Pendidikan seks adalah pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dilanjutkan dengan pengetahuan reproduksi seksual. Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, dapat menghindarkan anak dari resiko negatif perilaku seksual. Melalui pendidikan seks oleh orangtua, anak akan belajar mengenai seksualitas dan akibat bila seks dilakukan tanpa mempertimbangkan secara sehat aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan fisik seseorang.
Mengapa perlu?
Karena anak rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Jika informasi ini tidak benar, mereka akan termakan mitos tentang seks, dan sebaiknya informasi tentang seks didapatkan langsung dari orang tua. Hasil survey tahun 2008 oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa >60% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah. Diperkirakan hal ini terjadi karena anak tidak mendapat pendidikan seks yang memadai.
Kapan waktu yang tepat untuk memulainya?
Sedini mungkin. Sejak masih balita, ajarkan pada anak mengenai dirinya dan perbedaannya dengan lawan jenis. Pendidikan seks bisa memanfaatkan kejadian sehari-hari, misalnya ketika anak bertanya. Usahakan menjawab pertanyaan secara terbuka dan bukan menertawakan atau merasa malu.
Tips untuk orangtua
Cobalah untuk menciptakan iklim di rumah di mana anak-anak Anda bisa bertanya tentang seks.
Tidak perlu menyisihkan hari dan waktu khusus untuk berbicara tentang seks, tapi sebaiknya bersiaplah untuk menjawab pertanyaan kapan pun mereka membutuhkan.
Jika anak Anda mengajukan pertanyaan tentang seks di tempat umum, anda bisa menunda dan berjanji untuk menjawab nya setelah segera tiba di rumah. Dan pastikan Anda lakukan!
Tips menanamkan pendidikan seks pada anak
- Ubah paradigma bahwa seks bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Biasakan bicara terbuka di antara keluarga, termasuk bicara tentang seks.
- Jelaskan secara ilmiah dan alamiah masalah seks kepada anak-anak. Sehingga mereka tidak malu, apalagi takut untuk bertanya.
- Ajarkan persoalan seks dari segi moral, norma, ilmiah, dan agama agar anak dapat memahami seks dengan benar, dan menurut konteks pembicaraan yang tepat.
- Pakai istilah atau sebutan yang jelas dan tepat, Misal menyebut organ genital wanita dengan sebutan ‘vagina’ bukan ‘apem’.
- Sesuaikan penjelasan mengenai seks dengan usia dan tingkat pemahaman anak.
- Batasi penjelasan/jawaban hanya pada pertanyaan anak saja, tidak usah terlalu melebar terlalu jauh.
- Mau mendengar dan peka terhadap pertanyaan-pertanyaan kritis anak, bahkan yang ‘nyerempet-nyerempet’, misalnya soal mimpi basah atau masturbasi. Katakan itu hal wajar dalam usia puber.