Osteoporosis adalah suatu kelainan tulang yang ditandai oleh berkurangnya kekuatan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadi patah. Penyakit ini umum ditemui di seluruh dunia. Diperkirakan lebih dari 200 juta orang menderita osteoporosis, dan angka kejadiannya meningkat seiring bertambahnya usia. Lebih dari 70% dari mereka yang berusia di atas 80 tahun mengalaminya. Osteoporosis lebih banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Di negara maju, 2% -8% laki-laki dan 9%-38% perempuan terdampak. Di seluruh dunia, ada sekitar 9 juta kejadian patah tulang per tahun yang disebabkan oleh Osteoporosis.
Sementara Prevalensi Osteoporosis di Indonesia pada perempuan usia 50-80 tahun sebesar 23% dan usia 70-80 tahun sebesar 53%. Sementara untuk prevalensi patah tulang belakang ditemukan sebesar 9% pada perempuan dan 16% pada laki-laki.
Biasanya, kepadatan tulang terakumulasi selama masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25 tahun. Kepadatan tulang kemudian akan terjaga selama sekitar 10 tahun. Setelah usia 35, baik pria maupun wanita biasanya akan kehilangan 0,3%-0,5% dari kepadatan tulang mereka per tahun sebagai bagian dari proses penuaan.
Osteoporosis menjadi masalah yang serius karena umumnya tidak memiliki keluhan selama bertahun-tahun. Keadaan ini baru disadari Ketika orang tersebut mengalami patah tulang.
Ada beberapa fakta yang disebutkan oleh International Osteoporosis Foundation (IOF) yang membuat osteoporosis perlu mendapat perhatian, yaitu:
- Kejadian patah tulang akibat osteoporosis yang terjadi pada perempuan berusia di atas 45 tahun, membuat hari perawatan di rumah sakit lebih panjang daripada penyakit lain, seperti diabetes, serangan jantung, dan kanker payudara.
- Pasien yang meninggal pada tahun pertama setelah patah tulang pinggul bisa mencapai hingga 20-24% kasus.
- Penderita patah tulang pinggul mengalami kehilangan kemandirian, 40% tidak dapat berjalan secara mandiri dan 60% membutuhkan bantuan hingga setahun kemudian, 80% dibatasi dalam melakukan aktivitas seperti mengemudi dan berbelanja bahan makanan.
- 33% pasien patah tulang panggul sepenuhnya bergantung kehidupannya, baik yang berada di panti jompo atau tidak, sepanjang tahun setelah patah tulang panggul.
- Patah tulang tidak hanya mempengaruhi orang secara fisik, tetapi juga emosional. Ini mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan, sering menyebabkan depresi dan isolasi karena orang mengurangi interaksi sosial atau tidak lagi dapat melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.
- Hilangnya kemandirian dan mobilitas dalam jangka panjang dapat menimbulkan tekanan fisik, emosional, dan finansial pada pasien itu sendiri, kerabat dan teman.
Baca juga: Kenapa Kita Perlu Vitamin D?
Apa saja yang bisa menjadi Faktor Risiko untuk Osteoporosis?
- Jenis kelamin perempuan
- Kaukasia atau ras Asia
- bentuk tubuh yang kurus dan kecil
- Riwayat keluarga (misalnya, memiliki seorang ibu dengan patah tulang pinggul karena osteoporosis akan meningkatkan risiko dua kali lipat terkena hal yang sama)
- Riwayat pribadi mengalami patah tulang saat dewasa
- Merokok
- Konsumsi alkohol yang berlebihan
- Kurang olahraga
- Diet rendah kalsium
- Gizi buruk dan kesehatan umum yang buruk
- Penyerapan nutrisi yang buruk
- Tingkat estrogen yang rendah
- Kemoterapi
- Hilangnya periode menstruasi (amenorrhea)
- Peradangan kronis
- Imobilitas, seperti setelah stroke atau kondisi yang mengganggu berjalan
- Hipertiroid (hormon tiroid yang berlebihan)
- Hiperparatiroid (produksi hormon yang berlebihan menyebabkan terlalu banyak kalsium yang dibuang dari tulang)
- Kekurangan vitamin D (vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium)
- Obat-obat tertentu dapat menyebabkan osteoporosis, seperti penggunaan jangka panjang dari heparin (pengencer darah), obat anti kejang fenitoin (Dilantin) dan fenobarbital, dan penggunaan jangka panjang kortikosteroid oral (seperti prednison)
Penegakan diagnosis osteoporosis yang disarankan oleh WHO adalah melalui pemeriksaan kepadatan masa tulang dengan alat yang disebut densitometri sentral (BMD). Alat ini mengukur kepadatan masa tulang di daerah tulang belakang, panggul dan lengan bawah. Selain itu ada pemeriksaan lain yang disebut dengan dual energy X-ray absorptiometry scan (DEXA atau DXA) yang digunakan untuk mendiagnosa osteoporosis. Pemeriksaan ini mengukur kepadatan tulang di pinggul dan tulang belakang selama lima sampai 15 menit, menggunakan radiasi yang sangat sedikit (kurang dari sepersepuluh sampai seperseratus jumlah yang digunakan pada standar X-ray), dan cukup tepat.
Pencegahan osteoporosis dapat dilakukan dengan cara memodifikasi pola hidup, menghindari hal-hal yang dapat mempercepat proses osteoporosis seperti menghindari rokok, alcohol, minuman soda yang berlebihan.
Aktivitas fisik dan olahraga sangat bermanfaat mencegah osteoporosis. Latihan menggunakan beban (termasuk beban tubuh sendiri) atau dikenal sebagai Weight-bearing exercise. Jika memungkinkan: berjalan kaki selama 40 menit/ kali dan dilakukan 4 kali dalam seminggu. Latihan penguatan otot-otot. Termasuk otot tulang belakang, otot paha dan betis, sehingga tidak gampang jatuh bermanfaat untuk kekuatan otot dan tulang dalam mencegah osteoporosis.
Mencukupi kebutuhan tubuh terhadap kalsium dan vitamin D. Rekomendasi asupan kalsium adalah 1200 mg/hari pada orang dewasa di atas 50 tahun, perempuan membutuhkan suplemen kalsium 500-700 mg/ hari. Rekomendasi asupan vitamin D adalah 400-800 IU per hari. Kebutuhan vitamin D lebih tinggi pada mereka di atas usia 70 tahun.