Ramadhan sudah datang. Disambut dengan entusiasme kuat, oleh orang tua, dewasa maupun anak-anak. Sambutan ini menggambarkan ketertarikan akan manfaat, terlepas dari berbagai harapan yang dicanangkan setiap orang. Tentu harapan orang tua, dewasa maupun kanak-kanak akan berbeda. Banyak yang menunggu sidang isbat menantikan titik hari dimulainya berpuasa dengan penuh perhatian.
Puasa mempunyai makna dalam bagi penganut agama Islam, meskipun perintah berpuasa sudah ada sebelum Islam datang didunia. Dalam Qur’an disebutkan “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183). Disini kita membaca bahwa ada unsur penggolongan bahwa mereka yang berpuasa adalah golongan orang-orang beriman, orang yang taat kepada perintahNya, artinya orang-orang yang baik. Setiap orang secara naluriah menginginkan kebaikan, dan selalu ingin dinilai baik, oleh siapapun. Ketika seseorang berjalan dalam kehidupannya, ia senantiasa mencari jalan untuk yang terbaik sesuai pilihannya. Dalam pergulatan mencapai yag baik, jalan bersilang, perempatan sering dijumpai dan kemudian terjadi penyimpangan, dan puasa membuat pemikiran ulang untuk kebaikan.
Orang selalu ingin yang terbaik untuk citarasa
Maka mereka akan memilih makanan terenak menurut lidah masing-masing. Makanan enak seringkali mengandung unsur lemak dan karbohidrat tinggi. Beban metabolism menjadi tinggi, hati dan pankreas bekerja keras untuk mengolahnya menjadi bahan untuk disimpan jika tidak digunakan sebagai kalori tubuh. Saat berpuasa, makan begitu diatur, dua kali sehari dengan jarak lebih dari 12 jam. Mirip pola detoksifikasi ketika seseorang diet. Tenaga tubuh diambilkan dari bahan makanan hari itu, tak ada penimbunan makanan atau glikogen dihati maupun lemak dibawah kulit. Asupan makanan digunakan dengan efektif, sebab orang yang puasa tetap bergerak aktif bekerja. Pankreas tidak digenjot untuk menghasilkan insulin dengan jumlah besar guna memroses masuknya karbohidrat yang bertubi-tubi akibat makan berulang dengan jarak waktu dekat dan ‘ngemil’.
Sistem cerna mendapat kesempatan bekerja dengan lebih santai mengatur asam lambung dan gerak usus. Melalui cara ini, gangguan sistem cerna seperti gangguan lambung dan usus teratasi.
Darah mendapat suplai makanan secara teratur pelahan, pembuangan sampah dari sel-sel tubuh dapat berjalan tidak terburu-buru, maka defikasi dan urinasi teratur, ginjak dab usus kurang bebannya.
Orang ingin terbaik dengan lebih menonjol dari yang lain
Siapapun ingin mendapat penghargaan. Berbagai cara dilakukan, sampai kadang lupa dengan cara menjatuhkan orang lain. Berlomba dengan cara tidak sehat. Ketika Ramadhan, orang diingatkan lagi untuk berbuat kebaikan, mendengarkan kembali kalimat-kalimat kebajikan yang mungkin terabaikan. Jiwa menjadi lebih tenang, silaturahim menjadi lebih sering dengan adanya shalat wajib dan sunnah berjamaah.
Bertemu dengan banyak orang, saling menyapa, saling berbagi membuat ia mengenal kembali siapa dirinya, apa yang telah dilakukannya dan bagaimana bersikap lebih toleran. Kembali mengingat kasih sayang atas nama Allah.
Memasuki Ramadhan , banyak yang saling memaafkan, dan dalam bulan Ramadhan orang berusaha tidak membuat kesalahan dan kebencian, maka mereka yang mudah cemas, gelisah, panik, atau depresi akan merasa lebih tenang dalam bulan penuh ampunan ini.
Pada bulan ini orang merasa mendapat hadiah bila melakukan kebajikan dengan memperhatikan orang yang tidak berkecukupan. Mereka akan dengan mudah membagikan makanan pada setiap orang yang haus dan dahaga, berbuka ditempat-tempat umum berbagi rejeki. Yag mendapat bagian senang dan yang membagikan bahagia, kesejahteraan mental teraih.
Mereka juga mengingatkan diri untuk berbagi rejeki lainnya, berharap mendapat pahala berlimpah.
Orang ingin terlihat baik dan bermanfaat bagi lainnya
Kebahagiaan akan teraih bilamana seseorang merasa bermanfaat bagi lainnya. Pada Ramadhan terlihat kemurahan hati orang untuk berbagi apa yang dimilikinya, semisal bahan makanan, pakaian, perhatian, kunjungan social. Anak-anak yatim piatu, orang-orang jompo, orang dengan disabilitas, orang dengan grief, duka, bersedih bahkan depresi ikut mendapatkan perhatian.
Merasa bermanfaat merupakan dukungan bagi jiwa untuk tumbuh subur berempati. Empati merupakan landasan hubungan antar manusia. Relasi terbangun ketika seseorang berempati pada lainnya dan empati membangun kepercayaan diri karena merasa dimengerti. Dengan empati kedengkian, rasa terhina, tersingkirkan, terabaikan akan terkikis sehingga pemahaman , pengertian, saling terhubung membuahkan kerukuanan antar manusia.
Ramadhan adalah bulan pembelajaran
Bulan pembelajaran untuk disiplin makan, bangun, bertemu orang, beraktivitas kebajikan, berempati, menggalang kemitraan melalui sulaturahim, membangun rasa percaya diri dan saling menghargai. Makan teratur pada waktunya, beribadah pada saatnya, menahan emosi marah-haus-dahaga dengan mengembangkan kesabaran dan toleransi.
Pembelajaran ini terulang setiap tahun, mengingatkan kembali kebajikan. Andai kematangan kepribadian tercapai pada pembelajaran empati maka kedewasaan dan keluasan pikir dan tindak akan terasa.
Mari membangun diri menjadi manusia dewasa berkepribadian matang, menghargai bahwa setiap manusia itu unik, beradaptasi dengan ragam masyarakat.