Kesalahpahaman Yang Umum Tentang Penyebab Keguguran

Menjadi bagian dari populasi dewasa muda, kehamilan menjadi suatu hal yang sangat diakrabi oleh para wanita. Meskipun katanya usia seseorang untuk menikah menjadi semakin tua, tapi nyatanya tetap saja banyak wanita yang menanti bayi pertama mereka di rentang usia ini. Bicara tentang kehamilan tak bisa lepas dari risiko keguguran. Kebanyakan pasangan merasa bahwa keguguran adalah sesuatu yang tidak lazim terjadi, dan bahwa hal itu kecil kemungkinannya untuk menimpa mereka.

Keguguran (miscarriage) terjadi pada 10-20% kehamilan yang diketahui. Angka ini bahkan mungkin lebih banyak lagi, karena seringkali keguguran terjadi pada masa kehamilan yang sangat awal, bahkan ketika si wanita belum menyadari kalau dirinya hamil. Yang dimaksud dengan keguguran adalah kehilangan kehamilan secara spontan sebelum usia kandungan mencapai 20 minggu, di mana sebagian besar keguguran terjadi dalam 3 bulan pertama kehamilan.

Bahasan tentang keguguran tak banyak dibicarakan, mungkin karena ada nuansa rasa bersalah pada ibu yang mengalami keguguran. Tak jarang orang menuding keguguran terjadi karena ibu yang tak pandai menjaga kehamilannya. Lagi-lagi di sinilah kosntruksi sosial kita dimainkan, bahwa yang bertanggung jawab penuh pada kesehatan kehamilan adalah si ibu. Padahal, keguguran bisa terjadi karena banyak sebab. Dan biasanya adalah karena janin gagal berkembang.

Dalam sebuah survey yang dilakukan di Amerika, ternyata diketahui bahwa masyarakat pada umumnya memiliki kesalahpahaman mengenai penyebab keguguran. Tiga per empat peserta survey menyatakan bahwa stres adalah penyebab keguguran, sementara menurut penelitian di bidang medis, hubungan antara stres dan keguguran adalah sangat kecil. Pendapat lain mengatakan bahwa mengangkat beban berat, penggunaan kontrasepsi oral, atau tidak adanya penerimaan ibu terhadap kehamilannya dapat menyebabkan keguguran. Hal-hal seperti di atas membuat pasangan yang mengalami keguguran harus melewati masa-masa sulit akibat rasa bersalah dan isolasi sebagai bentuk “tanggung jawab”.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, sebanyak 60% kasus keguguran terjadi akibat abnormalitas jumlah kromosom janin pada saat pembuahan. Hal ini bisa terjadi sebagai sebuah kebetulan, bukan kesalahan orangtua. Kondisi medis tertentu yang dimiliki seorang wanita yang mempersiapkan kehamilan dapat berisiko menimbulkan keguguran, seperti infeksi, diabetes (kencing manis), atau masalah hormon. Akan tetapi, dokter pun biasanya baru akan melakukan tes khusus bila si ibu telah berulangkali mengalami keguguran tanpa sebab yang jelas.

Beberapa penyebab keguguran adalah:

  • Infeksi
  • Paparan terhadap bahan berbahaya (radiasi atau bahan beracun)
  • Masalah hormon
  • Kelainan bentuk dan fungsi alat reproduksi
  • Gaya hidup (rokok, minum alkohol, penggunaan narkotika)
  • Kekurangan gizi berat
  • Dll

Wanita yang hamil di umur yang semakin tua memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami keguguran, yakni hampir 25% pada wanita usia 40an. Hal ini dikarenakan risiko kelainan kromosom janin yang juga meningkat risikonya pada kehamilan usia tua, sehingga memudahkan terjadinya keguguran. Sementara aktifitas harian seperti berolahraga, berhubungan seksual, maupun bekerja, tidak menyebabkan terjadinya keguguran.

Keguguran bukanlah sesuatu yang tabu. Bila Anda mengalaminya, maka bicarakanlah dengan dokter Anda mengenai kemungkinan penyebabnya. Dengan memiliki pengetahuan mengenai penyebab keguguran, maka sebagai pasangan Anda akan saling menguatkan, dan mampu melewati situasi sulit ini.

Artikel Terkait

Perawatan Miss V

Analisis Semen Secara Mikroskopis

HPV itu katanya…

Hubungan sex aman di masa kehamilan

Mioma

Benjolan rahim, atau hamil, atau kedua-duanya?

Kehamilan Berisiko Tinggi

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.