The Forgotten Epidemy

Akankah Indonesia Menghentikan AIDS pada Tahun 2030?

Pandemi Covid-19 tidak hanya menyebabkan penularan dan angka kematian yang tinggi, tetapi juga mengganggu layanan kesehatan bagi ODHA (Orang Dengan HIV & AIDS). Upaya global mengakhiri epidemi HIV & AIDS pun terhambat dan target menuju Indonesia menghentikan AIDS pada tahun 2030 mengalami tantangan yang berat. Sebagai contoh, adanya kendala dalam mengakses pengobatan yang mengakibatkan kondisi ODHA kian terpuruk di masa pandemi.

Karenanya, sangat penting untuk kembali mengingatkan masyarakat tentang urgensi epidemi HIV & AIDS. Pada hari Rabu, 23 Juni 2021, USAID, UNAIDS dan Jaringan Indonesia Positif (JIP) bekerjasama dengan Harian Kompas telah mengadakan Webinar bertajuk “Kompas Talks: Akankah Indonesia Menghentikan AIDS pada Tahun 2030?. Webinar ini dipandu oleh wartawan Harian Kompas, Evy Rachmawati dan dihadiri oleh sejumlah narasumber seperti Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu (Plt. Dirjen P2P Kemenkes RI), Bapak Abetnego Panca Putra T. (Deputi II Kepala Staff Kepresidenan), Ibu Nafsiah Mboi (aktivis advokasi HIV & AIDS) serta Meirinda Sebayang (Ketua JIP) untuk membahas sejauh mana perkembangan penanggulangan HIV & AIDS di Indonesia serta strategi teknis yang dilakukan pemerintah untuk menghentikan AIDS pada tahun 2030.

Sejalan dengan komitmen global negara-negara di dunia, Indonesia mengadapatasi target global Triple-90 di tahun 2020, artinya 90% ODHA mengetahui status HIV-nya, 90% ODHA mendapatkan pengobatan ARV dan 90% ODHA viral load-nya tersupresi.

Kemudian secara bertahap di tahun 2025 mengadaptasi target Triple-95 dan target Three Zeores di tahun 2030. Namun karena pandemi Covid-19, ada kekuatiran target mengakhiri AIDS di tahun 2030 tidak terwujud. Menurut data Kemenkes RI, hingga saat ini realisasi Triple-90 sendiri masih jauh dari target, terutama untuk ODHA yang mengakses ARV dan viral load yang tersupresi.

Capaian Triple-90

Realita di Indonesia

90% ODHA mengetahui status

75% ODHA mengetahui status

90% ODHA on ARV (Antiretroviral)

27% ODHA on ARV (Antiretroviral)

90% ODHA viral load-nya tersupresi

 6%  ODHA viral load-nya tersupresi

Sumber: Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Kompas Talks 23 Juni 2021

Di sisi lain, hasil pelaporan dari tiap provinsi menunjukkan bahwa angka kematian akibat HIV & AIDS dari tahun 2000 s/d. 2020 menurun dengan signifikan. Selain itu, perkiraan angka kasus HIV tahun 2020 terlihat mengalami penurunan (543.100 kasus) dibanding tahun 2019 (545.000 kasus). Meskipun demikian, perlu diamati lebih lanjut apakah penurunan ini murni karna menurun atau karna kurangnya pemeriksaan dan penemuan kasus baru.

Bagaimana upaya Indonesia untuk mencapai target Three Zeroes (Zero New Infection, Zero AIDS-Related Death, Zero Discrimination) di tahun 2030? dr. Maxi menyampaikan bahwa sampai saat ini ada beberapa hal yang dilakukan pemerintah untuk mencapai target Three Zeroes 2030, diantaranya adalah:

  1. Strategi STOP (Suluh, Temukan, Obati, Pertahankan)

Yaitu memberikan berbagai jenis penyuluhan kepada masyarakat umum, melakukan upaya untuk menemukan kasus baru HIV seperti pemeriksaan pada bayi (Early Infant Diagnosis) dan tes HIV untuk populasi rentan, lalu memudahkan ODHA untuk mendapat pengobatan serta menggencarkan program yang mendukung dan mempercepat upaya penghentian HIV (mis. memperluas akses viral load dengan kolaborasi lintas program dan komunitas).

  1. Meningkatkan Layanan Kesehatan

Dari total 13.058 Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) di Indonesia, sebanyak 9.951 Fasyankes pernah melaporkan kasus HIV serta sebanyak 1.729 Fasyankes memberikan pengobatan ARV (991 Puskesmas, 693 RS Pemerintah & Swasta, serta 45 Fasyankes lainnya: Balai/Klinik/Praktek Dokter/Lapas).

  1. Mengikuti Protokol Pemberian Layanan Kesehatan HIV & AIDS dalam Pandemi Covid-19

Protokol tersebut menguraikan beberapa kegiatan prioritas, misalnya menjamin kelangsungan ART bagi ODHA, mengirimkan stok ARV ke rumah, memberikan multi-months dispensing dan meningkatkan kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil, mengadakan alat pelindung diri bagi para tenaga kesehatan (Nakes) ataupun petugas penyuluhan, dll.

Tentu saja dalam menjalankan upaya-upaya ini terdapat tantangan yang memengaruhi pencapaian Three Zeroes di tahun 2030. Seperti yang sudah disebut sebelumnya, situasi pandemi Covid-19 memiliki dampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk keuangan negara, bantuan luar negeri dan sosial ekonomi masyarakat, sehingga keberhasilan penggalangan sumber daya dan dana juga berpengaruh terhadap pencapaian Three Zeroes 2030.

Hal yang di garisbawahi oleh Pak Abetnego adalah sangat dibutuhkan komitmen serta dukungan yang lebih dari jajaran Pemeritah Pusat dan Daerah, bersama dengan seluruh lapisan masyarakat. Sementara itu, Ibu Nafsiah dan Meirinda menekankan bahwa peningkatan kuantitas layanan kesehatan harus diseimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada ODHA serta populasi kunci yang rentan terkena HIV & AIDS. Peningkatan kualitas pelayanan ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan pada Nakes, bersamaan dengan pemberian edukasi dan penyuluhan HIV & AIDS kepada masyarakat. Dengan demikian, stigma dan diskriminasi terhadap ODHA serta populasi kunci pun bisa turut dihentikan.

Baca juga Stigma dan Diskriminasi ODHA…

Angsamerah sendiri sebagai yayasan, institusi dan klinik kesehatan sangat peduli terhadap layanan kesehatan yang optimal, berkualitas, ramah, dan tanpa stigma pada masyarakat. Untuk bisa menjangkau banyak wilayah, Angsamerah menyadari pentingnya kerjasama dengan berbagai pihak dan mengembangkan inovasi-inovasi demi mencapai target Three Zeroes pada tahun 2030.

Oleh karena itu, dalam masa pandemi Covid-19 pemerintah juga perlu bekerjasama dengan pihak swasta untuk menambah Fasyankes primer sehingga dapat memperluas pelayanan kesehatan, akses pengobatan, dan melakukan pelatihan serta penyuluhan kepada masyarakat. Dengan adanya kerjasama yang baik, maka Indonesia bisa menghentikan epidemi AIDS pada tahun 2030. Salam sehat!

Tayangan ulang webinar Kompas Talks: “Akankah Indonesia Menghentikan AIDS pada Tahun 2030?

Artikel Terkait

Wasting Syndrome, Bukan Sekedar Penurunan Berat Badan

A “Heart” Disease

Medical Students of the University of Indonesia Commemorated World AIDS Day 2015

Transgender Competent Care

Angsamerah at the International Transgender Competent Care Workshop, Bangkok 2019

Pertanyaan Umum Seputar Tes HIV

Duet Maut, TBC-HIV. Bisa Diatasi Lho!

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.