Dr. Lusia adalah seorang dokter umum lulusan dari Universitas Sebelas Maret tahun 2008. Saat ini beliau bertugas di Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara secara khusus melayani masalah ketergantungan napza (metadon), infeksi menular seksual, konseling dan tes HIV serta terapi Antiretroviral.
Menjadi dokter adalah cita-cita beliau sejak kecil. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien merupakan kepuasan tersendiri bagi beliau. Memberikan penjelasan yang mudah dipahami kepada pasien tentang penyakitnya, juga merupakan nilai-nilai yang beliau utamakan dalam memberikan pelayanan medis. ‘Service excellence’ adalah suatu hal yang ingin beliau berikan untuk pasien, hal ini masih terus beliau pelajari dan praktekkan.
Dr Lusia adalah seseorang dengan kepribadian yang menyenangkan, mudah begaul dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Lucu dan senang bercanda. Karena kehidupan memang tidak perlu dijalani terlalu serius, cukup dinikmati dan selalu lakukan yang terbaik. Dalam menjalin hubungan dengan banyak orang, beliau selalu mengutamakan prinsip hormati dan jangan sakiti. Sebab bagi beliau, tiap pribadi adalah karya sempurna dari-NYA, kalaupun terlihat ada kekurangan, itu karena manusia sendiri yang memberikan penilaian.
Memberikan semangat dan dorongan positif juga merupakan hal yang senang Dr. Lusia lakukan untuk siapapun, karena beliau percaya, itu berarti memberikan hal yang positif juga untuk diri sendiri. Beliau sangat yakin bahwa jika kita mengeluarkan hal-hal positif maka yang akan kembali juga merupakan hal yang positif. Cita-cita beliau dalam kehidupan ini adalah untuk selalu berada dalam rencanaNYA dan menjadi pelayan yang berkenan di hadapanNYA. Mungkin terkesan naïf, tapi itulah kerinduan beliau. Sebab beliau yakin, apapun keadaan beliau jika tetap berada dalam rencanaNYA maka dia akan ‘save and survive’.
Dr. Lusia juga rindu untuk selalu diberkati agar dapat memberkati orang lain, menjadi saluran berkatNYA. Ini berlaku dalam semua segi kehidupan, keluarga dan karir. Di usia 30 tahun ini, masih banyak hal yang belum beliau alami, dan masih perlu banyak belajar dan terus memperbaiki hingga kehidupan usai. Maka itu beliau berdoa kepada Tuhan untuk selalu diberi hati yang mau belajar, telinga yang mau mendengar serta hikmat kebijaksanaan untuk selalu menjadi lebih baik tiap harinya. Dan, karena tiap hari hanya berlangsung satu kali, beliau tidak mau melewatkan kesempatan untuk selalu menjadi berkat bagi siapapun dan di manapun. Jadilah teman dan penolong. Maafkan dan lupakan tiap perasaan sakit hati yang kita alami. Kelola amarah. Banyak tersenyum dan usahakan untuk membuat orang lain tertawa atau minimal tersenyum, dan yang terpenting adalah, selalu bersyukur.