Author

Risda Meylianti, AMAK

Editor

Illustration

Kurnia Dwijayanto

Bagaimana aku tahu kalau terinfeksi Klamidia dan Gonore

Ada lebih dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat menular melalui kontak seksual. Namun ada 8 mikroba yang paling banyak terjadi melalui aktivitas seksual yang kemudian dimasukkan sebagai penyebab infeksi menular seksual (IMS). Infeksi Menular Seksual (IMS) ditularkan melalui hubungan seksual, baik melalui vagina, anus, maupun rongga mulut. Dari 8 IMS yang ada, 3 diantaranya disebabkan oleh bakteri, yaitu sifilis, klamidia dan gonore.

Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang pemeriksaan klamidia dan gonore.

Klamidia disebabkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis. Gonore disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhoeae. Menurut data CDC, Klamidia memiliki proporsi terbesar dari semua IMS yang dilaporkan ke CDC. Studi juga menunjukkan tingginya prevalensi infeksi klamidia pada  masyarakat umum, khususnya di wanita muda. Demikian juga dengan infeksi gonore.

WHO mencatat pada tahun 2016 diperkirakan ada 376 juta kasus infeksi menular seksual baru terjadi setiap tahun di seluruh dunia, dan dari jumlah tersebut ada 127 juta kasus klamidia dan 87 juta kasus gonorrhoea. Jumlah ini mungkin lebih besar karena sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala.

Walaupun tidak bergejala, kedua infeksi tersebut bisa menyebabkan masalah serius seperti kemandulan, radang panggul, kerusakan organ reproduksi, keguguran, hingga menyebabkan infeksi pada bayi yang dikandung.

CDC juga mencatat peningkatan kasus infeksi gonore yang kebal terhadap pengobatan. Oleh karena itu pemeriksaan rutin diperlukan untuk deteksi dini sehingga mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pemeriksaan rutin ditujukan terutama pada wanita muda yang sudah aktif secara seksual, ibu hamil, orang yang memiliki banyak pasangan seksual, dan laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki.

Ada sejumlah tes diagnostik untuk chlamydia dan gonorrhea, yaitu:

  1. Pewarnaan Gram
    Bahan periksa diambil melalui usap vagina, uretra, mata, tenggorokan, anus, atau cairan dari bubo atau pembengkakan kelenjar getah bening akibat infeksi ini. Pemeriksaan ini bisa menemukan bakteri Neisseria gonorrhoeae penyebab gonore, namun tidak dapat dilakukan untuk memeriksa Chlamydia trachomatis karena bentuknya tidak spesifik, bakteri lebih banyak berada di dalam sel. Keunggulan pemeriksaan ini adalah harganya cukup murah.
  2. Biakan kuman
    Sama seperti pewarnaan gram, bahan periksa diambil melalui usap cairan di lokasi yang dicurigai, seperti vagina, uretra, dan yang lainnya. Biakan kuman memerlukan penanganan khusus karena bakteri mudah mati di luar tubuh manusia. Hasil pemeriksaan memerlukan waktu yang cukup lama. Namun pemeriksaan ini dapat memeriksa respon bakteri terhadap antibiotik, sudah resisten atau masih sensitif. Sayangnya tempat untuk melakukan pemeriksaan ini jarang. Perempuan yang akan melakukan tes ini tidak boleh melakukan cuci vagina atau vaginal douching, atau mengunakan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina. Biakan kuman adalah satu-satunya prosedur yang mengkonfirmasi keberadaan organisme yang hidup.
  3. Penggandaan atau amplifikasi DNA
    Pemeriksaan ini dikenal sebagai PCR (Polymerase Chain Reaction). Tes ini paling spesifik dan memiliki kepekaan paling tinggi sehingga dapat dilakukan pada berbagai spesimen atau bahan periksa, namun pada wanita lebih dianjurkan mengambil bahan periksa melalui apusan vagina dan pada pria melalui urin. Keunggulan lain adalah proses pemeriksaan cukup cepat, hanya memakan waktu beberapa jam saja dan tidak memiliki persyaratan khusus, bahkan dapat mendeteksi keberadaan bakteri klamidia dan gonore dalam jumlah sedikit dan bakteri tersebut dalam keadaan mati.
  4. Pemeriksaan Serologi
    Pemeriksaan serologi tidak dianjurkan untuk mendiagnosis infeksi klamidia dan gonorrhea karena kedua bakteri ini sangat jarang masuk ke dalam aliran darah sehingga antibodi yang dibentuk tidak menggambarkan adanya infeksi atau tidak pada saat dilakukan tes. Hasil positif bisa disebabkan adanya riwayat infeksi pada masa lampau. Namun pemeriksaan ini dapat dilakukan pada infeksi pada neonatus, pasien dengan infertilitas faktor tuba dan kadang-kadang untuk infeksi Limfogranuloma venereum ketika aspirasi bubo tidak tersedia.

Klamidia dan gonore sering terjadi bersamaan karena faktor risiko penularannya mirip. Pemeriksaan amplifikasi DNA atau PCR menjadi alat periksa yang paling baik karena paling spesifik, sensitif, dan dapat dilakukan menggunakan berbagai bahan periksa, juga dapat menunjukkan infeksi yang sedang terjadi. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan setelah pengobatan untuk evaluasi hasilnya. Bila pada pemeriksaan berikutnya masih didapatkan bakteri klamidia dan gonore maka perlu dilakukan biakan kuman untuk melihat antibiotik yang masih sensitif untuk bakteri tersebut.

Infeksi berulang umum terjadi pada gonore dan klamidia, sehingga pemeriksaan pasangan seks perlu dilakukan bila terdiagnosa positif agar tidak terjadi infeksi bolak balik.

Referensi

  1. Articles from The Canadian Journal of Infectious Diseases & Medical Microbiology
  2. J Clin Microbiol. 2013. Performance of the Cepheid CT/NG Xpert Rapid PCR Test for Detection of Chlamydia trachomatis and Neisseria gonorrhoeae (Journal)
  3. CDC : Sexually Transmitted Disease Surveillance (2018), Recommendations for the Laboratory-Based Detection of Chlamydia trachomatis and Neisseria gonorrhoeae (2014)
  4. American Sexually Transmitted Diseases Association tahun 2016
  5. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5039585/

Artikel Terkait

Seks dalam Perkawinan

Bagian 1

Tentang Pendidikan Seks Bagi Anak

Disfungsi Seksual

Takut-takut Bicara IMS

Infeksi Organ Reproduksi

Seks diusia senja

Sebelumnya
Selanjutnya

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.