Sejak tahun 1987 hingga Maret 2017, telah dilaporkan 87.453 kasus AIDS. Data ini berdasarkan Laporan Perkembangan Penyakit HIV-AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual di Indonesia Triwulan I Tahun 2017 (Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia). Sebagian di antaranya merupakan kasus dengan faktor risiko perinatal. Sebanyak 2.604 kasus memiliki riwayat penularan yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.
Penularan virus HIV dari ibu yang berstatus HIV positif ke janin yang dikandungnya, sebenarnya dapat dicegah. Bahkan sejak sebelum kehamilan terjadi alias lebih dini. Kemungkinan bagi janin untuk tertular HIV dari ibunya sebesar 20-45%, apabila si ibu tidak melakukan upaya pencegahan penularan.
Infeksi HIV pada bayi dan anak-anak memiliki karakteristik tersendiri yang membuatnya berbeda dari infeksi HIV pada orang dewasa. Hal ini terkait dengan perkembangan sistem imun yang belum sempurna. Oleh karena itu, tanpa penanganan yang baik dan tepat, 20% bayi dan anak yang trinfeksi HIV dari ibunya akan mengalami infeksi berat di tahun pertama dan sebagian besar meninggal di usia 4 tahun. Kalaupun dapat bertahan hidup, maka infeksi HIV akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Melihat besarnya angka penularan HIV dari ibu ke anak di Indonesia, dan efeknya bagi tumbuh kembang anak, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada suatu negara dan bangsa. Harapan tak dapat diletakkan di pundak generasi penerus karena kondisi kesehatan yang tidak baik membuat tumbuh kembang mereka terganggu. Belum lagi angka kematian di usia muda yang membuat bangsa berisiko kehilangan generasi penerus karena anak-anak yang lahir tidak dapat bertahan hidup sampai usia produktif.
Menghadapi hal tersebut, apa yang harus kita lakukan?
Tentu saja yang paling utama adalah pencegahan agar wanita usia subur (WUS) tidak tertular HIV/AIDS. Dilanjutkan dengan program pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV positif, pencegahan penularan dari ibu hamil HIV positif ke janin yang dikandungnya, serta memberikan dukungan adekuat dalam aspek psikologis, sosial, dan perawatan kepada ibu dengan HIV positif beserta anak dan keluarganya.
Penting bagi setiap ibu hamil untuk mengetahui status HIV-nya dengan melakukan pemeriksaan HIV. Bila ibu hamil terdeteksi HIV positif, maka perlu segera dilakukan perawatan dan pengobatan, sehingga risiko penularan kepada janinnya bisa dicegah mencapai 90%. Jika pencegahan penularan dapat dilakukan, tentu saja bayi yang lahir tidak akan tertular HIV dan dapat tumbuh serta berkembang menjadi anak yang sehat dan kelak bisa menjadi generasi yang produktif juga.
Ayo ibu hamil, lakukan tes HIV di layanan kesehatan yang terdekat.