Masih ingat kan kalau orang dewasa yang sehat juga tetap perlu imunisasi? Nah bagi orang yang hidup dengan HIV, imunisasi menjadi lebih penting untuk diberikan. Mereka mengalami kondisi turunnya daya tahan tubuh, sehingga semakin rentan terkena infeksi. Virus HIV menyerang sel darah putih (CD4) dan memproduksi virus di dalamnya. Kemudian sel darah putih akan menjadi rusak dan mati sehingga tubuh kehilangan kemampuan melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Kuman yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang sehat, justru bisa menimbulkan penyakit pada orang yang daya tahan tubuhnya menurun karena HIV. Kondisi ini diebut infeksi oportunistik. Meski demikian, infeksi oportunistik dapat diobati, dan lebih baik lagi karena ia dapat dicegah (profilaksis). Salah satunya adalah dengan pemberian vaksin.
Dulu tidak semua vaksin boleh diberikan pada ODHIV karena ada kekuatiran bahwa orang dengan kekebalan tubuh yang lemah terkait HIV mungkin tidak mampu meningkatkan dan mempertahankan respons imun yang sesuai terhadap vaksin dan mungkin mengalami hal buruk yang disebabkan oleh vaksin yang mengandung virus hidup.
Memang kekuatan respons imun mungkin lebih rendah pada orang dewasa dengan HIV stadium lanjut, terutama mereka yang memiliki jumlah CD4 <200 sel/mm3 dan/atau jumlah RNA HIV (viral load) ≥200 kopi/mL, dan durasinya lebih pendek dibandingkan pada orang dewasa tanpa HIV.
Berdasarkan jurnal yang dituliskan oleh Thompson dan teman-teman pada tahun 2021, ODHIV yang sudah minum ARV lebih dari 6 bulan dan pemeriksaan persentase CD4 ≥15% dan jumlah CD4 ≥200 sel/mm3 dan jumlah virus pada pemeriksaan viral load <200 kopi/mL, ternyata tidak menunjukkan efek negatif jangka panjang, pada pemberian vaksin.
Hal ini yang menjadi dasar pemikiran ODHIV untuk medapatkan vaksin sama seperti pada mereka dengan status HIV negative. Hasil pemeriksaan itu pula yang menjadi syarat pemberian vaksin pada ODHIV. PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) juga mengubah rekomendasi vaksin untuk ODHIV dengan membedakan bagi yang sudah mengonsumsi ARV dan yang belum mengonsumsi ARV. Bagi yang ODHIV yang sudah mengonsumsi ARV boleh mendapatkan vaksin sama seperti mereka yang status HIV-nya negatif.
Vaksin yang tidak disarankan untuk diberikan pada ODHIV yang belum melakukan pengobatan atau belum terkontrol atau memiliki CD4 <200 sel/mL, antara lain adalah:
- Vaksin influenza yang mengandung virus hidup yang dilemahkan (LAIV)
- Vaksin bakteri hidup yang dilemahkan typhoid Ty21a
- Vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella) yang melindungi terhadap penyakit gondongan, campak, dan campak Jerman.
- Vaksin Varicella
- Vaksin zoster
- Vaksin dengue yang melindungi dari demam berdarah
- Vaksin Yellow fever
Baca juga: Imunisasi dan HIV
Pada ODHIV yang sudah rutin pengobatan, virusnya tersupresi, CD4 > 200 sel/mL, dapat menerima vaksin seperti yang disarankan oleh PAPDI, sama seperti orang dengan status HIV negatif.
Tenaga medis, dalam hal ini dokter yang merawat ODHIV perlu menganjurkan dan mengadvokasi pasiennya untuk melakukan vaksinasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak agar ODHIV mendapatkan perlindungan dari penyakit yang berbahaya melalui vaksinasi.