Author

Dr. James Allan Rarung, Sp.OG, MM

Stunting

Tidak Sesederhana Memberikan Susu Sapi Ataupun Sejenisnya

Stunting adalah masalah global dan bukan saja masalah regional ataupun satu negara saja. Permasalahan baik penyebab maupun penanggulangannya sangatlah kompleks. Memerlukan pemetaan yang komprehensif mulai dari pra kehamilan sampai pada anak usia 5 tahun, inilah rentang usia yang paling rentan terserang kasus stunting.

Hasil Pantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 mencatat bahwa prevalensi Balita yang mengalami stunting sebesar 29,6% lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 27,5%. Namun pada 2019, stunting ditargetkan turun menjadi 28%.

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis akibat asupan gizi yang kurang sehingga tinggi badan bayi di bawah standar menurut usianya/pendek. WHO menyatakan batas maksimal angka stunting bayi di suatu negara adalah 20%. Ini artinya stunting balita di Indonesia saat ini masih di atas batas toleransi yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia tersebut.

Stunting tidak hanya berdampak pada perekonomian namun juga menentukan maju atau tidaknya suatu negara. Stunting tidak hanya membuat orang tidak bisa tumbuh tinggi dengan normal namun berpengaruh juga pada pertumbuhan otak. Ini artinya, ia akan berdampak pada kondisi kesehatan sehingga menyebabkan biaya hidup yang mahal. Angka pendapatan pekerja dewasa pun bisa tergerus hingga 20%. Selain itu, stunting juga berkontribusi pada melebarnya kesenjangan yang dapat mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup seseorang dan menyebabkan kemiskinan antar-generasi.

Terjadinya stunting disebabkan berbagai macam faktor dan tidak hanya disebabkan oleh gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil atau anak balita. Beberapa faktor yang paling berpengaruh terjadinya stunting di antaranya:

Pertama, praktik pengasuhan yang tidak baik terhadap balita dan anak. Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang gizi pada pra kehamilan, masa kehamilan dan setelah melahirkan, dari para orang tua. Pentingnya ASI (Air Susu Ibu) adalah contoh sederhananya. Banyak kasus di mana balita yang tidak mendapatkan ASI secara memadai karena kurangnya pengetahuan tentang betapa pentingnya ASI bagi bayi.

Kedua, terbatasnya layanan kesehatan, termasuk layanan ante natal care (ANC), post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas.

Ketiga, kurangnya akses kepada makanan bergizi. Di Indonesia banyak ditemui ibu hamil yang mengalami anemia (kekurangan hemoglobin darah), karena makanan bergizi yang tidak terjangkau. Kurangnya usaha untuk memenuhi gizi dengan memanfaatkan kondisi lingkungan juga termasuk di dalam faktor ini.

Keempat, kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Hingga saat ini masih banyak daerah yang kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu kita juga masih menemui perilaku masyarakat yang membuang kotoran di tempat terbuka. Ini juga mempengaruhi kualitas air bersih yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kesehatan anak.

Beberapa intervensi dan penanganan termasuk pencegahan yang dapat dilakukan dan sudah dilakukan, diantaranya:

Pertama, intervensi stunting gizi spesifik. Program intervensi ini ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan, misalnya program memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil. Tujuannya adalah untuk mengatasi kekurangan protein kronis, kekurangan zat besi dan asam folat, kekurangan iodium dan menanggulangi cacingan pada ibu hamil serta melindungi dari malaria.

Selain itu, intervensi juga dilakukan dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan. Kegiatan ini dilakukan dengan mendorong inisiasi menyusui dini (IMD) terutama melalui pemberian ASI jolong (colostrum) serta mendorong pemberian ASI eksklusif. Ada juga intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan. Program ini meliputi penerusan pemberian ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Saat berusia di atas 6 bulan, bayi akan didampingi oleh pemberian MP-ASI. Selain itu, disediakan juga obat cacing, suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

Kedua, intervensi stunting gizi sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% penurunan stunting. Sasaran dari intervensi gizi sensitif adalah masyarakat secara umum.

Ketiga, menggalakkan lagi program KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) dengan sosialisasi yang terus-menerus dengan sasaran dan tahapan yang jelas. Bagi para pasangan yang akan menikah, baru menikah dibuat model KIE yang pas dan tepat materinya. Begitupun bagi ibu yang sementara hamil dan baru melahirkan, dibuat materi dan topik serta pengelompokan KIE yang spesifik. Selanjutnya bagi para ibu-ibu yang memiliki Balita, dibuatkan juga hal yang sama. Pemaparan sosialisasi ini harus dipisahkan masing-masing kelompok tadi dan jangan digabungkan. Dengan demikian akan lebih fokus dan dapat terukur hasilnya.

Masih banyak hal lagi yang dapat kita lakukan, namun haruslah berfokus pada upaya promotif dan preventif serta perbaikan lingkungan dimana kita hidup dan bekerja kesehariannya, karena dampaknya akan jangka panjang. Kalau perlu dibuat Satgas Nasional khusus untuk penanganan stunting. Sehingga program akan lebih mudah dilaksanakan di lapangan tanpa prosedur yang rumit.

Demikianlah sedikit sekilas pandang tentang problema stunting yang jelas dan nyata tidak sesederhana kita memberikan susu sapi atau sejenisnya saja. Semoga memberikan makna. Hiduplah dan jayalah bangsaku Indonesia.

Sumber

Blog: 2018 IMF-WBG Annual Meetings

Artikel Terkait

Osteoporosis

Tulang Keropos

Bacaan Digital atau Bacaan Cetak, Mana yang Dipilih

Morning Sickness

Kekerasan Seksual

Inisiasi Menyusui Dini

WHO dan UNAIDS: Standar Global Layanan Kesehatan Ramah Remaja

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.