Rangkuman Laporan
Latar Belakang
Dengan didukung oleh sejumlah kebijakan dan program yang difokuskan untuk mengurangi angka kematian ibu, pada tahun1990an rasio kematian ibu di Indonesia sudah mulai menurun. Pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) berkurang menjadi 228 per 100.000 kelahiran dari sebelumnya 330 kematian pada tahun 1991. Namun sejak 2007 penurunan kematian ibu yang signifikan belum dapat diwujudkan. Pada saat ini, angka kematian diperkirakan masih stagnan, bahkan cenderung meningkat dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu.
Berdasarkan hasil survei kependudukan Indonesia terindikasi bahwa bahwa AKI per tahun 2012 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tantangan untuk memberikan pelayanan yang memadai untuk kesehatan ibu seperti terbatasnya akses untuk fasilitas kesehatan yang berkualitas, terbatasnya jumlah tenaga kesehatan untuk mengatasi komplikasi, kurangnya kesadaran dan hambatan budaya terkait kehamilan yang aman, nutrisi rendah dan status kesehatan perempuan, kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi dan sistem yang lemah dalam merekam kematian ibu.
Pada tahun 2011, USAID memulai program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) untuk berkontribusi pada pengurangan kematian ibu dan bayi baru lahir dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan dan memperkuat sistem jejaring rujukan untuk memastikan proses rujukan yang efisien dan efektif dari puskesmas ke rumah sakit. Program EMAS berlangsung selama 5 tahun, dilaksanakan di 6 provinsi yang memiliki tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir yang paling tinggi di Indonesia. EMAS bekerja dengan 150 rumah sakit, 300 puskesmas dan juga dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan di kabupaten/kota.
Tujuan dan Proses Kajian
EMAS berkolabrasi dengan POGI (Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia) melaksanakan kajian pada beberapa rumah sakit EMAS yang terpilih untuk memahami faktor-faktor yang menjadi penghambat perbaikan pelayanan kesehatan yang berdampak kepada kematian ibu. Ruang lingkupkajian berfokus untuk memperoleh informasi terkait untuk menyampaikan kegiatan, strategi dan pendekatan program EMAS.
Kajian tersebut berusaha untuk menilai faktor-faktor konteksual yang berhubungan dengan kematian ibu yang diperoleh dengan meninjau rekam medik. Faktor-faktor konteksual yang ditinjau antara lain sumber rujukan dan kondisi sebelum perawatan di rumah sakit, kualitas pelayanan yang di berikan (untuk melihat kemungkinan lainya) dan penghambat lainnya yang berkontribusi atas kematian ibu seperti:ketepatan waktu pelayanan, ketersediaan pegawai atau peralatan atau administrasi yang tepat atas pelayanan dan pengawasan dan juga informasi mengenai data rumah sakit dan beberapa penyebab kasus kematian ibu yang dikategorikan sebagai “lain-lain”.
Kelengkapan grafik sangat bervariasi berdasarkan kasus dan tidak semua data tersedia di semua grafik. Kasus-kasus yang dikaji berasal dari rumah sakit EMAS dan kematian yang dikaji merupakan kematian yang terjadi di rumah sakit. Rumah sakit yang bersedia berpartisipasi adalah rumah sakit yang memiliki rasio tinggi untuk kematian ibu dan kelahiran hidup. Secara total, terdapat 12 rumah sakit yang ikut serta dalam proses kajian, mewakili sebanyak 57% kasus kematian ibu (124/217) yang dilaporkan 49 rumah sakit dukungan EMAS selama periode kajian.
Temuan Utama
- Lebih dari 55 persen kematian ibu terjadi pada 24 jam pertama setelah pendaftaran.
- Dokter spesialis kandungan /Obgyn hadir dalam setidaknya di 45 persen kasus.
- 32 Persen keluarga/ibu terlambat mencari pelayanan kesehatan dan 40 persen keluarga/ibu mencari pelayanan kesehatan tepat waktu.
- Hanya sebanyak 9 persen ibu yang menerima tindakan stabilisasi sebelum dirujuk.
- Sebanyak 38 persen penyedia layanan kesehatan terlambat dalam merujuk pasien.
- Tidak tepatnya pengambilan keputusan medis di rumah sakit ada sebanyak 53 persen kasus.
- Di hampir sebagian kasus, sebanyak 47 persen, masalah terjadi karena tertundanya keputusan medis.
- Kurangnya pengawasan pasien dan tindak lanjut yang kurang tepat merupakan masalah yang banyak terjadi, sebanyak 47 persen.
Berdasarkan pendapat ahli (24 dokter spesialis kebidanan dan kandungan) yang melakukan kajian akhir atas kasus-kasus kematian, disimpulkan bahwa 72 persen kematian dapat dicegah. Dari proses pengkajian kasus ditentukan bahwa sepertiga kematian dikaitkan dengan kasus “non-kebidanan lainnya”.
Hasil Laporan ini telah dipresentasikan pada Kongres POGI pada tahun 2015 di Bandung, Jawa Barat oleh Presiden POGI dr. Nurhadi Saleh, SpOG, dan di Lokakarya GKIA September 2016 yang didukung oleh USAID melalui Program Emas dan AT&T melalui Jhpiego.