Post-traumatic stress disorder (PTSD) dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai stres pasca trauma, merupakan keadaan mental yang dipicu oleh peristiwa bencana. Baik bencana yang dialami sendiri, atau disaksikan. Bencana dapat bencana alam (tsunami, gunung meletus, banjir dsb) dan bencana non alam (sosial: kecelakaan kereta/pesawat/lalu lintas, pembunuhan/perampokan/perkosaan orang), penyakit (wabah, epidemi), bencana teknologi (meletusnya bom, nuklir).
Gejalanya dapat berupa kembalinya ingatan seperti saat mengalami bencana, mimpi buruk, kecemasan yang meninggi, pikiran berulang tidak terkendali tentang peristiwa tersebut. Kebanyakan orang akan mengalami saat2 sulit mengatasi keluhan diatas, namun lambat laun dapat menyesuaikan diri dan dengan dukungan yang baik kehidupan normal dapat dicapai. Jika gejala makin buruk dalam beberapa bulan bahkan tahun dan mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari seperti bekerja, belajar, maka disebut sebagai PTSD.
Peristiwa yang memicu terjadinya PTSD adalah paparan bencana berupa ancaman kematian, perlukaan yang parah atau penyerangan seksual. Paparan dirasakan oleh individu yang langsung mengalami, menyaksikan orang lain, mengalami berulangkali selama jangka waktu tertentu dalam hubungan keluarga/teman dekat, menyaksikan tayangan atau cerita berulang tentang bencana. Peristiwa ini mengganggu kemampuan/kapasitas aktivitas harian individu dimaksud atau secara fisiologis menimbulkan kondisi gangguan kesehatan fisik (gangguan fungsi cerna, jantung, pernafasan) juga secara psikologik (gangguan konsentrasi, daya ingat, penggunaan alkohol dan zat lainnya).
Gejala
Gejala dimulai dalam waktu sebulan kejadian bencana, pada bentuk PTSD yang tertunda dapat terjadi beberapa tahun kemudian. Gejalanya mengganggu aktivitas bekerja, belajar maupun hubungan antar orang/sosial.
Gejalanya seringkali dikelompokkan dalam 4 tipe : memori yang intrusif (imajinasi negatif atau positif yang mengganggu), menghindar, perubahan negatif dalam berpikir dan mood, perubahan reaksi fisik dan emosi. Gejala dapat berbeda dari orang ke orang maupun waktu ke waktu.
Memori Intrusif
Gejalanya:
- Berulangnya memori tentang kejadian bencana
- Merasakan bencana seakan muncul kembali
- Mimpi buruk berulang tentang bencana
- Mengalami tegangan emosi atau reaksi fisik hebat ketika teringat kembali saat bencana
Baca juga: Penyintas Kekerasan Seksual
Penghindaran
Gejalanya meliputi:
- Orang yang mengalami menghindari berpikir atau membicarakan tentang kejadian bencana
- Menghindari tempat kejadian bencana, aktivitas maupun orang yang mengingatkan ia akan bencana
Perubahan pikiran dan mood menjadi negatif
Perubahan pikiran dan mood menjadi negatif termasuk:
- Pikiran2 negatif tentang diri sendiri, orang lain, atau dunia sekitar
- Putus asa atas masa depan
- Masalah memori, termasuk tidak dapat mengingat aspek penting kejadian bencana
- Sulit mempertahankan relasi orang2 dekat
- Merasa terbuang dari keluarga dan teman2
- Kehilangan mina tatas banyak hal yang dulu disukai
- Kesulitan beremosi positif
- Tak dapat merasakan emosi
Perubahan reaksi fisik dan emosi
Perubahan reaksi fisik dan emosi , seperti:
- Sangat mudah terkejut atau takut
- Selalu minta ditemani karena takut sendiri
- Melukai diri sendiri, seperti mabuk, ngebut
- Sulit tidur
- Sulit konsentrasi
- Mudah tersinggung, mudah marah meledak-ledak, atau perilaku aggresif
- Penuh rasa malu atau bersalah
Untuk anak dibawah umur 6 tahun, tanda dan gejalanya termasuk:
- Memperagakan kembali peristiwa traumatis atau aspek peristiwa traumatis melalui permainan
- Mimpi menakutkan yang mungkin termasuk atau tidak termasuk aspek dari peristiwa traumatis
Intensitas gejala
Gejala PTSD bervariasi intensitasnya dengan berjalannya waktu. Ketika ada stressor maka gejala PTSD dapat muncul, atau ketika ada kejadian yang memicu atau lewat ke tempat peristiwa. Seperti seakan mendengar dentuman peristiwa bencana, teriakan perkosaan, kesakitan pukulan dsb .