Apakah Sahabat punya saudara, kerabat atau kolega yang memiliki sifat pelupa? Biasanya kita sering bercanda dan mengatakan, “sudah mulai pikun nih, kayak nenek-nenek/kakek-kakek!” Yah, begitulah yang biasa terjadi, semakin bertambah usia maka kita cenderung semakin “pikun”. Tapi, Sahabat harus tetap berhati-hati loh, karena pikun merupakan salah satu bentuk dari demensia!
Baca selengkapnya: Demensia, Bukan Sekadar Pikun.. Kenali Gejalanya!
Demensia adalah bentuk umum dari gangguan sistem otak yang mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk khusus dari demensia adalah Alzheimer. Nah, kita memang sering mendengar bahwa alzheimer biasa dialami oleh orang lansia, terutama di atas usia 65 tahun. Ini terjadi karena adanya kemunduran proses otak yang disebabkan oleh perubahan fungsi otak yang kompleks, yakni kerusakan sel-sel otak dalam proses belajar. Itu sebabnya orang dengan alzheimer juga mengalami kesulitan pada hal ketrampilan dan menghubungkan sebab-akibat.
Menurut Asosiasi Alzheimer, ada 55 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan Alzheimer dan bentuk demensia lainnya. Sementara itu, estimasi penderita demensia di Indonesia tahun 2019 sebesar 987.673 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 3.399.285 pada 2050. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa pada tahun 2010 menjadi 25,9 juta jiwa pada tahun 2019. Oleh karena itu, diperkirakan angka penderita Alzheimer pun meningkat setiap tahunnya.
Tanda-tanda Alzheimer
- Mudah kehilangan memori/informasi yang baru
- Sulit membuat rencana dan menemukan solusi
- Sulit memenuhi tugas/aktivitas harian
- Kebingungan soal waktu dan tempat
- Sulit memahami gambaran visual dan ruang berelasi
- Sulit mengucapkan atau menuliskan sesuatu
- Lupa meletakkan benda dan menelusuri letaknya
- Menarik diri dari berbagai aktivitas sosial
- Mengalami perubahan mood dan kepribadian
Jika keadaan makin lanjut dan memberat, orang dengan alzheimer akan mengalami disorientasi (kebingungan, perubahan perilaku, kesulitan menelan, kesulitan berjalan, dll).
Penyebab / Faktor Risiko Alzheimer
- Usia merupakan faktor risiko terbesar untuk demensia. Demensia mempengaruhi 1 dari 14 orang di atas usia 65 tahun dan 1 dari 6 di atas usia 80 tahun.
- Bawaan genetik.
- Gaya hidup yang tidak sehat (merokok, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol atau diabetes tinggi, dsb).
- Faktor lain (perbedaan kromosom, pengaruh down syndrome, pernah mengalami cedera kepala berat atau leher, dll).
Cara mengurangi risiko Alzheimer berdasarkan beberapa penelitian
- Olahraga dapat secara langsung bermanfaat bagi sel-sel otak dengan meningkatkan aliran darah dan oksigen di otak.
- Mengkonsumsi makanan bergizi berarti Sahabat juga mengontrol kadar diabetes, kolesterol dan tekanan darah yang berpengaruh mencegah faktor risiko Alzheimer. Namun, belum ada jenis makanan atau obat tertentu yang terbukti dapat mencegah atau menyembuhkan Alzheimer.
- Bersosialisasi ternyata mampu melatih kecerdasan otak karena adanya stimulasi sel-sel otak yang kuat.
- Cegah terjadinya cedera kepala dengan selalu menggunakan sabuk pengaman atau helm saat berkendara dan berolahraga, menata rumah maupun lingkungan kerja agar selalu aman.
Pada kasus yang ringan, ahli medis mulai menggunakan istilah Mild Cognitive Impairment (MCI). MCI lebih mengarah kepada kerusakan kognitif ringan saaat seseorang memiliki kesulitan mengingat hal atau berpikir jernih tetapi gejalanya tidak cukup berat untuk mengarah ke diagnosis penyakit Alzheimer. Berdasarkan penelitian terbaru, orang dengan MCI memiliki peningkatan risiko untuk berkembang ke penyakit Alzheimer. Namun, perkembangan tersebut tergolong rendah (sekitar 10%-20% setiap tahun), sehingga diagnosis MCI tidak selalu akan berkembang menjadi Alzheimer.
Apa yang harus disiapkan sebagai caregiver (pengasuh) orang dengan Alzheimer?
Menjadi caregiver bagi orang dengan Alzheimer bukanlah hal yang mudah. Diperlukan seorang yang teliti, sabar dan tekun, serta benar-benar paham akan keadaan mereka, sehingga orang dengan Alzheimer dapat dibantu untuk melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik. Sahabat yang sedang atau baru menjadi caregiver dapat mencoba beberapa tips berikut ini:
- Kenali dan pahami lebih dalam tentang Alzheimer dan pasien, sehingga Sahabat tahu apa yang akan diharapkan/terjadi.
- Gunakan kreativitas dan keterampilan dalam kegiatan sehari-hari. Sahabat dapat menyesuaikan rutinitas dan aktivitas saat kebutuhan berubah.
- Buat pilihan perencanaan perawatan, karena tidak ada metode yang cocok untuk semua dalam hal perawatan Alzheimer. Situasi setiap keluarga adalah unik.
- Jaga kesehatan fisik & mental sebagai caregiver. Penting untuk menjaga kesejahteraan Sahabat sendiri dan terhubung dengan orang lain yang mengerti.
Semua caregiver pada akhirnya akan merasakan beberapa tingkat frustrasi, kemarahan dan rasa bersalah. Ini semua adalah respons emosional yang normal terhadap perjalanan yang sangat emosional. Namun ini diubah sampai tingkat tertentu dengan menyesuaikan perspektif Sabahat; misalnya, dengan mengingatkan diri sendiri bahwa mereka tidak melakukannya dengan sengaja, itu adalah bagian dari penyakit.