“If mothers are told to do this or that or the other, … they lose touch with their own ability to act…. Only too easily they feel incompetent. If they must look up everything in a book, they are always too late even when they do the right things, because the right things have to be done immediately. It’s only possible to act at exactly the right point when the action is intuitive or by instinct, as we say. The mind can be brought to bear on the problem afterwards.” – D.W Winnicott
Saat menerima penghargaan Grammy di tahun 2017, penyanyi Adele mengungkapkan bahwa ia pernah merasa kehilangan jati dirinya setelah melahirkan anak pertamanya. Perubahan peran menjadi seorang ibu memberikan tekanan tersendiri sehingga menimbulkan masalah emosi.
Ketika menjadi seorang ibu, banyak hal yang menjadi ‘keharusan’, baik yang muncul dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar terutama orang terdekat. Situasi ini membuat ibu menganggap dirinya serba salah, tidak becus, dan melihat dirinya sebagai ibu yang kurang baik untuk sang anak.
Persoalan seperti di atas dapat dialami siapa saja; mulai dari orang biasa hingga tokoh publik berkaliber dunia. Delapan dari sepuluh ibu yang baru melahirkan mengalami masalah emosi yang dikenal sebagai sindroma baby blues.
Seorang ibu dengan riwayat masalah kesehatan jiwa seperti depresi maupun ansietas, serta ibu yang memiliki keluarga dengan gangguan jiwa, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami sindroma baby blues. Selain riwayat yang berkaitan dengan kondisi kesehatan jiwa, sindroma baby blues juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu proses persalinan yang traumatis, kesulitan menyusui, dan kurangnya dukungan sosial.
Sindroma baby blues dialami ibu dalam minggu-minggu pertama pasca persalinan. Gejala dirasakan sebagai suasana perasaan yang berubah-ubah; merasa sedih, cemas, takut, bingung hingga gelisah.
Gejala lainnya yang mungkin dialami yaitu kehilangan nafsu makan, sulit tidur, memiliki banyak pikiran negatif, mudah lelah dan mudah menangis. Pada umumnya keluhan tersebut bersifat sementara. Berbagai gejala tidak mengenakkan tadi akan hilang setelah dua minggu tanpa diperlukan bantuan profesional kesehatan.
Meski demikian, dua dari sepuluh ibu tetap merasakan gejala ini bahkan setelah melampaui kurun waktu dua minggu. Bila gejala menetap berkepanjangan, ibu tersebut kemungkinan mengalami depresi pasca persalinan. Tidak hanya ibu, satu dari sepuluh ayah juga mengalami hal yang serupa. Oleh karena itu, penting bagi calon orangtua maupun orang terdekatnya untuk melakukan upaya pencegahan dan mengatasi sindroma baby blues.
Upaya pencegahan dan mengatasi sindroma baby blues yang paling mendasar untuk dilakukan yaitu menerapkan pola hidup sehat. Ibu memerlukan diet yang seimbang, tidur dengan durasi cukup dan kualitas yang baik, serta aktivitas fisik rutin. Dalam kesehariannya, ibu dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung omega-3 seperti telur, ikan, dan sayur-sayuran hijau.
Upaya pencegahan dan mengatasi sindroma baby blues juga dapat dilakukan ibu dengan melakukan penapisan kemungkinan depresi maupun ansietas dengan tenaga kesehatan selama masa kehamilan untuk menurunkan risiko mengalami baby blues dan depresi pasca persalinan.
Ibu dan orang terdekat perlu terbuka berkonsultasi dengan bidan atau dokter yang merawat tentang kondisi kesehatan jiwa. Bila sebelumnya sudah memiliki riwayat masalah kesehatan jiwa juga sebaiknya tetap didampingi oleh dokter spesialis kedokteran jiwa selama kehamilan dan persalinan.
Untuk mencegah dan mengatasi sindroma baby blues, maka ibu (dan orang terdekat yang menjadi bagian dari sistem dukungannya) perlu belajar mengenali dirinya sendiri bahkan jauh sebelum memutuskan untuk memiliki anak.
Hal ini penting untuk mengukur kemampuan dan melihat kerentanan yang dipunyai, sehingga bisa mempersiapkan diri dengan baik ketika memutuskan untuk menjadi ibu. Saat merencanakan kehamilan atau mendapatkan berita kehamilan penting untuk bertanya pada diri sendiri dan orang terdekat mengenai peran sebagai orang tua, pasangan, dan diri sendiri.
Menulis hal-hal yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan dalam sebuah jurnal dapat membantu calon ibu beserta orang terdekatnya untuk memahami situasi dan merancang keputusan yang sesuai untuk bisa menghadapi tantangan yang akan datang. Untuk melatih keterampilan mengenal diri, seseorang dapat membiasakan diri menyisihkan sebagian waktunya untuk refleksi diri atau medapatkan bimbingan profesional seperti life coach maupun psikolog.
Ketika pasangan memutuskan untuk memiliki anak, maka sebagai orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Sebagai orangtua tentu perlu juga memahami bahwa tidak ada hal yang sempurna di dunia ini.
Harapan yang dimiliki terhadap diri sebagai calon orangtua dan proses memiliki anak hendaknya dibuat serealistis mungkin, terutama tentang apa arti sebenarnya menjadi orang tua. Selain itu, berikan waktu kepada diri sendiri dan orang terdekat untuk pulih serta beradaptasi selama beberapa minggu pertama pasca persalinan.
Mengingat ada banyak faktor yang dapat memicu timbulnya sindroma baby blues, maka tidak semua upaya-upaya di atas cukup untuk mencegah dan mengatasi sindroma baby blues.
Bila gejala dirasakan menetap dan mengganggu fungsi sebagai individu, hendaknya beranikan diri untuk mendapatkan bantuan dari orang lain yang dipercaya. Bantuan dari orang terdekat maupun profesional kesehatan diharapkan dapat mengurangi beban fisik dan psikologis sehingga mencegah masalah lanjutan yang lebih berat.
“It’s only too easy to idealise a mother’s job. We know well that every job has its frustrations and boring routines and its times of being the last thing anyone would choose to do. Well, why shouldn’t the care of babies and children be thought of that way too?” – D.W Winnicott