasil, mungkin memerlukan obat dan tindakan lebih lanjut.
5. Mengantuk berlebihan
Mengantuk berlebihan dapat menjadi gejala sleep apnea, tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain. Berikut adalah beberapa penyebab yang paling sering:
- Gangguan tidur: Kondisi seperti sleep apnea, narkolepsi, dan sindrom kaki gelisah.
- Kebersihan tidur yang buruk: Jadwal tidur tidak teratur, lingkungan tidur tidak nyaman, atau waktu layar yang berlebihan sebelum tidur.
- Kondisi medis: Hipotiroidisme, anemia, diabetes, dan penyakit jantung.
- Obat-obatan: Beberapa obat dapat menyebabkan kantuk sebagai efek samping.
- Masalah kesehatan mental: Depresi, kecemasan, dan stres.
- Faktor gaya hidup: Kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, dan konsumsi kafein atau alkohol yang berlebihan.
Bila mengalami rasa kantuk berlebihan, bisa melakukan hal-hal di bawah ini:
- Pertahankan jadwal tidur yang teratur: Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
- Ciptakan lingkungan yang menenangkan: Pastikan kamar tidur anda gelap, tenang, dan sejuk.
- Batasi waktu layar: Hindari layar setidaknya satu jam sebelum tidur.
- Tetap aktif: Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan kualitas tidur.
- Perhatikan pola makan anda: Hindari makanan berat, kafein, dan alkohol menjelang tidur.
Baca juga: Kurang Tidur Membuat Anak Hiperaktif
6. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk yang luar biasa di siang hari dan serangan tidur yang tiba-tiba. Gejala yang dialami antara lain:
- Kantuk di siang hari yang berlebihan (EDS): Kantuk terus-menerus dan serangan tidur yang tiba-tiba.
- Katapleksi: Hilangnya kekuatan dan kontrol otot secara tiba-tiba yang dipicu oleh emosi yang kuat, yang menyebabkan kelemahan atau pingsan.
- Kelumpuhan tidur: Ketidakmampuan sementara untuk bergerak atau berbicara saat tertidur atau bangun.
- Halusinasi: Pengalaman visual atau pendengaran yang jelas dan sering kali menakutkan saat tertidur atau bangun.
- Gangguan tidur di malam hari: Sering terbangun di malam hari,
Penyebab pasti narkolepsi belum diketahui secara jelas tetapi sering dikaitkan dengan kekurangan hipokretin (juga dikenal sebagai orexin), yaitu zat kimia otak yang mengatur terjaga dan tidur REM. Faktor genetik dan respons autoimun juga dapat berperan.
Jenis:
- Narkolepsi Tipe 1: Meliputi katapleksi dan kadar hipokretin rendah.
- Narkolepsi Tipe 2: Tidak meliputi kelemahan atau kehilangan kendali otot wajah, leher, dan lutut. dan memiliki kadar hipokretin normal.
Meskipun narkolepsi tidak dapat disembuhkan, pengobatan dapat membantu mengelola gejala yang muncul:
- Obat-obatan: Stimulan untuk mengurangi rasa kantuk di siang hari, antidepresan untuk mengelola kelemahan atau kehilangan kendali otot yang dipicu emosi, dan natrium oksibat untuk meningkatkan kualitas tidur di malam hari.
- Perubahan gaya hidup: Jadwal tidur yang tertata dan terjadwal, dan menghindari kafein atau alkohol sebelum tidur.