Question #25355

views

1205

melakukan prilaku berisiko

Saya pertama melakukan prilaku berisiko oktober 2008 ML dg wanita yg baru saya temui. Wanita itu sendiri yg membuka baju dan celana saya. Wkt itu usia saya msh 18 thn. Dia 24 thn. Bln maret 2010 saya merasakan seperti gejala hiv. Ada belasan gejala yg saya rasakan. Kemudian saya test hiv di RS mitra kasih cimahi. Hasilnya non reactif. Tp saya masih merasakan gejala seperti hiv salah satunya didalam penis saya gatal. Kemudian saya datang ke poli kulit dan kelamin di rs cibabat. Saya curhat dan menceritakan semuanya ke perawat dan dokter yg berada di poli tersebut. Doktet di poli tersebut memanggil dokter yg biasa menangani hiv. Kemudian saya cerita lagi ke dokter yg biasa menangani hiv. Kemudian dokter itu menelpon rs mitra kasih sambil marah2. Dam dokter tersebut menyarankan saya untuk test lagi. Tp sampai saat ini saya blm test lagi. Nah stlh saya dari rs cibabat, beberapa bln kemudian saya tes hbsag di rs mitra kasih lagi. Dikarenakan wkt itu saya sedang berobat jalan hepatitis b di pengobatan tradisonal. Hasilnya hbsag non reactif. Tp sgot dan sgpt tdk normal. Wkt itu saya seneng karena saya mendapatkan hasil non reactif hbsag tp saya tdk yakin karena saya merasa msh blm sembuh. Karena saya seneng, saya berinisiatif untuk divaksin dan seminggu kmudian saya pergi ke biofarma RSHS. Klo mau divaksin kan pasti diambil darah dulu diliat hbsag nya dan ternyata msh positif. Nah makanya sampe skrg saya ragu dg hasil test hiv saya yg non reactif di rs mitra kasih cimahi. Karena hasil hbsag saya saja tdk akurat ? Apalagi hasil test hiv ? Kemudian wkt itu knp dokter yg dicibabat menyarankan ke saya untuk test hiv 3 bln lagi ? Sedangkan saya mendapatkan hasil non reactif hiv setelah saya 17 bln melakukan prilaku betisiko ? Dan knp dokter yg di cibabat marah2 ke pihak rs mitra kasih ? Perlu diketahui saya divonis kena hepatitis b wkt awal 2008 sblm saya melakukan perilaku betisiko, pas saya mau daftar polisi. Dan perlu diketahui jg wkt saya tes hiv di mitra kasih tdk ada yg menyuruh dan tdk ada konseling sblm dan sesudah saya test hiv. Bagaimana menurut anda dok ?

Answer

Salam mas, test HIV memang lebih baik dilakukan 12 minggu setelah perilaku beresiko terakhir. Tidak hanya hubungan seks, mungkin tattoo, penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Mungkin itu menjadi pertimbangan pemeriksaan. Mengenai mengapa dokter marah, silahkan anda tanyakan pada dokter yang bersangkutan karena saya tidak mengetahui permasalahan tersebut. 
Bila anda melakukan test di laboratorium swasta langsung biasanya tidak dilakukan konseling. Laboratorium tersebut baru mengusulkan anda melakukan konseling setelah hasilnya keluar. Jadi bila konseling umumnya dilakukan di fasilitas kesehatan yang memiliki layanan HIV seperti puskesmas kecamatan, RSUD, klinik angsamerah, atau klinik lain

Buat janji dokter sekarang

Artikel Populer

Memahami hasil Pap Smear

Bagaimana Dokter Mendiagnosa Keputihan?

Seks, Seksual dan Seksualitas

HIV dan Nutrisi

Kondom Wanita

Demam, Gejala atau Penyakit?

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.