Terima kasih Pak Terawan!

Terima kasih, Bapak Menteri Kesehatan RI, DR. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad. (K), dan jajarannya.

Salam sehat bagi Bapak dan bangsa Indonesia.

Bagaimana kabar Bapak? Semoga Bapak dan tim di jajaran Kementerian Kesehatan sehat-sehat dan penuh berkat kasih dalam memaknai hidup. Pastinya Bapak tidak kenal saya, dan kita memang belum pernah bertemu. Mudah-mudahan suatu hari bisa jumpa. Bahkan dapat lebih cepat terwujud bila Bapak berkenan mengundang saya. Dijamin dengan kilat saya respons. Sementara ini, saya terpaksa menggunakan media web yang terkesan tidak biasa. Mohon maaf ya, Pak. Meskipun demikian saya ingin Bapak tahu rasa hormat saya tetap ada untuk Bapak dan tim.

Perkenalkan, nama saya Nurlan Silitonga dari Klinik dan Yayasan Angsamerah. Info lengkap tentang saya

Bapak, kiranya tulisan ini sampai ke Bapak dan jajaran di Kementerian Kesehatan, organisasi LSM, pemerhati kesehatan, dan masyarakat umum. Dengan harapan tulisan ini mencerahkan bidang kesehatan di Indonesia, agar terus berkembang menjadi semakin baik. Semoga Bapak membaca tulisan ini sampai selesai.

Bapak Terawan, lewat tulisan ini saya dan teman teman di Angsamerah ingin menyumbangkan pemikiran agar terjadi perluasan akses kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan layanan komprehensif HIV-AIDS, kesehatan reproduksi dan seksual di fasilitas kesehatan (faskes) primer di sektor swasta.

Perluasan layanan yang kami maksud tidak hanya sekadar membantu masyarakat. Tetapi juga menyediakan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja yang bekarya di faskes primer sektor swasta. Mulai dari dokter, tenaga paramedis, petugas administrasi, dan asisten kantor, bahkan juga para relawan kesehatan dan pemerhati kesehatan dari berbagai profesi.

Saya dan tim Angsamerah bekarya di sektor swasta, khususnya di faskes primer. Pelayanan kesehatan kami berfokus pada menyeimbangkan pendekatan klinis yang optimal untuk kebutuhan seorang individu dan kesehatan masyarakat. Selain itu, kami menjalankan upaya kolektif kolaborasi demi mengoptimalkan manfaat ketersediaan sumber yang terbatas.

Bapak Menteri Kesehatan, kami jelas-jelas mengapresiasi terobosan yang dilakukan tim Bapak dari wilayah DKI dan Pusat. Sebuah klinik swasta mendapat kepercayaan untuk menjadi penyedia rujukan antiretroviral (ARV) secara mandiri. Artinya klinik swasta ini dipercaya mengelola langsung pendistribusian obat ARV yang disubsidi negara.

Klinik swasta ini bernama Angsamerah, tempat kami bekarya. Klinik dan Yayasan Angsamerah berlokasi di pusat kota, tepatnya di Jl. Johar 6 A, Menteng, Jakarta Pusat. Lokasi yang dekat Stasiun Kereta Api Gondangdia, sehingga memudahkan pasien dari berbagai wilayah Jakarta, perbatasan, dan provinsi luar Jakarta, untuk mengakses layanan. Selain di Menteng, Angsamerah juga ada di Fatmawati. Klinik di Fatmawati masih berstatus Klinik Satelit ARV. Semoga statusnya bisa berubah menjadi Klinik Rujukan ARV, seperti induknya yang di Menteng.

Mungkin Pak Terawan bertanya-tanya, mengapa sih Klinik Angsamerah semangat banget menjadi Klinik Rujukan ARV? Alasannya sederhana, yaitu biar nggak ribet. Apalagi ini bagian dari kami bertumbuh. Dan yang terpenting agar bisa menjadi contoh, bahwa klinik swasta pun peduli dan bisa menjadi mitra layanan publik-pemerintah dalam menyediakan layanan kesehatan berkualitas bagi masyarakat.

Bapak Menteri Kesehatan, bagi kami, upaya terpadu yang dilakukan banyak pihak dalam mewujudkan terobosan ini, sangat berarti dan perlu diberitakan.

Sejak 2004, secara peraturan, penyedia rujukan ARV di Indonesia terus berkembang. Awalnya, diprioritaskan untuk rumah sakit (pemerintah dan swasta) tertentu, yang kemudian bertambah dan meluas penunjukannya hingga ke tingkat puskesmas. Dalam perkembangan, ada proses di mana beberapa klinik swasta kemudian menjadi perpanjangan tangan RS Rujukan ARV untuk memberikan layanan tes HIV dan pengobatan ARV. Status klinik ini disebut sebagai Satelit RS Rujukan ARV. Artinya klinik swasta tersebut mendapatkan dropping ARV dari RS Rujukan, sedangkan pelaporan ke Dinkes atas pengelolaan pencatatan, permintaan, penerimaan, dan pendistribution ARV ke unit layanan RS tersebut dan satelitnya menjadi tanggung jawab RS Rujukan ARV.

Bapak, buat kami terobosan ini sangat berarti. Bayangkan, selama sepuluh tahun lebih Angsamerah sudah menyediakan ARV, dan sampai Mei 2020 kami melayani lebih dari 800 pasien dengan ARV setiap bulan, dengan status sebagai satelit ARV dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Soelianti Saroso.

Sangat luar biasa kesabaran tim RSPI dalam membimbing kami untuk mampu menyediakan layanan pengobatan ARV sebaik mungkin. Sejak beberapa tahun lalu, tim RSPI yang dipimpin dr. Adria Rusli, Sp.P sebagai ketua pokja AIDS rumah sakit terus mengupayakan agar Klinik Angsamerah menjadi Penyedia Rujukan ARV, tidak lagi menjadi Satelit RSPI. Kami senang sekali ketika permohonan tertulis kami ke Dinkes Jakarta Pusat direspons baik, berproses selama tujuh bulan, dan akhirnya terwujud. Pada awal Juni 2020, kami sudah dipercaya mengelola langsung program subsidi ARV pemerintah dengan bimbingan tim Dinkes DKI.

Bapak Terawan, terobosan ini menambah contoh-contoh baik manfaat kemitraan pemerintah dan swasta yang memudahkan masyarakat mengakses layanan kesehatan tes HIV, pengobatan ARV, serta program-program kesehatan lain. Ke depan kiranya makin banyak klinik swasta yang mendapatkan kepercayaan untuk terlibat dalam perluasan program kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan pemerintah.

Bapak, perkenankan saya bercerita singkat tentang misi Klinik Angsamerah. Selain misi menjaga dan meningkatkan kualitas klinis, kami memercayai dan menerapkan misi kedua yaitu kemitraan dengan program pemerintah dan organisasi lain, demi perluasan layanan dan pembiayaan diagnostik dan pengobatan yang lebih terjangkau untuk masyarakat.
Misi ketiga yang tak kalah penting adalah terus belajar dan berupaya cerdas secara ekonomi, sehingga mampu menjaga kualitas dan meningkatkan kesejahteraan tim kami. Bagi kami ini misi penting. Karena swasta, kami harus mampu mandiri mengelola sumber, menabung, bertumbuh, serta siaga dalam menghadapi situasi krisis yang tidak diharapkan, misalnya seperti pandemi Covid-19 kali ini.

Bapak, jujur, untuk mampu menjalankan ketiga misi tersebut sangatlah menantang. Mengapa? Karena ternyata membutuhkan ragam keahlian yang tidak hanya dari sudut pandang medis, tapi juga pengetahuan kewirausahaan, dan tentu dukungan dana—bagi sebagian kolega tenaga kesehatan, dana membuka klinik bukanlah jumlah kecil. Dua klinik Angsamerah bisa bertumbuh sehat saat ini, karena awalnya, selain dana kami sendiri, beruntung mendapatkan bantuan dana pengungkit dan asistensi teknis dari lembaga donor.

Tak dimungkiri bahwa pengalaman sepuluh tahun Angsamerah sangat beharga. Kesulitan tidak menyurutkan kami, bahkan kami belajar dan melihat langsung manfaat penerapan kewirausahaan sosial di sektor kesehatan. Artinya sambil berwirausaha, layanan kesehatan primer swasta dapat juga berkontribusi melahirkan dampak sosial positif. Kami melihat banyak peluang yang dapat mengungkit perluasan layanan kesehatan primer di sektor swasta pada masa mendatang.

Bapak Terawan, banyak mekanisme yang bisa dilakukan untuk membantu tenaga kesehatan memiliki praktik atau klinik mandiri yang sehat.

Oh ya, Pak Terawan, kami di Angsamerah mempunyai mimpi. Kami berani membayangkan Indonesia segera memiliki banyak praktik dokter, dokter gigi, dan bidan mandiri, serta klinik yang sehat dengan layanan beragam, nyaman, dan biaya terjangkau, plus berlokasi dekat masyarakat.

Salam Bukan Biasa,
Nurlan Silitonga

Artikel Terkait

Kondom Wanita

HIV dan Nutrisi

Memahami hasil Pap Smear

Limfosit CD4 dan Perannya pada Infeksi HIV

Demam, Gejala atau Penyakit?

Bagaimana Dokter Mendiagnosa Keputihan?

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.