Question #26041

dear dokter
selama 2017 januari - agustus, saya beberapa kali melakukan hubungan beresiko dengan beberapa wanita, dan 3 diantaranya (2 bulan maret, dan 1 agustus) tanpa menggunakan pengaman. setelah hubungan terakhir di agustus, saya langsung sakit beberapa hari, gejala2 flu. lalu di bulan januari 2018 (5 bulan paska hubungan terakhir) saya melakukan vct dengan tes rapid untuk hiv, dan sifilis vdrl (rpr), dengan hasil non reaktif untuk keduanya. lalu akhir februari (6.5 bulan paska hubungan terakhir) melakukan tes hiv metode anti ag/ab (CMIA) dan HBsAG dengan cut off di salah satu lab swasta dengan hasil non reaktif untuk hepatitis B, dan 0.07 untuk HIV (<1 non reaktif)
pertanyaan :

1. menurut dokter apakah hasil ini sudah konklusif?
2. saya tau jika menurut pedoman who dan kemenkes hasil 90 hari pasca pajanan hasilnya konklusif, namun saya googling ada beberapa kasus yg serokonversinya > 3 bulan
3. apakah menurut pengalaman dokter sendiri setelah bertahun2 dalam bidangnya, untuk strain HIV di indonesia test yg dilakukan setelah 3 bulan (dan 6 bulan) yg saya lakukan sudah konklusif?
4. sekedar informasi saya tidak menggunakan PEP, tidak pengguna jarum suntik, bukan dalam kemoterapi, tapi saat melakukan test hiv yg rapid, saya dalam keadaan flu, apakah flu bisa menyebabkan negatif palsu?

terimakasih atas perhatiannya dokter, mohon pertanyaan saya dijawab, terimakasih.