Question #25052

views

3976

Sex beresiko

Dear Dokter,
Saya seorang gay.. Pada periode bulan oktober dan november saya telah melakukan anal sex dan saya jadi bottom dengan 7 orang yg berbeda.. saya melakukannya selalu dgn menggunakan kondom.tp beberapa nya saya melakukan oral sex.
Karena dihaantui rasa bersalah akhirnya saya memutuskan untuk VCT dan test HIV beberapa hari lalu di angsa merah menteng, dokter yg menangani saya saat konseling sangat baik sekali, "merangkul" dan menjawab semua ketakutan2 saya dgn jawaban yg smart dan bijak.
Hasil test rapid test Oncoprooe menyatakan Non Reactive..
Setelah mencari informasi lengkap ttg rapid test ini ternyata butuh waktu 3 bulan atau lebih untuk mendapatkan hasil yg konklusif karena bekemungkinan hasil rapid test tersebut false negative.
Oiya Dok, karena kecemasan saya yg berlebih saya inisiatif untuk menanyakan riwayat VCT dan test HIV satu persatau mantan partner sex saya tersebut.. dari 7 ternyata hanya 4 yg menyatakan pernah melakukan test antara agustus hingga oktober dan hasil nya negatie.. sementara 1 nya tidak pernah test HIV dan bersikeras kalau dia selama melakukan sex selalu menggunakan kondom karena dia berusaha melindungi keluarganya.. 1 nya lagi blm pernah test karena takut, dan 1 yg terakhir malah marah2 dan bilang kalau dia bekerja di bidang kesehatan.
Dokter konsuling yg menangani saya tidak mencatat perbuatan saya tersebut sebagai masa jendela karena dilakukan menggunakan pengaman. Dia hanya mencatat riwayat sex tanpa kondom saya 2 tahun yg lalu dgn mantan pacar saya.
Yg jadi pertanyaan dok:

  1. Apakah yg dimaksud dgn sex beresiko itu dok secara keseluruhan.
  2. Karena dihantui rasa kecemasan yg berlebihan hingga pekerjaan terabaikan dan nafsu makan saya hilang kapan saya sebaiknya test lagi untuk hasil yg konklusif mengingat anal sex yg saya lakukan dgn kondom terakhir di akhir november.. apakah test combo ag/ab akurasi nya bs di pertanggungjawabkan?
  3. Bagaimana caranya agar saya bisa menenangkan diri dgn mudah dan tidak terfokus pada kesalahan dan kebodohan yg telah saya lakukan tersebut dok setiap harinya.

Terima kasih dok atas jawabnnya.
Salan Jaya untuk Angsa Merah selalu

Answer

Selamat siang mas dan terima kasih untuk pertanyaannya.
Menanggapi pertanyaan yang diajukan dapat saya jelaskan sebagai berikut. Apakah Test HIV yang dilakukan sudah melewati periode jendela (window periode) 3 bulan post kontak. Bila belum baiknya periksakan lagi 3 bulan setelah November 2015, baiknya akhir bulan Februari 2016 untuk memastikan apakah terbentuk antibodi terhadap HIV artinya hasil positif atau tidak terbentuk antibodi artinya hasil negatif atau bila hasil tertulis indeterminate maka perlu diulang lagi test HIV 3 bulan setelah pemeriksaan terakhir.
Melihat cerita mas bahwa selalu menggunakan kondom, maka resiko mas tertular HIV kecil, sebab selama ini mas terproteksi dari tertular HIV. Sejauh ini kondom adalah salah satu kontrasepsi yang dapat melindungi seseorang dari tertular HIV. Masalah oral sex tanpa kondom, memang beresiko, tetapi sangat kecil yang artinya bila tidak ada perlukaan dan cairan mani yang masuk tidak banyak dan tidak lama berada dalam mulut, dari literatur yang ada dan pengalaman dari pasien yang juga melakukan perilaku yang sama , resikonya juga kecil.
Mengenai partner seks yang sudah periksa dengan hasil negatif perlu ditanya apakah sudah melewati window periode dari seks beresikonya yang terakhir atau tidak. Bila belum maka hasil negatif belum final. Harus periksa ulang post window period.
Menjawab pertanyaan yang diajukan dapat saya jelaskan sebagai berikut:

  1. Seks beresiko artinya melakukan hubungan seks dengan penetrasi tanpa menggunakan pengaman. Hingga saat ini pengaman yang sering dipakai adalah kondom. Kondom harus baru, tidak expired dan tidak rusak. Selain itu juga saat melakukan hubungan seks tidak terjadi perlukaan dimana bila terjadi luka virus dapat masuk ketubuh pasangannya.
  2.  Test combo ag/ab di Indonesia masih fokus pada pemeriksaan antibody orang yang terinfeksi HIV, untuk test HIV yang dilakukan di klinik Angsamerah Blora menggunakan rapid test dimana sensitivitas dan spesifitasnya 99-100%. Kalau test yang sudah dilakukan sudah melewati window period tidak perlu cek lagi, selama hasilnya non reaktif. Tpi bila belum lewat window period, maka baiknya test lagi.
  3. Khawatir boleh tetapi jangan berlebihan artinya jangan menghambat aktivitas sehari-hari karena kecemasan dan lakukan test HIV. Bagaimana merubah cara berpikir dari cemas menjadi lebih aktif bekerja dan melakukan yang terbaik, sehingga performance mas tetap baik. Bila ternyata hasil final non reaktif HIV pada akhirnya, mas tidak akan menyesal karena masih berkarya. 

Semoga penjelasan saya ini bisa mengurangi kecemasan mas. Salam Angsamerah.
 

Buat janji dokter sekarang

Artikel Populer

Memahami hasil Pap Smear

Bagaimana Dokter Mendiagnosa Keputihan?

Seks, Seksual dan Seksualitas

HIV dan Nutrisi

Kondom Wanita

Demam, Gejala atau Penyakit?

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.