Selain ditanya mengenai peluang hidup, potensi penularan, ODHIV yang baru didiagnosis juga menanyakan tentang puasa, terutama yang dilaksanakan selama bulan Ramadan. Seperti yang diketahui bersama bahwa puasa di bulan Ramadan, wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang pubertas, dalam keadaan sehat dan mampu melaksanakan.
Ada beberapa ketakutan yang dialami ODHIV saat menjalankan puasa, misalnya puasa dapat menurunkan kekebalan tubuh atau kesulitan minum obat karena menjalankan puasa.
Sebenarnya ODHIV boleh berpuasa dengan memperhatikan syarat berpuasa, mampu dan sehat.
Memang infeksi HIV berjalan kronis, namun dapat ditata laksana dengan baik sehingga orang dengan HIV dapat melaksanakan puasa, seperti orang dengan penyakit kronis lain seperti diabetes melitus dan hipertensi.
ODHIV yang baru didagnosis dan baru memulai pengobatan sebaiknya tidak melakukan puasa karena pada keadaan ini tubuhnya sedang beradaptasi dengan pengobatan. Namun bila pengobatan sudah dilaksanakan minimal 6 bulan dan berjalan baik, dengan melihat hasil pemeriksaan jumlah virus yang menurun, angka CD4 yang meningkat hingga di atas 200 sel/mm3, dan fungsi organ tubuh yang tetap baik, maka ODHIV bisa melaksanakan puasa.
Bagi ODHIV yang memiliki infeksi oportunistik seperti TBC, infeksi jamur, toksoplasma atau yang lainnya, dan sedang menjalani pengobatan, sebaiknya sabar dulu. Tuntaskan pengobatannya, perbaiki kondisi tubuh secara umum hingga dalam kondisi stabil, baru boleh berpuasa.
Pada kondisi ini, ODHIV masih memerlukan asupan nutrisi yang cukup tinggi. Fungsi organ tubuh dan metabolisme juga masih diperlukan untuk bekerja dalam keadaan optimal. Sedangkan pada keadaan puasa tubuh dalam keadaan istirahat. Selain itu biasanya pada pengobatan IO, memakai lebih banyak obat yang memiliki aturan minum tersendiri agar tidak saling mengganggu fungsinya. Jadi puasa tidak wajib dijalankan bagi yang sedang sakit lho, karena proses penyembuhan jauh lebih penting agar ibadah puasa selanjutnya dapat dilaksanakan dengan baik.
Nah ini untuk ODHIV yang tidak dengan IO dan dalam keadaan sehat, puasa penting.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. dr. Alvina Widhani, Sp.PD, KAI dan rekan-rekan, puasa dapat memberikan manfaat menurunkan faktor peradangan hs-CRP yang mungkin terbentuk pada orang dengan HIV yang sudah mengonsumsi ARV. Hs-CRP ternyata memiliki peran terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah. Penurunan nilai faktor peradangan ini tentunya akan menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada orang dengan HIV.
Data yang diberikan oleh Martin Gnoni dan rekan-rekan dalam penelitiannya, Penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi salah satu penyebab tersering penyakit penyerta (komorbid) dan penyebab kematian ODHIV yang menjalani terapi antiretroviral (ARV).
Hampir 50% dari ODHIV cenderung memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak yang menyebabkan stroke, penyakit pembuluh darah tepi yang kadang memberikan keluhan kesemutan, dingin di ujung-ujung jari, dan pengerasan dan kekakuan pembuluh darah arteri besar atau aorta. Penyakit infeksi HIV yang berjalan kronis dan efek samping pengobatan menyumbang terjadinya perjalanan penyakit ini.
Baca juga: Puasa dan Kesehatan Mental
Puasa juga bermanfaat untuk mendorong homeostasis atau keseimbangan dalam tubuh. Tubuh terdiri dari sel-sel yang sangat kecil. Sel-sel ini melakukan pembenahan pada saat kinerjanya sedang melambat, yaitu pada saat puasa.
Ayse L. Mindikoglu dan rekan-rekan mempelajari manfaat puasa 12 jam selama 4 minggu, hasilnya menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan gula darah, perbaikan metabolisme lemak. Hal ini sangat bermanfaat bagi ODHIV yang memiliki penyakit penyerta diabetes melitus dan gangguan metabolisme lemak. Bila kedua penyakit penyerta ini ditangani dengan baik tentu akan menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah juga.
Masih dari penelitian Marti Gnoni dan rekan-rekan, peradangan pada ODHIV sudah dimulai sejak awal infeksi, dimulai dari terganggunya keseimbangan mikrobioma usus yang berdampak pada susunan anatomi dan fungsinya. Gangguan ini menyebabkan diproduksinya factor peradangan kronik yang terjadi secara menyeluruh dan melibatkan seluruh organ tubuh atau sistemik.
Mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ayse L. Mindikoglu dan rekan-rekan, puasa 12 jam ternyata terbukti menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dengan cara memodifikasi factor risiko utama penyebabnya.
Manfaat puasa bagi jantung lainnya dituliskan oleh Nuria Martinez-Lopez dan rekan-rekan. Menurut penelitian yang mereka lakukan, puasa memicu beragam adaptasi fisiologis termasuk peningkatan sirkulasi asam lemak dan respirasi mitokondria untuk memfasilitasi kelangsungan hidup organisme.
Pada keadaan puasa, sel-sel tubuh akan membuat mitokondria akan bekerja lebih lambat dan memastikan ketersediaan energi bagi sel dan juga membentuk mitokondria baru. Mitokondria adalah penghasil energi bagi sel-sel tubuh, termasuk jantung agar dapat bekerja dengan baik. Nggak pernah terbayang kan kalau jantung minta istirahat beberapa detik saja karena kelelahan?
Nah kalau ada pertanyaan apakah ODHIV boleh berpuasa, tentu saja jawabannya boleh.
Karena ternyata puasa punya manfaat yang baik juga pada ODHIV. Namun tentunya harus disertai dengan pola hidup sehat, seperti istirahat cukup, makanan dengan nutrisi seimbang, olahraga dan aktivitas fisik rutin.
Meskipun menerapkan pola hidup sehat dan melakukan puasa itu sendiri tidak akan menghilangkan beban biaya perawatan kesehatan, stigmatisasi sosial, atau pemicu stres sehari-hari lainnya, namun pola hidup sehat berpotensi mengurangi dampak kesehatan dari stres kronis, meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin meningkatkan berkurangnya masa hidup ODHA.
Sebagian besar efek samping negatif dari virus itu sendiri dan dampak buruk terkait pengobatan, termasuk gangguan toleransi glukosa, kelelahan, peningkatan profil lipid darah, peradangan kronis, kecemasan, depresi, sirkulasi kortisol, dan lain-lain.