Kenali Tuberkulosis (TBC), Selamatkan Diri dan Bangsa

Pada tahun 2021 TBC masuk sebagai penyakit menular paling mematikan pada urutan kedua di dunia setelah Covid-19. Dan berada pada urutan ke tiga belas  sebagai faktor penyebab utama kematian di seluruh dunia.

Indonesia sendiri berada pada posisi KEDUA dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh China, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Republik Demokratik Kongo secara berurutan. Pada tahun 2020, Indonesia berada pada posisi ketiga dengan jumlah kasus terbanyak. Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus TBC (satu orang setiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus. Insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk, yang artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang di antaranya yang menderita TBC.

Angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 150.000 kasus (satu orang setiap 4 menit), naik 60% dari tahun 2020 yang sebanyak 93.000 kasus kematian akibat TBC. Dengan tingkat kematian sebesar 55 per 100.000 penduduk.

Dari total 969.000 estimasi kasus TBC yang ada di Indonesia, kasus yang ditemukan hanya sebesar 443.235 (45,7%) kasus saja, sedangkan ada 525.765 (54,3%) kasus lainnya belum ditemukan dan dilaporkan. Pada tahun 2020, jumlah kasus yang belum ditemukan adalah sebanyak 430.667 kasus. Artinya terjadi peningkatan jumlah kasus yang belum ditemukan secara signifikan. Sedangkan capaian penemuan kasus meningkat dari tahun 2020 yang sebanyak 393.323 kasus.

Penyakit TBC memang menular dan dapat ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang yang tidak terinfeksi. Cara penularan dapat terjadi terutama ketika seseorang penderita batuk, bersin, berbicara, atau bahkan bernyanyi. Oleh karena itu, penyakit ini dikenal sebagai penyakit yang ditularkan melalui udara. Orang lain yang menghirup bakteri aerosol dapat terinfeksi penyakit ini, namun yang bisa menularkan hanya mereka yang mengidap TBC aktif.

Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada orang yang terpapar kuman TBC:

  1. Pada saat daya tahan tubuh dalam kondisi baik, maka bakteri yang masuk kedalam tubuh akan dapat di atasi oleh sistem kekebalan tubuh sehingga paparan tersebut tidak menyebabkan sakit.
  2. Pada saat daya tahan tubuh dalam tidak terlalu baik, tidak sedang sakit tapi juga tidak terlalu baik, maka akan ada kemungkinan bisa terinfeksi oleh bakteri TBC ini tapi tidak menimbulkan gejala apapun. Keadaan ini disebut juga dengan infeksi laten TBC. Laten TBC merupakan kondisi dimana bakteri yang masuk ke dalam tubuh  mengalami posisi tidur atau tidak aktif dan tidak akan berkembang menjadi penyakit yang karena masih ada penjaga dari sistem kekebalan tubuh.
  3. Pada saat daya tahan tubuh dalam kondisi lemah atau sedang tidak fit atau sedang sakit, maka bakteri TBC akan dapat berkembang biak dengan cepat dan infeksi TBC dapat menjadi aktif dan muncul keluhan.

Orang yang terinfeksi dalam kondisi bakteri laten di tubuh, tidak dapat menularkan penyakit TBC kepada orang lain. Namun mereka harus tetap waspada karena bakteri ini akan bisa aktif/terbangun sewaktu-waktu di dalam tubuh jika kondisi kekebalan tubuh sedang menurun.

Oleh karena itu, orang yang kemungkinan memiliki TB laten harus minum obat untuk pencegahan agar bakteri TBC ini tidak berkembang menjadi TB aktif. Obat ini Namanya TPT atau Terapi Pencegahan TBC.

Yang perlu di berikan obat pencegahan TPT (Terapi Pencegahan TBC) adalah orang yang tidak memiliki keluhan sakit TBC tapi dalam kondisi berikut ini:

  1. Semua anak yang kontak erat dengan penderita TBC dan tinggal satu rumah
  2. Orang dengan HIV (ODHIV), yang dimana virus HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan imun tubuh sehingga ODHIV pada kondisi tertentu memiliki kemungkinan system kekebalan tubuhnya turun
  3. Orang yang berisiko terkena, seperti pasien kanker,
  4. pasien perawatan dialysis atau cuci da rah, pasien transplantasi organ,
  5. Warga Binaan Pemasyarakatan(WBP),
  6. petugas kesehatan yang kontak dengan penderita TBC,
  7. orang dengan Diabetes Melitus.

Tersedia 4 macam pilihan untuk TPT (Terapi Pencegahan TBC) yang ada di Indonesia, seperti:

  1. Satu Macam Obat Isoniazid (INH) di minum setiap hari selama 6 bulan. Isoniazid (INH) merupakan obat golongan antibiotik yang digunakan untuk menangani gejala tuberkulosis paru ataupun ekstra paru, dimana biasanya regimen Isoniazid termasuk kedalam regimen penanganan Tuberkulosis (TBC) yang terdiri dari Rifampisin, Izoniazid, Pirazinamid, dan Ethambutol.
  2. Dua Macam Obat INH dan Rifampisin, di minum setiap hari selama 3 bulan. Rifampicin atau rifampin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit akibat infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh bakteri penyebab infeksi. Penyakit akibat infeksi bakteri yang dapat diobati dengan rifampicin antara lain tuberkulosis dan kusta.
  3. Dua Macam Obat INH dan Rifapentine, di minum seminggu sekali selama 3 bulan. Rifapentine adalah obat Antibiotik yang bekerja untuk mengurangi pertumbuhan infeksi bakteri bagi penderita tuberkulosis aktif tes kulit TBC positif.
  4. Dua Macam Obat LFX dan E, yang di minum setiap hari selama 6 bulan bagi anak yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC RO.

Semua obat tersebut memiliki fungsi yang sama hanya berbeda dalam kombinasi dan lama pemberian. Kombinasi tersebut disesuaikan dengan kondisi orang yang akan diberikan TPT.

Cara minum Obat TPT (Terapi Pencegahan TBC) yaitu:

  1. Obat harus di minum secara teratur sesuai prosedur dalam waktu yang ditentukan oleh dokter.
  2. Sebaiknya obat di minum pada waktu yang sama (Pagi, Siang, Sore atau Malam) tidak telat, tidak bolong-bolong, minumlah obat ketika perut kosong (1 Jam sebelum makan / 2 Jam setelah makan).
  3. Bila minum obat yang lain seperti kontrasepsi, ARV, atau obat lain, sampaikan pada dokter yang merawat agar dilihat potensi interkasi obat tersebut dengan TPT.
  4. Jika timbul gejala TBC seperti demam selama lebih dari 2 Minggu, batuk lebih dari 2 Minggu, atau penurunan Berat Badan (BB) selama mengkonsumsi obat TPT maka segeralah ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Terkadang saat mengonsumsi TPT bisa mengalami efek samping seperti:

  1. Demam
  2. Pusing
  3. Kehilangan nafsu makan
  4. Mual, muntah, dan sakit perut
  5. Kebas atau kesemutan di kaki
  6. Perubahan warna urine
  7. Kebingungan
  8. Muncul ruam kulit
  9. Mata kekuningan
  10. Kelelahan yang tidak biasa
  11. Mengantuk.

Bila muncul keluhan, kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Walaupun obat yang diminum untuk pencegahan tetap harus di minum sesuai aturan. Bila di minum dengan benar bisa memberikan perlindungan hingga 5 tahun lho.

Referensi

Buku Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberculosis, Kemenkes 2020

https://www.who.int/teams/global-tuberculosis-programme/tb-reports/global-tuberculosis-report-2022

Artikel Terkait

Bakteri ikut ke kantor

Tuberkulosis (TB)

Waspadai Leptospirosis di Musim Hujan

Vitamin D dan vaginosis bakteri pada wanita hamil

BV? Apa sih itu?

Duet Maut, TBC-HIV. Bisa Diatasi Lho!

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.