Tea and Sympathy adalah film buatan tahun 1956 yang diangkat dari drama panggung dengan judul yang sama. Dibintangi Deborrah Kerr dan John Kerr, keduanya meskipun bernama keluarga sama namun tidak memiliki relasi pertalian darah, film ini menohok perhatian penonton karena tokoh utamanya bukan seorang pria macho otot kawat tulang besi, namun seorang pria yang menurut pandangan masa itu (dan mungkin masa kini juga bagi mereka yang masih bergaya pikir voor de oorlog) gemulai. Diperankan apik oleh John Kerr, pemuda pemalu ini lebih suka menjahit bersama ibu-ibu daripada main bola, main drama daripada main football, mendengarkan musik klasik dan baca buku daripada mengejar gadis-gadis. Sudah jelas pemuda semacam ini jadi bahan olok-olok dan cerca rekan-rekan SMA-nya. Bahkan ayahnya pun tak dapat menerima dia. Namun di sekolah itu ada seorang guru yang senantiasa mengundangnya minum teh, mau mendengarkan keluh kesahnya dan memberikan dukungan dan pujian pada kegemarannya yang menurut ukuran masyarakat waktu itu tidak lazim. Dikisahkan kemudian, berkat dukungan si guru, sang pemuda dapat mengatasi rasa rendah dirinya dan berhasil menjadi seorang pria dewasa yang berhasil dalam karirnya sebagai penulis.
Dalam menghadapi seorang anak kecil yang tumbuh menjadi remaja, kemudian dewasa, diperlukan tea and sympathy. Apa yang dialami seorang anak laki-laki dalam hidup sampai ia menjadi seorang pria dewasa? Apa yang mengalihkan perhatiannya dari kelereng dan layang-layang ke para wanita (atau pria) dan karir?
Masa kanak-kanak pria biasanya berjalan tak jauh beda dengan wanita. Maksudnya, mereka tumbuh dengan keasyikan dunia anak-anak yang penuh permainan dan petualangan tanpa mempedulikan penampilan dan romansa.
Kemudian datanglah masa akil balig atau puber, dan dunia mereka jungkir balik. Yang tadinya tampak biasa menjadi luar biasa, sementara yang tadinya begitu menarik malah menjadi hal yang membosankan. Mata gadis sebelah yang mengerling indah lebih memukau daripada kelereng di saku celana. Kalau biasanya berkelahi sampai berguling-guling di pasir, sekarang sentuhan belaka mampu membuat penis si empunya mengamuk hingga muka merah padam karena malu, aktivitas kamar mandi yang biasanya cuma 3 menit, jadi 30 menit karena upaya menjinakkan burung yang mendadak liar.
Pubertas biasanya terjadi pada usia 10-14 tahun, meskipun ada juga yang mengalaminya pada usia belia, 8 tahun, atau yang mengalami agak lambat, sekitar 17 tahun. Perbedaan waktu awal mulai tidak berpegaruh pada perkembangan tubuh, meskipun tentunya mengundang olok-olok dan ejekan pada mereka yang terlambat, biasanya dari orang-orang bertato transparan ASSHOLE di jidat mereka. Perubahan dapat timbul begitu cepat, kemarin masih mulus tapi hari ini sudah berjembut, namun ada juga yang timbul perlahan-lahan, helai demi helai.
Perubahan-perubahan yang timbul pada tubuh pria adalah munculnya otot-otot, bertambah kuat, dan ada leher timbulah jakun atau adam’s apple. Kulit dan rambut menjadi lebih berminyak, dan bagi mereka yang kurang beruntung, jerawat bermunculan subur makmur seperti panen raya. Bulu-bulu tubuh muncul, kumis, jenggot, bulu dada, bulu ketiak dan terutama bulu kelamin alias jembut. Tumbuhnya bulu tentunya tergantung ras. Mereka yang memiliki ras kaukasoid (bule) cenderung memiliki lebih banyak bulu, sementara mereka yang mongoloid (Asia) memiliki bulu lebih sedikit. Namun sekali lagi ini bukan keharusan dan selalu ada pengecualian.
Masa pubertas juga ditandai dengan perubahan suara. Suara yang berat didahului dengan suara tidak stabil yang sering memalukan, persis seperti suara kaleng cempreng. Bagi beberapa penyanyi cilik pria, perubahan ini menjadi malapetaka petanda berakhirnya karir mereka. Tahu Heintje? Mungkin tidak, ya. Heintje adalah seorang penyanyi anak-anak dari Belanda dengan suara emas. Namun begitu ia akil balig, emas berubah menjadi loyang.
Masa pubertas juga ditandai kelenjar keringat lebih aktif, sehingga polusi udara senantiasa muncul pada kerumunan anak-anak ABG. Bau keringat ditambah perawatan higiene yang masih harus diajarkan terkadang membuat seorang guru SMP merasa betapa malang nasibnya yang terus menghirup polutan setiap hari.
Penis dan skrotum membesar mungkin merupakan hiburan satu-satunya bagi para jejaka tanggung ini. Satu-satunya hal yang membuat mereka bahagia, hingga setiap hari rajin mengantungi penggaris. Perawatan dan belaian pada benda yang tadinya tak menarik perhatian ini mendadak berkelimpahan, terkadang malah manipulasi tak terhindarkan.
Awal masa pubertas ditandai dengan emisi nokturnal atau wet dream atau lazim disebut mimpi basah. Meskipun sekali lagi, tak semua orang mengalaminya, namun kejadian ini, bagi yang mengalami, merupakan petanda awal dimulainya akil balig. Apa yang sebenarnya terjadi?
Setelah sekian lama “tidur”, tiba-tiba pada suatu hari yang biasa, hipotalamus pada otak melepaskan hormon GnRH (Gonadatropin Releasing Hormone). Hormon ini merangsang kelenjar pituari melepas FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). LH merangsang testis melepaskan hormon-hormon androgen, dan yang paling penting adalah testosterone. Testosteron menstimulasi perkembangan seks sekunder: pertumbuhan bulu, perubahan suara, pembentukan otot, pembesaran penis dan skrotum. Pada saat itu pula spermatogenesis atau pembuatan sperma dimulai. Sperma yang sudah diproduksi dan disimpan di epididimis, karena tidak dipakai, akan terus menumpuk dan akhirnya luber. Terjadilah mimpi basah. Demikian kemudian sperma terus menerus diproduksi, dan bila tidak dimanfaatkan untuk pembibitan atau pelampias nafsu belaka, ia akan dikeluarkan juga lewat mimpi basah.
Percepatan tumbuh dari tubuh juga nampak menyolok mata, meskipun pada sebagian orang yang memang keturunan pendek tetap akan mencapai ketinggian yang…pendek juga. Pada usia 21 tahun, setelah bagian pada tulang belakang yang disebut celah epifise menutup.
Yang cukup melegakan adalah, ukuran penis tidak ditentukan oleh tinggi tubuh seseorang, sehingga mereka yang bertubuh pendek masih bisa membusungkan dada, atau celana. Demikian pula ukuran tidak ditentukan apakah seorang anak tumbuh menjadi pria macho atau pria feminin atau biasa-biasa saja. Macho seperti Stallone bukan berarti penisnya besar; Susana alias Susy d/h Sugeng bukan berarti berpenis mungil.
Nah…apapun yang akan terjadi pada si kecil dalam perjalanannya menjadi seorang pria dewasa, baik itu bentuk fisiknya, kegemarannya, orientasinya, keberhasilan dan kegagalannya, sudi mendengarkan dan menerima keutuhan mereka adalah jalan untuk mewujudkan harapan tersuci bagi mereka: semoga mereka dapat menjadi manusia berguna bagi nusa dan bangsa…dan menjalani hidup yang penuh dan bahagia.”
Tea and Sympathy ditutup dengan kata-kata menyentak hati : “Years from now, when you talk about this—and you will—be kind”.