Mari kita mulai artikel ini dengan pertanyaan reflektif: kira-kira sekarang ini lebih banyak mana antara orang yang giat mencari cuan atau orang yang sebentar-sebentar ingin healing atau melakukan self-care? Lalu kira-kira, mana yang lebih penting ya?
Dalam webinar Kacapikir dan Lingkar Madani Penabulu “Work life balance: Membangun Keselarasan Dunia Kerja dengan Kehidupan Pribadi dengan Peduli pada Kondisi Sendiri” pada Rabu, 18 Januari 2023, Dr. Gina Anindyajati, Sp. KJ (Psikiater Angsamerah Clinic) menjelaskan pentingnya keseimbangan antara dunia pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jika keduanya tidak seimbang, maka bisa menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di berbagai area kehidupan, terutama terkait kesehatan mental dan fisik seseorang.
Lebih jelasnya lagi, Dr. Gina memaparkan keterkaitan antara kesehatan fisik dan mental seseorang. Jika fisik kita tidak fit, maka akan mempengaruhi jiwa kita. Sebaliknya jika keadaan mental kita tidak baik, maka akan mempengaruhi kondisi fisik (gangguan psikosomatis).
Nah, setelah diajak untuk lebih aware dengan kondisi diri dalam menghadapi tekanan di pekerjaan maupun kehidupan pribadi, pemaparan dilanjutkan oleh narasumber berikutnya yaitu Adhe Zamzam, S.Psi, C.LC CHt (Life Coach Angsamerah Clinic) mengenai pengenalan Work Life Balance itu sendiri dan bagaimana untuk mencapainya.
Work Life Balance
Menurut kajian studi di AS, isu work life balance mulai meningkat ketika mulai banyaknya pekerja perempuan yang berjibaku antara urusan rumah tangga dan pekerjaan. Para perempuan ini tentunya tidak bisa melepaskan pikiran terhadap urusan rumah ketika di tempat bekerja, sebaliknya saat di rumah pun masih terpikirkan pekerjaan. Sebenarnya keseimbangan seperti apa yang perlu seseorang usahakan dalam hidupnya? Menurut beberapa kajian sedikitnya ada 3 hal level keseimbangan yang perlu diperhatikan.
- Keseimbangan waktu (berapa banyak waktu yang diluangkan untuk berbagai kegiatan, kegiatan dalam pekerjaan, kegiatan berhubungan dengan rumah atau kegiatan terkait relasi kita dengan orang lain). Ada sebagian orang yang sulit membagi waktu, bukan karena waktunya lebih sedikit dari orang lain, melainkan karena perbedaan kemampuan menetapkan prioritas dan meminimalkan penundaan. Sekarang bagaimana dengan kita? Untuk menjawab ini kita bisa mencari atau mengingat feedback, masukan, kritik, saran dari orang terdekat di lingkungan kita, apakah pekerjaan kita relatif mencapai target atau goal, adakah orang-orang dalam tim kerja yang merasa sering “kehilangan” kita karena mungkin kita tidak benar-benar menghadirkan diri pada saat itu, atau malah kita sudah kehilangan arah dan passion dalam bekerja? Bisa saja hal ini terjadi karena manajemen waktu kita yang belum optimal.
- Keseimbangan keterlibatan (seberapa terlibat dalam suatu area kehidupan mis. pekerjaan dan relasi). Untuk mengukur kesimbangan “keterlibatan” kita pada satu area, tidak berbeda caranya dengan melihat bagaimana keseimbangan waktu yang kita luangkan. Mungkin sering ada seseorang yang hadir dalam sebuah rapat atau pertemuan dengan kolega, keluarga, berkumpul dengan keluarga namun setelah pertemuan berakhir kita lupa apa saja yang telah dibicarakan dalam pertemuan tersebut, karena kita pikiran kita tidak berada dalam moment tersebut, kita libatkan pikiran dan hati kita pada area lain sehingga kita mengabaikan perhatian dan keterlibatan kita pada saat itu. Terdapat banyak faktor mengapa seseorang tidak fokus pada pertemuan yang sedang dilakukan.
- Keseimbangan kepuasan (seberapa merasa puas antara berbagai tanggung jawab yang dilakukan). Kepuasaan yang dimaksud adalah kepuasaan yang berdampak positif bagi diri sendiri dan orang lain. Bagaimana kita mengukur tingkat kepuasaan kita, tentu hal ini perlu terbuktikan secara kongkrit, artinya kepuasaan kita berbanding lurus dengan hasil nyata yang kita dapat. Kepuasaan yang kita rasakan positif akan menularkan kepada pihak-pihak lain disekitar kita.
“Seperti bermain lato-lato manusia sebegitunya mencari keseimbangan. semua orang mencoba mendapatkan keseimbangan. Begitu juga seperti bermain engklek, perlu ada keseimbangan agar bisa menang mencapai tujuan. Menang atau kalah dalam kehidupan sudah pasti akan kita hadapi, tapi usaha untuk menang tetap harus diusahakan,” jelas Adhe Zamzam.
Baca juga: Wajah Stres Dalam Keseharian Kita
Komponen Work Life Balance
Inilah hal-hal yang menjadi perhatian dalam menjaga work life balance. Namun permasalahan yang muncul, dari sekian banyak komponen yang terpapar pada grafik di atas, seringkali ada dilemma soal hal mana yang harus diprioritaskan. Antara kebutuhan dan tuntutan di kantor, di rumah, atau diri sendiri.
Baca juga: Work Life Balance dan Hubungannya dengan Kesehatan Fisik & Mental
Mencapai Keseimbangan
Keseimbangan bisa dikatan tercapai jika ketiga faktor ini terpenuhi, yaitu;
- Time balance (waktu yang didedikasikan untuk pekerjaan dan keluarga)
- Involvement balance (keterlibatan dalam pekerjaan dan keluarga)
- Satisfaction balance (rasa puas yang setara antara pekerjaan dan hidup)
Sementara beberapa tanda ketidakseimbangan dapat termanifestasi dalam beberapa hal, yaitu;
- Fisik: Sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, tegang otot, kelelahan, dsb.
- Emosional: Depresi, kecemasan, mudah teriritasi dan marah, susah mengambil keputusan, merasa tidak berdaya, dsb.
- Personal: Kehilangan waktu dengan kerabat dan teman, burnout di kantor, mengisolasi diri dan tidak terlibat aktifitas sosial, dsb.
Teori Kajian Work Life Balance
Karena adanya situasi ketidakseimbangan yang semakin marak terjadi dan berdampak pada kesehatan mental, fisik serta hal lain, maka muncullah beberapa teori kajian work life balance yang menjadi perhatian dunia psikologi.
Memahami Posisi Keseimbangan dengan Wheel of Life
Wheel of life atau roda kehidupan adalah suatu metode yang membantu Sahabat untuk menilai keseimbangan dari beberapa aspek dalam kehidupan. Cara menilaninya:
- Beri warna yang berbeda untuk setiap aspek hidup (mis. spiritualitas, kesehatan fisik, karir, hobi, dll).
- Evaluasi keadaan Sahabat saat ini dengan mengisi setiap bagian lingkaran berdasarkan tingkat kepuasan Sahabat.
- Hasilnya, Sahabat bisa melihat seberapa seimbang kehidupan Sahabat saat ini.
- Sadari dan pahami apa yang sebenarnya tidak memuaskan Sahabat.
- Buatlah rencana dan tetapkan tujuan untuk menyelesaikannya.
- Mulailah dengan satu area dalam lingkaran kehidupan.
Work life balance harus dilihat secara objektif, berdampak pada orang lain (secara eksternal) dan terhadap diri sendiri (internal). Apakah Sahabat merupakan seorang pekerja, pengusaha, pedagang, orang tua, kakek-nenek, anak, relasi organisasi atau anggota komunitas tertentu, diperlukan adaptasi dengan sekian banyaknya peran dalam kehidupan.
Tentunya tidak mudah untuk bisa memainkan berbagai peran ini dengan seimbang. Semua orang dengan berbagai perannya dalam setiap struktur organisasi bisa mengalami ketidakseimbangan. Oleh karena itu kita perlu mengapresiasi diri sendiri agar dapat lebih memahami apa yang sedang dirasakan dan apa yang sebenarnya sedang dibutuhkan.
Simak ulang webinar Kacapikir dan Lingkar Madani Penabulu “Work life balance: Membangun Keselarasan Dunia Kerja dengan Kehidupan Pribadi dengan Peduli pada Kondisi Sendiri” pada Rabu, 18 Januari 2023.
Tonton Short Video: Dunia bergerak semakin cepat, siapkah kita?