Peran Ayah Dalam Pola Asuh Anak

Banyak sudah penelitian mengenai peran ibu terhadap asuhan anak, namun peran ayah tidak banyak di teliti. Teori tentang perkembangan anak lebih banyak menyentuh peran ibu, bukan peran ayah. Atau sebenarnya di dalam masyarakat ada pendapat bahwa setiap orang yang mengasuh disebut ibu, sehingga peran ayah tidak menonjol. Sekarang ini, seringkali ketika saya terlibat dalam mengantar jemput sekolah anak di TK atau mengambil raport sekolah, melihat banyak ayah yang berperan didalamnya.

Apakah mengasuh itu?

Mengasuh mempunyai arti merawat dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Apa aspek dasar keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak?
Lamb, Pleck, Chernov, dan Levine (1987), mengatakan ada tiga aspek dasar keterlibatan ayah dalam pengasuhan, yakni:

  1. Keterlibatan: kontak langsung ayah dan interaksi dengan anak-anak mereka
  2. Ketersediaan: kehadiran ayah atau aksesibilitas ke anak
  3. Tanggung jawab: pengaturan ayah agar sumber daya tersedia bagi anak

Apa karakteristik ayah yang dapat mengasuh anak?

Menurut Palkovitz, Professor bidang Human Development and Family Studies dari Universitas Delaware Amerika mengatakan bahwa ayah yang dapat mengasuh anaknya mempunyai beberapa karakteristik dengan ciri-ciri:

  • Mampu berkomunikasi
  • Mengajar
  • Memantau
  • Berdiskusi membentuk proses pikir anak
  • Menyediakan diri jika diperlukan anak
  • Menunjukkan kasih sayang
  • Melindungi
  • Mendukung secara emosional
  • Menjalankan tugas
  • Mengasuh
  • Melibatkan diri dalam perawatan keseharian anak
  • Berbagi minat
  • Beraktivitas bersama
  • Selalu ada untuk anak

Para peneliti juga menyampaikan uraiannya dari hasil mengamati perilaku bermain bahwa ayah yang ikut serta bermain bersama anak mempunyai ciri-ciri seperti yang disebut diatas.

Apa yang dipelajari dari interaksi permainan ayah-anak?

Hubungan ayah-anak memegang peran penting agar anak dapat berinteraksi dengan orang lain dikemudian hari. Bermain bersama anak merupakan kontak fisik yang menstimulasi anak untuk bergerak bersama ayah mereka dalam suasana menyenangkan. Permainan akan membuat kesan pada anak tentang gerak, mimik, semangat, gairah, cara dan aturan bermain. Melalui permainan anak akan memahami aturan main secara santai menyenangkan.

Dalam “The Effects of Father Involvement: An Updated Research Summary of the Evidence,” periset Sarah Allen, PhD, dan Kerry Daly, PhD, menyatakan bahwa ayah yang bersama anak adalah ayah yang mempunyai sifat peka, hangat, akrab, suportif, memahami anak, memberi kesempatan pada anak untuk mencoba hal baru dengan rasa aman, mendorong anak untuk bertindak, menyamankan anak menghadapi situasi dan menerima anak apa adanya. Peran ini akan memunculkan ikatan ayah anak yang kuat.

Apakah latar belakang ayah yang dapat bermain bersama anak?

Tidak semua ayah dapat bermain bersama anak. Beberapa hal yang membuat ayah dapat masuk kedalam permainan bersama anak adalah riwayat pola asuh ayah dimasa lalu, budaya keluarga, kesehatan biologis dan mental ayah, karakteristik ayah (umur, pekerjaan, kepribadian), hubungan ibu dan ayah, serta karakteristik anak:
Ibu juga dapat mendorong ayah untuk menyenangi anak, bermain Bersama anak sehingga sifat mengasuh ayah dapat tumbuh dan berkembang seiring dengan interaksi ibu yang merupakan model pengasuhan positif yang dilihat ayah.

Berbagi peran ketika ibu berhalangan, mungkinkah?

Bilamana ibu dari anak mengalami gangguan kesehatan seperti depresi pasca melahirkan, atau yang dikenal dengan baby-blues, maka peran ayah dalam mengasuh sangat diperlukan lebih banyak. Melalui peran ayah yang aktif akan mempengaruhi kesehatan ibu dan meringankan bebannya agar ia cepat pulih dan dapat bersama – sama mengasuh anak mereka.

Bagaimana dengan faktor sosial ekonomi ayah?

Di Jakarta kita mengamati banyak ibu – ibu bekerja dengan status sosial ekonomi yang baik, sementara pasangannya terlihat memiliki sosial ekonomi yang tidak setara. Ketika ibu merendahkan posisi ayah dan tidak mampu membangun kemitraan, maka akan mempengaruhi rasa hormat anak kepada ayah. Ayah yang punya banyak waktu untuk anak dan disukai anak akan menumbuhkembangkan mereka dengan baik, demikian menurut Michael Lamb, seorang profesor psikologi, Fellow and Director of Studies at Sidney Sussex College. Faktor sosial ekonomi ayah, tak berpengaruh banyak dalam hal ini.

Perkembangan Kognitif

Penelitian membuktikan bahwa bayi berumur 5 bulan perkembangan kognitifnya pesat jika mereka memiliki ayah yang sangat berperan dalam pengasuhan anak. Ketika anak berumur 1 tahun pelibatan ayah dalam pengasuhan anak membuat anak mampu memecahkan masalah dan pada usia 3, mereka memiliki IQ yang lebih tinggi. Begitu anak-anak mencapai usia sekolah, manfaat ayah yang terlibat menjadi lebih nyata yang dapat terlihat dari kemampuan akademiknya.

Caranya adalah ayah mengajak anak berinteraksi dengan lebih banyak bertanya menggunakan kata siapa, apa, dimana, bilamana dan mengapa. Pertanyaan seperti ini akan membuat komunikasi berjalan lancar, meningkatkan penguasaan kosakata dan memperbaiki ketrampilan berbicara Peningkatan ketrampilan akan meningkatkan rasa percaya diri anak. Ayah dapat memperluas lingkup permainan yang meningkatkan kemampuan bersosialisasi, berolahraga,dan kegiatan lainnya termasuk seni.

Faktor ekonomi juga berperan mengingat ketersediaan bahan pembelajaran menjadi lebih banyak dapat diperoleh pada mereka dengan sosial ekonomi lebih baik.

Mengembangkan kemampuan kreatif anak merupakan salah satu cara yang membuat anak terampil dan percaya diri dalam mengembangkan kemampuannya.

Ayah yang cenderung menantang anak-anak mereka untuk mencoba hal-hal baru, mendampingi mereka ketika gagal dan berhasil, akan membuat anak maju perkembangan kemampuannya. Mengatasi kegagalan, kekecewaan, frustasi pada anak akan membuat mereka merasa mampu menghadapi kesulitan dan mereka mulai percaya pada kemampuan mereka untuk melakukan hal-hal sulit.

Ketika ayah memberi anak-anak mereka tanggung jawab yang lebih besar — seperti membawa gunting, menyeberang jalan, atau mandi sendiri — itu meningkatkan keterampilan berpikir anak-anak.

Membantu anak-anak menguasai tantangan baru juga mendorong mereka untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Dan rasa kontrol yang mereka peroleh membantu mereka merasa mengendalikan keberhasilan dan kegagalan mereka sendiri daripada menyalahkan orang lain, peristiwa, atau keadaan.

Perkembangan Emosi dan Sosial

Penelitian menemukan bahwa anak-anak dengan ayah yang terlibat dalam pengasuhan dapat lebih mentoleransi stres dan frustrasi, lebih baik dalam pemecahan masalah, dan memiliki kontrol yang lebih baik atas emosi dan impuls mereka.

Ketika bayi mengalami respons yang dapat diprediksi, konsisten, dan penuh perhatian terhadap kebutuhannya, ia merasa lebih aman. Keamanan ini memungkinkan bayi mempercayai orang-orang yang merawatnya. Ia lebih memilih orang-orang dekatnya daripada orang dewasa lain, dalam proses yang disebut sebagai kelekatan. Ibu sering kali menjadi pengasuh utama dan lebih diandalkan untuk mengasuh dan memberikan rasa aman, tetapi ayah juga mampu menciptakan ikatan yang aman dan perlekatan pada bayi mereka.

Semakin banyak waktu yang dihabiskan ayah dengan bayinya, semakin baik pemahaman bayi atas isyarat ayah. Dan semakin baik mereka memahami isyarat, semakin kuat keterikatan yang mereka ciptakan. Ketika ayah terlibat dalam merawat bayi, ia menjadi lebih dekat dengan ayah, lebih tangguh dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan mereka lebih percaya diri untuk mengeksplorasi sekitar.

Satu studi yang meneliti anak berusia 3 tahun menemukan bahwa ketika ayah berpartisipasi dalam pengasuhan anak mereka, perkembangan sosial anak menjadi lebih baik. Penelitian lain memberikan tes empati kepada anak-anak sekolah dasar dan menemukan bahwa mereka yang memiliki ikatan yang kuat dengan ayah mereka sebagai bayi lebih mampu mengidentifikasi perasaan anak-anak lain, dan mengambil langkah-langkah untuk membuat anak lain merasa nyaman.

Relasi ayah-ibu

Ayah yang berperan aktif dalam pengasuhan tidak boleh dikatakan sebagai perebut pengasuhan ibu ataupun meringankan beban ibu. Penelitian membuktikan bahwa p[erempuan yang secara emosional didukung oleh suami mereka merasa lebih baik, memiliki kehamilan yang lebih baik, kelahiran, pengalaman menyusui, dan memiliki kesehatan mental postpartum yang lebih baik.

Perasaan baik itu berlanjut ketika bayi tumbuh menjadi anak-anak. Ketika ayah sangat terlibat, mendorong, dan mendukung, para ibu cenderung lebih positif, sensitif, dan responsif terhadap anak-anak mereka. Perilaku seorang ibu yang demikian membuat anak-anak lebih bahagia dan aman, menggarisbawahi pentingnya ayah yang mendukung.Selain itu, ayah yang terlibat dalam pengasuhan yang mendukung perkembangan anak, nampaknya kehidupan perkawinannya juga baik.

Hubungan ayah-anak yang baik, merupakan cermin juga hubungan ayah dan ibu yang baik. Dalam perkawinan sehat, ditemui hubungan ayah anak yang sehat, hubungan ibu dan ayah sehat juga. Alasannya mungkin karena ketika pria berkomitmen untuk pernikahan mereka, mereka berkomitmen untuk seluruh paket — termasuk anak-anak.

Artikel Terkait

HIV dan Nutrisi

Gonore

Demam, Gejala atau Penyakit?

Mengenal Infeksi Menular Seksual

Seks, Seksual dan Seksualitas

Kondom Wanita

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.